Asal Mula di dalam Al-Qur’an (Bagian 1)

Daftar Isi

1.Asal Mula Permusuhan Abadi Iblis terhadap Manusia

Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat:

“Bersujudlah kamu kepada Adam”, maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk yang bersujud. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?”

Menjawab iblis “ Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” Allah berfirman: “ Turunlah kamu dari surga itu; Karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.”

Iblis menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka yang dibangkitkan.” Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.”

Iblis menjawab: “karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan ( menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).

Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya.” (QS.Al A'raaf [7]; 11-18)

Hey,kalian tentu pernah merasa malas untuk bangun dari tempat tidur ketika adzan Subuh terdengar bukan? Kalian juga pernah menolak perintah bunda atau ayah? Jika iya,yuk beristighfar kepada Allah SWT.

Kisah Asal Mula permusuhan itu

Tahukah kalian, ketika kita malas sholat, mengaji, belajar atau selalu menentang perintah orang tua, ketika itu setan (sebenarnya) sedang tertawa riang karena telah sukses menjalankan aksinya, menggoda dan menjerumuskan manusia. Ya! Iblis menggoda manusia, sejak Nabi Adam as masih di surga.

Iblis bahkan bersumpah agar dia dan anak cucunya (setan) tidak mati sampai Kiamat, sehingga Iblis dan keturunannya berkesempatan menggoda manusia. Inilah asal mula permusuhan abadi Iblis terhadap manusia. Ketika itu Allah SWT menciptakan Nabi Adam as. Allah SWT lalu membekali Adam ilmu.

Para penghuni surga lalu diperintahkan untuk bersujud kepada Adam, sebagai pengakuan bahwa Adam unggul dalam ilmunya.

Para malaikat menaati perintah itu. Tetapi Iblis menolaknya. Huh! “Kenapa aku harus bersujud kepada Adam? Aku lebih unggul dari dia. Kau ciptakan aku dari api. Sedang Adam Kau ciptakan dari tanah!!!”,kata Iblis beralasan.

Allah SWT kemudian berfirman: “Karena berlaku sombong, keluarlah kau dari surga itu...” Terusir dari surga, Iblis berang. Iblis lalu bersumpah: “Karena Kau menilaiku sesat, maka aku bersumpah akan menggoda anak cucu Adam dari jalanMu yang lurus. Akan kugoda mereka dari muka dan belakang, dan dari kanan dan kiri mereka.....“ Allah SWT lalu berfirman: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina, dan terusir.

“Sesungguhnya siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka jahanam dengan kamu semua...” Iblis pun terusir dengan amat terhina dari surga itu. Bagaimana dengan Adam? Adam hidup bahagia di surga. Bahkan kini ia punya teman baru, Hawa, seorang perempuan yang cantik jelita.

Adam dan Hawa diperintahkan Allah untuk hidup bahagia di surga. Semua boleh untuknya, kecuali satu. Satu larangan Allah itu adalah mendekati pohon KHULDI. Wow! Rupanya Iblis mengetahui larangan itu.

Digodanya Adam dan Hawa untuk mendekati ‘pohon terlarang’ itu. Tak hanya mendekati, mereka bahkan memetik dan memakan buahnya. Astaghfirullah al ‘adzim! Adam dan Hawa pun amat malu kepada Allah SWT. Tak kunjung henti keduanya menangis dan berdoa memohon ampunan.

Iblis tersenyum lebar. Ia merasa berhasil menjalankan sumpahnya, menggoda Adam. Dan, permusuhan itu pun kini sudah dimulai. Setelah Iblis terusir dari surga, kini giliran Adam dan Hawa yang harus meninggalkan surga (Karena melanggar larangan).

Nabi Adam as dan Hawa kemudian turun ke bumi menjalani kehidupan baru, kehidupan yang amat berbeda dengan kehidupan surga, tempat tinggalnya semula.

Qalib yang Tergoda Bisikan Iblis

Qalib dan Habil adalah dua bersaudara (kakak beradik) putra Nabi Adam as. Qalib putra yang lebih tua, berperangai keras. Ia bekerja sebagai pekerja di ladang. Sedang Habil yang berbudi halus, bekerja menjadi penggembala domba.

Ketika itu Qalib sedang membenci Habil, adiknya. Tak hanya itu, Qabil bahkan kesal kepada ayahnya, Nabi Adam as. Oleh ayahnya,Qabil dikawinkan dengan Labudza, sedangkan Habil dengan Iqlima yang cantik rupawan. Ia pun merasa dicurangi.

Nabi Adam lalu memerintah kan keduanya berqurban. Namun, qurban Habil yang diterima Allah SWT. Qurban Habil adalah domba sembelihan terbaik. Sedangkan qurban Qabil, hasil ladang yang rusak dan membusuk. Pantas, qurban Habil diterima.

Karena qurban-nya juga tidak diterima, Qabil makin merasa dicurangi. Ia marah! Kepalanya seperti air panas yang sedang mendidih. Iblis rupanya tahu hal itu. Iblis lalu datang, seperti hendak menawarkan bantuan.
 
Iblis berbisik pada Qalib untuk memukulkan dua batu besar ketujuh Habil. Bisikan Iblis itu dituruti. Apa yang terjadi? Habil pun meninggal dunia. Uf! Qabil terdiam. Bukannya puas, Qabil kini takut dan menyesal.

Iblis yang semula datang bak teman yang hendak menolong, rupanya ‘penjerumus licik yang menyesatkan’. Iblis tertawa puas karena usahanya, menjerumuskan anak Adam berhasil. Huh!

Iblis Dilempari Batu oleh Nabi Ibrahim as

Semakin tinggi imam seseorang, maka semakin tinggi pula goda-an yang datang. Nabi Ibrahim as misalnya. Ketika hendak mengutamakan Isamil, Iblis datang menggodanya dengan sekuat tenaga.

“Wahai Ibrahim, mana mungkin sih Allah memerintahkanmu untuk mengurbankan anak kecil itu. Kasihan! Apalagi kelahiran Ismail engkau nantikan sekian lama, hingga tua usiamu...”, bisik iblis ‘sang penjerumus’ seperti amat bersimpati.

Nabi Ibrahim bahkan melempari iblis yang menampakkan diri dalam wujud manusia itu dengan batu. Dasar Iblis! Gagal menggoda Nabi Ibrahim as, kali ini ia datang dan menggoda Siti Hajar, istrinya.

“Wahai Hajar, tahukah engkau kemana Ibrahim hendak membawa Ismail, putramu itu? Ibrahim hendak menyembelihnya di bukit Mina lho...”, bisik Iblis Lirih. “ Kalaupun aku juga harus dikurbankan, aku rela menyusul!!!” jawab Hajar ketus. Huh!

Gagal maning-gagal maning. Tidak putus asa, kini giliran Iblis mendatangi ‘si kecil’ Ismail. Hasilnya? Tetap gagal.GAGAL TOTAL!

Perumusan Abadi Manusia terhadap Iblis Disimbolisasi dalam Ibadah Haji

Perumusan iblis terhadap manusia dan sebaliknya (manusia terhadap iblis) adalah perumusan abadi. Sepanjang usia dunia, iblis tidak berhenti menjerumuskan manusia untuk dijadikan sebagai temannya di kerak neraka Jahanam kelak. Dan, orang yang beriman tentu akan menolak ajakan setan itu.

Ohya, perlakuan Nabi Ibrahim as yang melempari iblis dengan batu kerikil sebagai simbol perumusan abadi itu diabadikan dalam ritual ibadah haji, hingga kini. Ya, melempar ‘jumrah’ adalah simbolisasi itu.

Memetik Hikam dari Kisah Asal Mula Permusuhan itu:

Kisah asal mula permusuhan abadi antara iblis dan manusia memberikan hikmah bagi kita. Bahwa, kita harus taat menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-laranganNya.

Jika itu kita lakukan, hidup kita akan tenang, damai dan sejahtera. Kelak kita juga akan meraih kenikmatan surga yang telah dijanjikan Allah SWT.

Sebaliknya, jika larangan Allah yang kita kerjakan, dan perintahNya kita langgar, berarti kita telah menetapkan pilihan menemani iblis di dasar neraka Jahanam.

Ohya, kita juga jangan sampai begitu mudah tergoda dengan rayuan iblis dan anak cucunya. Saat kita malas beranjak dari tempat tidur untuk sholat, atau enggan menaati perintah ayah bunda, malas belajar dll, saat itulah sebenarnya anak cucu keturunan Iblis sedang bekerja menggoda kita.

Dan, jika kita tergoda dengan ‘rayuan-rayuan’ itu, mereka (Iblis dan keturunannya) akan tertawa gembira, karena usaha mereka menjerumuskan manusia telah berhasil.

Yuk,jauhi hal yang tidak baik disekitar kita, baik di sekolah, dilingkungan, dan di rumah. Tamatlah kepada perintah orang tua, dan guru. Saling menolong, memaafkan dan tidak saling membenci. Setuju??

• Sumber : Zaenal Abidin Soedjari, Asal Muasal dalam Al Quran, Pustaka Hisam (Cilik).
• Penulis : NIKA ARIANTI, Santri Madin Irsyadul 'awwam Sidanegara, Kaligondang Purbalingga Jawa Tengah.
• Editor : Ahmad Prayitno