Inilah Panduan Sholat Tarawih lengkap dengan Niat, Doa Kamilin, serta Doa Sesudah Sholat Witir
Menjelang masuknya bulan suci Ramadhan tahun 1442 Hijriyah atau tahun 2021 ini yang bertepatan dengan anjuran sholat saat wabah corona yang masih belum juga selesai perlu kiranya kita sampaikan panduan sholat tarawih yang dilaksanakan sendiri atau jamaah dengan keluarga inti.
Agar ibadah setiap muslim menjadi bernilai benar yang menjadikan memiliki kemungkinan besar diterima Allah swt perlu belajar atau mengerti panduan salat tarawih sendiri yang merupakan suatu hal yang wajib kita ketahui sebagai umat muslim.
Apalagi buat muslim atau muslimah yang bekerja sampai malam dan tidak sempat melaksanakan ibadah salat tarawih berjamaah di masjid.
Oleh karena itu, kita wajib memahami bagaimana cara melaksanakan salat tarawih sendirian atau munfarid di rumah.
Secara garis besar bahkan keseluruhan, tata dalam pelaksanaan atau cara ibadah salat tarowih baik yang dilakukan secara berjamaah maupun sendirian sama saja.
Dalam panduan salat tarawih yang dilaksanskan sendiri tetap harus dipahami untuk mengantisipasi bila kita tidak bisa menghadiri salat berjamaah di masjid. Daripada kita tidak mengerjakan ibadah yang satu ini karena di masjid mungkin sudah selesai, lebih baik kita mengerjakannya sendiri di rumah.
Niat Salat Tarawih Sendiri
Sebelum kita lebih jauh mengkaji tentang panduan salat tarawih sendiri tentunya akan lebih lengkap bila kamu memahami hukum salat tarawih ini.
Hukum melaksanakan salat tarawih adalah sunah muakkad atau sunah yang dikukuhkan dan bisa dilakukan sendirian di rumah atau berjamaah.
Perbedaan pertama yang bisa dilihat dari panduan salat tarawih degan cara sendiri dibandingkan dengan tarawih berjamaah adalah dalam hal niat. Begitupun dengan beberapa tata cara salat yang juga sedikit berbeda.
Niat salat tarawih sendiri adalah sebagai berikut:
"USHOLLII SUNNATAT-TAROOWIIHI ROK'ATAINI MUSTAQBILAL QIBLATI LILLAAHI TA'ALA/ MA'MUUMALILLAHI TA'ALAA"
Artinya: " Saya niat salat sunnah tarawih dua raka'at menghadap kiblat karena Allah Ta'ala/ makmum karena Allah ta'ala"
Bacalah dalam hati niat salat tarawih di atas sebelum takbir pertama atau bersamaan dengan takbirotul ikhram yang menandai dimulainya ibadah salat. Ini harus diperhatikan karena niat termasuk bagian terpenting dari sebuah ibadah, jadi jangan sampai salah dan jangan sampai lupa dengan salah satu panduan salat tarawih sendiri satu ini.
Tata Cara Salat Tarawih Sendiri di Rumah
Dalam prakteknya sholat trawih sendiri tidak jauh berbeda dengan salat tarawih secara berjamaah di masjid, yang melaksanakan 23 rakaat atau 11rakaat.
Panduan salat tarawih sendiri juga dapat dilakukan pada salat dengan jumlah 23 dengan 20 rakaat tarowih dan 3 rakaat witir dengan 2 rakaat 1 salam dan bisa 11 rakaat dibagi kepada 8 rakaat salat tarawih dan ditutup dengan 3 rakaat salat witir.
Sekarang ini ada beberapa perbedaan pendapat dalam pelaksanaanya bahkan ada di masjid yang berdekatan soal pembagian rakaat salat tarawih. Ada yang dikerjakan sebanyak 2 rakaat 1 kali salam seperti salat sunah lainnya.
Namun tidak sedikit juga yang melaksanakan salat tarowih menggunakan sistem 4 rakaat 1 kali salam. Setelah itu baru mengerjakan salat witir sebanyak 3 rakaat dengan 1 kali salam ada yang witir dikerjakan 2 rakaat salam dan berdiri lagi 1 rakaat terus salam.
Panduan salat tarawih sendiri yang selanjutnya adalah menjelaskan tata cara salat. Walaupun dilakukan di rumah dan tidak berjamaah, tata cara salat tarawih sendiri sebenarnya sama saja dengan cara mengerjakan salat fardlu, baik dalam gerakan maupun dalam bacaannya. Perbedaannya mungkin hanya terletak pada niat sholatnya saja.
Beginilah tata cara salat tarawih secara garis besarnya bila dilakukan 2 rakaat 1 salam:
1. Takbiratul Ihram (takbir permulaan sholat)
2. Membaca Doa Iftitah
3. Membaca Surat Al-Fatihah
4. Membaca Surat dalam Alquran
5. Ruku'
6. I'tidal (bangun dari ruku')
7. Sujud
8. Iftirasy (Duduk di Antara Dua Sujud)
9. Sujud Kedua
Berdiri untuk mengerjakan rakaat yang kedua.
10. Membaca Surat Al-Fatihah
11. Membaca Surat dalam Alquran
12. Ruku'
13. I'tidal
14. Sujud
15. Iftirasy (Duduk di Antara Dua Sujud)
16. Sujud Kedua
17. Tasyahhud Akhir (tahyat akhir)
18. Mengucapkan salam
Salat Tarawih dengan cara 4 Rakaat 1 salam
Seperti yang telah disinggung sedikit sebelumnya, ada juga yang perbedaan dalam melaksanakan salat tarawih apabila mengerjakan dengan 4 rakaat langsung dan 1 kali salam. dalam sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan sayidatina Aisyah radhiyallahu 'anha pernah berkata:
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan salat 4 rakaat, maka janganlah tanyakan mengenai bagus dan panjang rakaatnya. Kemudian beliau melaksanakan salat 4 rakaat lagi, maka janganlah tanyakan mengenai bagus dan panjang rakaatnya."
Pernyataan dalam hadis ini memiliki 2 kemungkinan, 4 rakaat dilakukan sekaligus dengan 1 salam. Atau mungkin bisa juga 4 rakaat yang dilaksanakan dengan 2 rakaat 2 rakaat.
Namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri sudah memberikan pernyataan langsung mengenai rakaat salat malam, yang di dalamnya termasuk salat tarawih ini.
"Salat malam adalah dua rakaat dua rakaat."
Karena salat tarawih termasuk ibadah salat malam yang diperkuat dengan hadist qauliy (perkataan Nabi), maka penafsiran salat tarawih denhan 4 rakaat yang dikerjakan 2 rakaat 2 rakaat lebih kuat dasar hukumnya. Bahkan beberapa Imam menyatakan bahwa salat tarawih 4 rakaat itu tidak sah. Maka dari itu, bila kamu ingin melaksanakan ibadah salat tarawih sendiri di rumah, lebih baik ikuti panduan salat tarawih sendiri ini dengan mengerjakan 2 rakaat dan 1 salam untuk lebih amannya ibadah sholat tarowih kit.
Untuk melengkapi penjelasan sholat tarowih kami sampaikan dasar atau dalil sholat tarowih baik yang jumlah rakaatnya 23 atau 11 rakaat agar kita jelas dan mantap dalam melaksanakan ibadah tersebut.
1.Dalil Shalat Tarawih 23 Raka’at
Seringkali dalam masyarakat masalah jumlah raka’at shalat tarawih dipermasalahkan bahkan menjadi perdebatan di tengah-tengah masyarakat. Sampai-sampai jumlah raka’at ini jadi tolak ukur, apakah si fulan termasuk golongannya ataukah tidak.
Banyak ulama yang pernah mengangkat pembahasan jumlah raka’at shalat tarawih, namun masih ada saja yang sering mendebat mempertanyakan pendapat pilihan kami. Sekarang kami akan membahas dari sisi dalil pendukung shalat tarawih 23 raka’at.
Hal ini kami kemukakan dengan tujuan supaya kaum muslimin sadar bahwa beda pendapat yang terjadi sebenarnya tidak perlu sampai meruntuhkan kesatuan kaum muslimin dan menjadikan lebih luas pengetahuannya . Dalil pendukung yang akan kami kemukakan menunjukkan bahwa shalat tarawih 23 raka’at sama sekali bukanlah bid’ah, perkara yang dibuat-buat. Kami akan buktikan dari sisi dalil dan beberapa alasan. Semoga amalan ini ikhlas karena mengharap Ridlo-Nya.amiin.
Asal ‘Umar Mulai Mengumpulkan Para Jama’ah dalam Shalat Tarawih
Dalam kitab Shahih Al Bukhari pada Bab “Keutamaan Qiyam Ramadhan” disebutkan beberapa riwayat sebagai berikut.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ » . قَالَ ابْنُ شِهَابٍ فَتُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – وَالأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ ، ثُمَّ كَانَ الأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ فِى خِلاَفَةِ أَبِى بَكْرٍ وَصَدْرًا مِنْ خِلاَفَةِ عُمَرَ – رضى الله عنهما –
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Humaid bin ‘Abdurrahman dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melaksanakan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dari-Nya) maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu“. Ibnu Syihab berkata; Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, namun orang-orang terus melestarikan tradisi menegakkan malam Ramadhan (secara bersama, jamaah), keadaan tersebut terus berlanjut hingga zaman kekhalifahan Abu Bakar dan awal-awal kekhilafahan ‘Umar bin Al Khaththob radhiyallahu ‘anhu. (HR. Bukhari no. 2009)
وَعَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِىِّ أَنَّهُ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ – رضى الله عنه – لَيْلَةً فِى رَمَضَانَ ، إِلَى الْمَسْجِدِ ، فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّى الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ ، وَيُصَلِّى الرَّجُلُ فَيُصَلِّى بِصَلاَتِهِ الرَّهْطُ فَقَالَ عُمَرُ إِنِّى أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلاَءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ . ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ ، ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى ، وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلاَةِ قَارِئِهِمْ ، قَالَ عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ ، وَالَّتِى يَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنَ الَّتِى يَقُومُونَ . يُرِيدُ آخِرَ اللَّيْلِ ، وَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ
Dan dari Ibnu Syihab dari ‘Urwah bin Az Zubair dari ‘Abdurrahman bin ‘Abdul Qariy bahwa dia berkata, “Aku keluar bersama ‘Umar bin Al Khoththob radhiyallahu ‘anhu pada malam Ramadhan menuju masjid, ternyata orang-orang shalat berkelompok-kelompok secara terpisah-pisah, ada yang shalat sendiri dan ada seorang yang shalat diikuti oleh ma’mum yang jumlahnya kurang dari sepuluh orang. Maka ‘Umar berkata, “Aku berpikir bagaimana seandainya mereka semuanya shalat berjama’ah dengan dipimpin satu orang imam, itu lebih baik“. Kemudian Umar memantapkan keinginannya itu lalu mengumpulkan mereka dalam satu jama’ah yang dipimpin oleh Ubbay bin Ka’ab. Kemudian aku keluar lagi bersamanya pada malam yang lain dan ternyata orang-orang shalat dalam satu jama’ah dengan dipimpin seorang imam, lalu ‘Umar berkata, “Sebaik-baiknya bid’ah adalah ini. Dan mereka yang tidur terlebih dahulu adalah lebih baik daripada yang shalat awal malam ” Yang beliau maksudkan untuk mendirikan shalat di akhir malam, sedangkan orang-orang secara umum melakukan shalat pada awal malam. (HR. Bukhari no. 2010)
Adapun mengenai jumlah raka’at shalat tarawih yang dilakukan di zaman ‘Umar tidak disebutkan secara tegas dalam riwayat di atas, dan ada perbedaan dalam beberapa riwayat yang nanti akan kami jelaskan selanjutnya.
2.Shalat Tarawih 11 Raka’at di Masa ‘Umar
Disebutkan dalam kitab Muwaththo’ karya Imam Malik riwayat sebagai berikut.
وَحَدَّثَنِى عَنْ مَالِكٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يُوسُفَ عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ أَنَّهُ قَالَ أَمَرَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ أُبَىَّ بْنَ كَعْبٍ وَتَمِيمًا الدَّارِىَّ أَنْ يَقُومَا لِلنَّاسِ بِإِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً قَالَ وَقَدْ كَانَ الْقَارِئُ يَقْرَأُ بِالْمِئِينَ حَتَّى كُنَّا نَعْتَمِدُ عَلَى الْعِصِىِّ مِنْ طُولِ الْقِيَامِ وَمَا كُنَّا نَنْصَرِفُ إِلاَّ فِى فُرُوعِ الْفَجْرِ.
Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Muhammad bin Yusuf dari As-Sa`ib bin Yazid dia berkata, “Umar bin Khatthab memerintahkan Ubay bin Ka’ab dan Tamim Ad Dari untuk mengimami orang-orang, dengan sebelas rakaat.” As Sa`ib berkata, “Imam membaca dua ratusan ayat, hingga kami bersandar di atas tongkat karena sangat lamanya berdiri. Dan kami tidak keluar melainkan di ambang fajar.” (HR. Malik dalam Al Muwaththo’ 1/115).
Syaikh Musthofa Al ‘Adawi mengatakan bahwa riwayat ini shahih.
3.Shalat Tarawih 23 Raka’at di Masa ‘Umar
Dalam Musnad ‘Ali bin Al Ja’d terdapat riwayat sebagai berikut.
حدثنا علي أنا بن أبي ذئب عن يزيد بن خصيفة عن السائب بن يزيد قال : كانوا يقومون على عهد عمر في شهر رمضان بعشرين ركعة وإن كانوا ليقرءون بالمئين من القرآن
Telah menceritakan kepada kami ‘Ali, bahwa Ibnu Abi Dzi’b dari Yazid bin Khoshifah dari As Saib bin Yazid, ia berkata, “Mereka melaksanakan qiyam lail di masa ‘Umar di bulan Ramadhan sebanyak 20 raka’at. Ketika itu mereka membaca 200 ayat Al Qur’an.” (HR. ‘Ali bin Al Ja’d dalam musnadnya, 1/413)
Syaikh Musthofa Al ‘Adawi mengatakan bahwa riwayat hadis ini shahih.
Demikian penjelasan sholat tarowih beserya dalilnya semoga menambah hasanah ilmu kita agar kuwalitas ibadah kita semakin bertambah nilainya.
Bacaan Doa Kamilin:
اَللهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ. وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ. وَلِلصَّلاَةِ حَافِظِيْنَ. وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ. وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ. وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ. وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ. وَعَنِ الَّلغْوِ مُعْرِضِيْنَ. وَفِى الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ. وَفِى اْلآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ. وَبَالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ. وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ. وَعَلَى الْبَلاَءِ صَابِرِيْنَ. وَتَحْتَ لَوَاءِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ وَإِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ. وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ. وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ. وَعَلى سَرِيْرِالْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ. وَمِنْ حُوْرٍعِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ. وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ. وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ. وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ. بِأَكْوَابٍ وَّأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْن. مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيْقًا. ذلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا. اَللهُمَّ اجْعَلْنَا فِى هذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّهْرِالشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ. وَلاَتَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِه وَصَحْبِه أَجْمَعِيْنَ. بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Allahummaj‘alna bil imani kamilin. Wa lil faraidli muaddin. Wa lish-shlati hafidhin. Wa liz-zakati fa‘ilin. Wa lima ‘indaka thalibin. Wa li ‘afwika rajin. Wa bil-huda mutamassikin. Wa ‘anil laghwi mu‘ridlin. Wa fid-dunya zahdin. Wa fil ‘akhirati raghibin. Wa bil-qadla’I radlin. Wa lin na‘ma’I syakirin. Wa ‘alal bala’i shabirin. Wa tahta lawa’i muhammadin shallallahu ‘alaihi wasallam yaumal qiyamati sa’irina wa ilal haudli waridin. Wa ilal jannati dakhilin. Wa min sundusin wa istabraqin wadibajin mutalabbisin.
Wa min tha‘amil jannati akilin. Wa min labanin wa ‘asalin mushaffan syaribin. Bi akwabin wa abariqa wa ka‘sin min ma‘in. Ma‘al ladzina an‘amta ‘alaihim minan nabiyyina wash shiddiqina wasy syuhada’i wash shalihina wa hasuna ula’ika rafiqan. Dalikal fadl-lu minallahi wa kafa billahi ‘aliman. Allahummaj‘alna fi hadzihil lailatisy syahrisy syarifail mubarakah minas su‘ada’il maqbûlin. Wa la taj‘alna minal asyqiya’il mardûdin. Wa shallallahu ‘ala sayyidina muhammadin wa alihi wa shahbihi ajma‘in. Birahmatika ya arhamar rahimin wal hamdulillahi rabbil ‘alamin.
Artinya: “Yaa Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang memenuhi kewajiban- kewajiban, yang memelihara salat, yang mengeluarkan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia, yang menyenangi akhirat , yang ridha dengan qadla-Mu (ketentuan-Mu), yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas segala musibah, yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat, yang mengunjungi telaga (Nabi Muhammad), yang masuk ke dalam surga, yang selamat dari api neraka, yang duduk di atas ranjang kemuliaan, yang menikah dengan para bidadari, yang mengenakan berbagai sutra ,yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan diberkahi ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan kami tergolong orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan shahabat beliau. Berkat rahmat-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam."
Doa setelah Sholat Witir
Allahumma innaa nas'aluka iimaanan ldaaimaan, wa n'asaluka qalban khaasyi'an, wa nas'aluka 'ilman naafi'an, wa nas'aluka yaqiinan shaadiqon, wa nas'aluka 'amalan shaalihan, wa nas'aluka diinan qayyiman, wa nas'aluka khairan katsiran, wa nas'alukal 'afwa wal'aafiyah, wa nas'aluka tamaamal 'aafiyah, wanas'alukasyukra 'alal 'aafiyah, wa nanas'alukal ghinaa'a 'aninnaas. Allahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa wa shiyaamanaa wa qiyaamanaa wa takhusy-syu'anaa wa tadhorru'anaa wa ta'abbudanaa wa tammim taqshiiranaa yaa allaahu yaa allaahu yaa allaahu yaa arhamar raahimiin. wa shallallaahu 'alaa khairi khalqihi muhammadin wa'alaa aalihi wa shahbihi ajma'iin, walhamdu lillaahi rabbil 'aalamiin.”
Demikian semoga bermanfaat untuk bekal kita beribadah dibulan suci ini.