Khutbah Jum'at: Corona dan Cara Menyikapinya

Daftar Isi

 Khutbah Jumat: Corona dan Cara Menyikapinya


Khutbah I

M a'asyiral M us/imin,]amaah ju mah, rahimakumullah,

Kita hidup dalam keadaan zaman yang senantiasa berubah dengan dinamis. Orang-orang di masa lalu mendapati zaman yang berbeda dengan zaman kita. Setiap zaman memiliki tantangan dan persoalan. Di zaman milenial yang serba online ini, kita memasukinya dengan rasa prihatin, sikap waspada, dan tantangan yang lumayan berat. Di zaman yang dalam segala aspeknya mulai berpindah dari dunia nyata kepada maya, dari alam realitas kepada alam gadget, kita mendapati gempuran dan serangan dari makhluq tak kasat mata, virus corona.

Virus corona merupakan keluarga besar virus yang  menyebabkan  infeksi saluran pernapasan atas ringan hingga sedang, seperti penyakit flu. Siapa pun dapat terinfeksi virus corona. Akan tetapi, bayi dan anak kecil, lansia serta orang dengan kekebalan tubuh yang lemah lebih rentan terhadap serangan virus ini. Begitu pun dengan orang yang sudah memiliki penyakit dalam tubuhnya.


Seluruh dunia kini menghadapi musuh yang sama. Di tengah-tengah perang ekonomi global, konflik Timur Tengah yang tak kunju ng usai, makhluq ini muncul menyeruak tanpa permisi, menyebar ke seluruh dunia dengan  cara yang tak terkira. Jutaan  orang telah meninggal akibat Satu virus ini.

 Seluruh negara ditantang untuk mengeluarkan kebijakan terbaik, guna menekan laju penyebaran dan peningkatan korban yang meninggal, yang tak bias diperkirakan. Pandemi ini adalah persoalan bersama, tak terkecuali ummat Islam.

M a'asyiral M uslimin,]amaah ju mah, rahimakumul/ah,

Ummat Islam adalah bagian besar dari ummat manusia  seluruh dunia.  Kita  dituntut  untuk  ikut mencari  solusi,  menangani  persoalan,  dan  mencari  jawaban   terbai k   dalam   konsep   iman   dan ajaran kita; bagaimana seharusnya sikap terbaik seorang  muslim;  bagaimana  Islam  menghadapi keadaan pa ndemi semacam ini. Keadaan pandemi, sebenarnya bukan hal baru yang dihadapi ummat Islam. 

Karena sudah sejak generasi awal ummat ini, kita mengalami apa yang disebut wabah atau thaun. Wabah adalah  istilah yang diambil dari bahasa  Arab, al-waba ', yang sama maknanya dengan penyakit menular. Dalam bahasa Arab, selain wabah, ulama juga mengu nakan istilah tha'un dengan makna yang sama. Secara bahasa, tha 'un dikatakan kepada seseorang yang telah terjangkiti tha 'in (pengidap). Solusi yang diajarkan Islam dalam menghadapi wabah, sangat sesuai  dengan konsep medis. 

Rasulullah saw bersabda, "Jika kalian mendengar wabah menjangkiti satu negeri, maka ja nganlah kalia n menuju ke sana. Nam un jika suatu wabah menjangkiti suatu negeri dan kalia n berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dan lari darinya,"(HR. Bukhari- Muslim).

Inilah konsep penjarakan sosial yang sudah dilakukan oleh Islam. Bagaimana sebuah wabah diisolasi dalam suatu wilayah agar tidak mengakibatka n penyebaran yang lebih luas. ha! ini bukan berarti menghindari dari takdir. Sikap menghindari wabah, bukanlah tanda lemahnya iman, justru tanda cerdasnya seseorang dalam memahami iman. Hal ini pernah dicontohkan oleh  Sayyidina  Omar  pada waktu diberitahu bahwa di Syam ada  wabah  penyakit,  Sayyidina  Umar  bin  Khattab  radliyallahu 'anhu  yang  sudah  di  tengah  perjalanan  menuju  Syam  lantas  memutuskan  untuk  kembali  ke Madinah.  Saat  ditanya:

"Apakah kita hendak lari menghindari takdir Allah?" Sayyidina Umar menjawab:

"Benar, kita menghindari suatu takdir Allah dan menuju takdir Allah yang lain" (HR al-Bukhari).

Inilah sikap yang semestinya kita ambil dalam menghadapi pandemi. Hal ini dikuatkan oleh pengalaman yang dicatat oleh seorang ulama hadits terkem uka, Imam lbnu  Hajar  al Asqalani. Beliau justru mengkritik orang-orang yang tidak mau melakukan  penjarakan  sosial.  Dalam kitabnya, Bazlu al-Ma 'unfi Fadhli al-Tha 'un, Imam lbnu Hajar mencatat kasus yang di hadapi kaum muslimin di Damaskus dan Mesir.

Pertama, lbnu Hajar mengkritik ritual doa bersama yang dilakukan oleh warga Damaskus ketika Tha'un mewabah pada 749 Hijriah. Di negeri Suriah, itu para tokoh mengajak seluruh masyarakat untuk keluar dari rumah masing-masing dan menuju tanah lapang, untuk berdoa bersama. Akibatnya, jumlah penderita Tha'un pun meningkat tajam usai acara doa bersama tersebut.

Kedua, lbnu Hajar menceritakan kasus di Mesir pada Tahun 833 Hijriah. Awalnya, jumlah penderita yang meninggal tidak sampai 40 orang. Umat Islam setempat memilih berdiam diri di rumah (stay at home) dan mengamalkan puasa sunah. Namun, para tokoh kemudian menyerukan warga menuju tanah lapang dan melaksanakan doa bersama. Hasilnya, angka kematian akibat wabah melonjak. Bahkan, dilaporkan lebih dari seribu orang yang meninggal setiap harinya.


Hal itu semestinya memberikan kita pelajaran penting, bahwa soal iman tidak perlu dipertentangkan dengan keilm uan medis. Ilmu pengetahuan  yang terbukti secara empiris tidak perlu dihadap-hadapkan dengan konsep iman dan takdir. Seorang yang memahami takdir dan iman dengan bingkai ilmu, akan mudah mengambil keputusan rasional yang terbaik dan menyelamatkan banyak manusia.


M a'asyiral M uslimin,]amaah ju mah, rahimakumullah,


Para ilmuan seluruh dunia sudah bekerja keras dalam memecahkan persoalan ini, dan pada bulan-bulan terakhir ini, kita bisa bersyukur, bahwa vaksin telah ditemukan, dan diproduksi secara massal. Semua itu bisa terjadi atas ijin Allah, dalam takdir Allah juga.

Pemerintah kita juga sudah berupaya yang terbaik dalam pengadaan vaksin ini, di tengah keterbatasan ekonomi. Kita semua mesti menduku ng dengan sepenuh hati, menyingkirkan prasangka bu ruk, akibat bias-bias politik yang telah lalu. Marilah kita lembutkan hati kita untuk bersatu padu dalam membebaskan kita semua dari pandemi ini, dengan  sukarela  menerima vaksin sebagai ikhtiar lahir yang juga merupakan bagian dari kewajiban iman. Vaksin ini sangat penti ng untuk pen urunan angka penyebaran virus. Sebelum itu, marilah kita menjaga diri dan keluarga, menjauhi kerumunan, dan jika dalam kondisi sakit, sebaiknya di rumah saja, demi menjaga keamanan dan kenyamanan semua orang.

Demikian khutbah singkat ini, semoga bermanfaat, jangan lupa jaga 5M (menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, membatasi mobilitas dan interaksi), lebih sempurna lagi ditambah 3T, yakni pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment).  Ketiganya juga penting dalam memutus mata rantai penyebaran virus corona. Terakhir, positif covid itu bukan aib , tidak perlu malu. Bagi mereka yang positif juga jangan merasa dikucilkan sebab itu hanya sementara kalau pun dijauhi itu hanya prasangka wajar karena takut tertular . Insyallah, pada akhirnya juga akan normal kembali. Yang terpenting, jika terasa gejala awal, harus segera diperiksa dan bagi yang komorbid (komplikasi) mesti segera melakukan tes antigen.

Mudah-mudahan Allah subhanahu wata'ala menjauhkan kita dari virus Corona, termasuk virus angkuh yang menutup diri kita untuk senantiasa ikhitar secara fisik dan ruhani, serta berserah kepada Allah

Khutbah Kedua

  

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.  أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.  

Sumber: FKPAI Purbalingga