Dalil Tahlilan Lengkap dengan Hadist dan Maqalah Ulama
Bagi yang ingin tahu dasar atau dalil Tahlilan untuk menguatkan amalannya, penulis akan mengutip lengkap dengan Arab dan artinya diambil dari Hadis dan Maqalah ulama dalam kitab-kitab salaf.
TAHLILAN adalah sebuah istilah yakni :
1. Menghadiahkan pahala dzikir.
2. Menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur'an.
3. Menghadiahkan pahala sedekah Harta/makanan.
4. Berdo'a/memohon kepada ALLAH agar pahala sedekah pada point 1, 2 dan 3 diatas sampai dan bermanfaat kepada orang mu'min/mu'minah yang sudah meninggal & memohon ampunan atasanya.
Ilustrasi tahlilan(foto: kangprayit.com |
1. DALIL MENGHADIAHKAN PAHALA DZIKIR.
Dari sahabat Jabir Bin Abdillah Radhiallaahu 'Anhu, beliau berkata :
خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا إِلَى سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ حِينَ تُوُفِّيَ، قَالَ: فَلَمَّا صَلَّى عَلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَوُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَسُوِّيَ عَلَيْهِ، سَبَّحَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَسَبَّحْنَا طَوِيلاً، ثُمَّ كَبَّرَ فَكَبَّرْنَا، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، لِمَ سَبَّحْتَ؟ ثُمَّ كَبَّرْتَ؟ قَالَ: ” لَقَدْ تَضَايَقَ عَلَى هَذَا الْعَبْدِ الصَّالِحِ قَبْرُهُ حَتَّى فَرَّجَهُ اللهُ عَنْهُ
Pada suatu hari kami keluar bersama RASULULLAH Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menuju Sa’ad Bin Mu’adz ketika dia meninggal dunia.
Setelah RASULULLAH Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menshalatkanya, ia diletakkan di dalam kubur dan kemudian diratakan dengan tanah.
Maka setelah itu RASULULLAH Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam membaca (Dzikir) Tasbih dan kamipun ikut membacanya dalam waktu yang lama, beliau juga membaca Takbir dan kamipun membaca Takbir pula.
Kemudian RASULULLAH Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam ditanya :
Wahai RASULULLAH, mengapa engkau membaca Tasbih, kemudian membaca Takbir.?
Beliau menjawab :
Sungguh kuburan hamba ALLAH yang shaleh ini benar-benar menghimpitnya, (maka aku membacanya) sehingga ALLAH melepaskannya dari himpitan itu.
[HR. Ahmad dalam Al-Musnadnya : 14873 & Imam Al-Baihaqi dalam Itsbat 'Adzab Al-Qabr : 113].
Pendapat IMAM IBNU TAIMIYAH seputar pahala bacaan dzikir Tahlil yang dihadiahkan kepada mayit.
وَسُئِلَ عمن هلل سبعين ألف مرة وأهداه للميت، يكون براءة للميت من النار, حديث صحيح, أم لا.؟ وإذا هلل الإنسان وأهداه إلى الميت يصل إليه ثوابه، أم لا.؟
فَأَجَابَ :
إذَا هَلَّلَ الْإِنْسَانُ هَكَذَا سَبْعُونَ أَلْفًا أَوْ أَقَلَّ أَوْ أَكْثَرَ. وَأُهْدِيَتْ إلَيْهِ نَفَعَهُ اللَّهُ بِذَلِكَ وَلَيْسَ هَذَا حَدِيثًا صَحِيحًا وَلَا ضَعِيفًا.... وَاَللَّهُ أَعْلَمُ.
Dia (Ibnu Taimiyah) ditanya tentang adanya seseorang yang bertahlil (membaca Laa ilaha illallah) sebanyak 70.000 kali lalu menghadiahkan (pahalanya) kepada mayit, maka itu bisa membebaskan si mayit dari api neraka, apakah ini termasuk hadits sahih, atau bukan.?, dan jika ada orang yang bertahlil dan menghadiahkanya kepada mayit, apakah sampai kepadanya, atau tidak.?
Dia (Ibnu Taimiyah) menjawab :
Apabila seseorang bertahlil (membaca Laa ilaha illallah) sebanyak itu ataupun kurang bahkan juga lebih lalu dihadiahkanya (pahala) kepada si mayit, niscaya ALLAH akan memberikan manfaat kepadanya karna hal tersebut, dan ini bukanlah (perkara) hadits shahih ataupun dho'if.... Wallahu A'lam
[Majmu' Fatawa : 24/323]
2. DALIL MENGHADIAHKAN PAHALA BACAAN AL-QUR'AN.
Dari IBNU UMAR Radhiallahu 'Anhu, dia berkata :
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ :
إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ فَلاَ تَحْبِسُوْهُ وَأَسْرِعُوْا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ وَلْيُقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَعِنْدَ رِجْلَيْهِ بِخَاتِمَةِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ فِي قَبْرِهِ.
Saya mendengar RASULULLAH Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
Jika diantara kalian ada yang meninggal, maka janganlah diakhirkan, segeralah di makamkan dan hendaklah di dekat kepalanya di bacakan pembukaan Al-Qur'an (Al-Fatihah) dan dekat kakinya dengan penutup surat Al-Baqarah di Kuburnya.
[HR. Ath-Thabrani dalam Al-Kabir : No. 13613, Imam Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman : No. 9294, dan Tarikh Yahya bin Main : 4/449]
IMAM IBNU HAJAR AL-ASQALANI Rahimahullah mengomentari hadits di atas, beliau berkata :
أَخْرَجَهُ الطَّبْرَانِي بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ
Hadits riwayat Ath-Thabrani dengan sanad yang Hasan.
[Fathul Bari : Jilid 3, Halaman 184]
Pendapat IMAM IBNU TAIMIYAH terkait menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur'an untuk mayit, beliau mengatakan :
وَرُوِيَ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْ السَّلَفِ عِنْدَ كُلِّ خَتْمَةٍ دَعْوَةٌ مُجَابَةٌ فَإِذَا دَعَا الرَّجُلُ عَقِيْبَ الْخَتْمِ لِنَفْسِهِ وَلِوَالِدَيْهِ وَلِمَشَايِخِهِ وَغَيْرِهِمْ مِنْ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ كَانَ هَذَا مِنْ الْجِنْسِ الْمَشْرُوْعِ وَكَذَلِكَ دُعَاؤُهُ لَهُمْ فِي قِيَامِ اللَّيْلِ وَغَيْرِ ذَلِكَ مِنْ مَوَاطِنِ اْلإِجَابَةِ وَقَدْ صَحَّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ أَمَرَ بِالصَّدَقَةِ عَلَى الْمَيِّتِ وَأَمَرَ أَنْ يُصَامَ عَنْهُ الصَّوْمَ فَالصَّدَقَةُ عَنِ الْمَوْتَى مِنْ اْلأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ وَكَذَلِكَ مَا جَاءَتْ بِهِ السُّنَّةُ فِي الصَّوْمِ عَنْهُمْ وَبِهَذَا وَغَيْرِهِ اِحْتَجَّ مَنْ قَالَ مِنَ الْعُلَمَاءِ إنَّهُ يَجُوْزُ إهْدَاءُ ثَوَابِ الْعِبَادَاتِ الْمَالِيَّةِ وَالْبَدَنِيَّةِ إلَى مَوْتَى الْمُسْلِمِيْنَ كَمَا هُوَ مَذْهَبُ أَحْمَد وَأَبِي حَنِيْفَةَ وَطَائِفَةٍ مِنْ أَصْحَابِ مَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ فَإِذَا أَهْدَى لِمَيِّتٍ ثَوَابَ صِيَامٍ أَوْ صَلاَةٍ أَوْ قِرَاءَةٍ جَازَ ذَلِكَ
Dan diriwayatkan dari ulama salaf bahwa setiap khatam Al-Qur'an terdapat doa yang terkabul.
Jika seseorang berdoa setelah khatam Al-Qur'an, baik untuk dirinya sendiri, kedua orang tuanya, para gurunya, dan yang lain dari kalangan mukminin dan mukminat, maka doa ini tergolong bagian dari doa yang disyariatkan dan begitu pula doa bagi mereka saat tengah malam dan tempat-tempat istijabah lainnya.
Dan sungguh telah shahih dari NABI MUHAMMAD Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam bahwa beliau memerintahkan sedekah untuk mayit dan puasa untuknya.
Maka bersedekah atas nama orang yang telah mati adalah bagian dari amal shaleh, begitu pula puasa, dan dengan dalil ini, para ulama berhujjah bahwa boleh menghadiahkan pahala ibadah yang bersifat harta atau fisik kepada umat Islam yang telah wafat, sebagaimana pendapat Ahmad, Abu Hanifah, segolongan dari madzhab Maliki dan Syafi'i.
Maka jika dihadiahkanya pahala puasa, shalat dan bacaan Al-Quran kepada orang yang telah mati.!
"MAKA ITU DIPERBOLEHKAN"
[Majmu' Al-Fatawa : 24/322].
3. DALIL SEDEKAH HARTA ATAS NAMA MAYIT.
.
Dari IBNU ABBAS Radhiallahu 'Anhu, dia mengatakan
.
أَنَّ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ رضى الله عنه تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهْوَ غَائِبٌ عَنْهَا ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّى تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا ، أَيَنْفَعُهَا شَىْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا
.
قَالَ : " نَعَمْ "
.
قَالَ فَإِنِّى أُشْهِدُكَ أَنَّ حَائِطِى الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا
.
Sesungguhnya Ibu dari Sa'ad Bin Ubadah Radhiallahu 'Anhu meninggal dunia, sedangkan Sa'ad pada saat itu tidak berada di sampingnya, kemudian Sa'ad mengatakan :
.
Ya RASULULLAH, sesungguhnya Ibuku telah meninggal, sedangkan aku pada saat itu tidak berada di sampingnya, apakah bermanfaat jika aku bersedekah sesuatu untuknya.?
.
Beliau (RASULULLAH) menjawab : "IYA." (Bermanfaat).
.
Kemudian Sa'ad mengatakan "Kalau begitu aku bersaksi padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan untuknya (Ibuku)."
.
[HR. Bukhari No. 2756].
•
Dari 'AISYAH Radhiallahu 'Anha, beliau menceritakan :
.
أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّيَ افْتُلِتَتْ نَفْسَهَا وَلَمْ تُوصِ وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ أَفَلَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ
Sungguh telah datang seorang lelaki pada NABI Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam seraya berkata :
Wahai RASULULLAH, sungguh ibuku telah meninggal mendadak sebelum berwasiat, kukira bila ia sempat berbicara pastilah ia akan bersedekah, bolehkah aku bersedekah atas namanya.?
Beliau (RASULULLAH) menjawab : "BOLEH"
[HR. Muslim : Juz 5, Halaman 174, Hadits No.1004].
IMAM IBNU TAIMIYAH mengatakan :
الصَّحِيْحُ أَنَّهُ يَنْتَفِعُ الْمَيِّتُ بِجَمِيْعِ الْعِبَادَاتِ الْبَدَنِيَّةِ مِنْ الصَّلاَةِ وَالصَّوْمِ وَالْقِرَاءَةِ كَمَا يَنْتَفِعُ بِالْعِبَادَاتِ الْمَالِيَّةِ مِنْ الصَّدَقَةِ وَالْعِتْقِ وَنَحْوِهِمَا بِاتِّفَاقِ اْلأَئِمَّةِ وَكَمَا لَوْ دَعَا لَهُ وَاسْتَغْفَرَ لَهُ.
Pendapat yang benar bahwa mayit mendapatkan manfaat dengan semua ibadah fisik, seperti shalat, puasa dan bacaan Al-Qur'an, sebagaimana ibadah harta seperti sedekah, memerdekakan budak dan sebagainya berdasarkan kesepakatan para Imam, dan sebagaimana ia mendoakannya atau meminta ampunan untuknya.
[Al-Fatawa Al-Kubra : 5/363]
4. BERDO'A KEPADA ALLAH AGAR SEDEKAH YANG DI KHUSUSKAN KEPADA MAYIT BISA BERMANFAAT & MEMOHONKAN AMPUNAN UNTUKNYA.
ALLAH Ta'ala berfirman :
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِاْلإِيمَانِ
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa :
"Ya TUHAN kami, Ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami."
[QS. Al-Hasyr : 10]
IMAM BNU TAIMIYAH mengatakan :
وَمَنِ احْتَجَّ عَلَى ذَلِكَ بِقَوْلِهِ تَعَالَى وَأَنْ لَيْسَ لِلإِنْسَانِ إِلاَّ مَا سَعَى فَحُجَّتُهُ دَاحِضَةٌ (اَيْ بَاطِلَةٌ) فَإِنَّهُ قَدْ ثَبَتَ بِالنَّصِّ وَاْلإِجْمَاعِ أَنَّهُ يَنْتَفِعُ بِالدُّعَاءِ لَهُ وَاْلاِسْتِغْفَارِ وَالصَّدَقَةِ وَالْعِتْقِ وَغَيْرِ ذَلِكَ
Orang yang berhujjah bahwa tidak sampainya pahala kepada orang yang telah mati dengan firman ALLAH :
Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah di usahakannya (QS. An-Najm 39)
Maka ini BATHIL.!!
Sebab telah dijelaskan dalam nash Al-Qur'an, Hadits dan Ijma' Ulama bahwa mayit menerima manfaat dengan cara berdoa untuknya, memintakan ampunan, bersedekah, memerdekakan budak dan sebagainya (atas namanya).
[Al-Masail Wa Al-Ajwibah : 1/132].
Semoga semua pendapat IMAM IBNU TAIMIYAH di atas bisa sedikit melunakkan hati saudara saudara kita.
TAMBAHAN :
IMAM AHMAD BIN HANBAL Rahimahullah mengatakan :
إذَا دَخَلْتُمُ الْمَقَابِرَ فَاقْرَءُوْا ''بِفَاتِحَةِ'' الْكِتَابِ وَ ''الْمُعَوِّذَتَيْنِ'' وَ ''قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ'' وَاجْعَلُوْا ثَوَابَ ذَلِكَ إلَى أَهْلِ الْمَقَابِرِ فَإِنَّهُ يَصِلُ إلَيْهِمْ وَكَانَتْ هَكَذَا عَادَةُ اْلأَنْصَارِ فِي التَّرَدُّدِ إلَى مَوْتَاهُمْ.
''يَقْرَءُوْنَ الْقُرْآن.''
Jika anda memasuki pekuburan, maka bacalah surat Al-Fatihah beserta ''Al-Mu'awwidzatain'' (QS. Al-Falaq & An-Nas) dan ''Qul Huwallahu Ahad'' (Al-Ikhlas).
Lantas jadikanlah pahala bacaan tersebut untuk ahli kubur, maka hal itu akan sampai kepada mereka dan seperti itulah ADAT (tradisi) Kaum Anshar ketika datang kepada orang-orang yang telah meninggal.
''Mereka Membaca Al-Qur'an.''
[Mathalib Ulil An-Nuha Fi Syarah Ghayatul Muntaha : 5/9, & Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Ar-Ruh : 11].
IMAM IBNU QUDAMAH AL-HANBALI Rahimahullah berkata :
إجماع المسلمين؛ فإنهم في كل عصر ومصر يجتمعون ويقرءون القرآن، ويهدون ثوابه إلى موتاهم من غير نكير
Ijma’ kaum muslimin menyatakan bahwa di setiap waktu dan di seluruh penjuru negeri, kaum muslimin berkumpul untuk membaca Al-Qur’an, lantas pahala bacaan tersebut mereka hadiahkan kepada orang yang telah wafat, tanpa ada yang mengingkarinya.
[Ibnu Qudamah Al-Maqdisi dalam Al-Mughni : 2/423].
IMAM ASY-SYAUKANI Rahimahullah mengatakan :
الْعَادَةُ الْجَارِيَةُ فِي بَعْضِ الْبُلْدَانِ مِنَ اْلاِجْتِمَاعِ فِي الْمَسْجِدِ لِتِلاَوَةِ الْقُرْآنِ عَلَى اْلأَمْوَاتِ وَكَذَلِكَ فِي الْبُيُوْتِ وَسَائِرِ اْلاِجْتِمَاعَاتِ الَّتِي لَمْ تَرِدْ فِي الشَّرِيْعَةِ لاَ شَكَّ إِنْ كَانَتْ خَالِيَةُ عَنْ مَعْصِيَةٍ سَالِمَةً مِنَ الْمُنْكَرَاتِ فَهِيَ جَائِزَةٌ ِلأَنَّ اْلاِجْتِمَاعَ لَيْسَ بِمُحَرَّمٍ بِنَفْسِهِ لاَ سِيَّمَا إِذَا كَانَ لِتَحْصِيْلِ طَاعَةٍ كَالتِّلاَوَةِ وَنَحْوِهَا وَلاَ يُقْدَحُ فِي َذَلِكَ كَوْنُ تِلْكَ التِّلاَوَةِ مَجْعُوْلَةً لِلْمَيِّتِ فَقَدْ وَرَدَ جِنْسُ التِّلاَوَةِ مِنَ الْجَمَاعَةِ الْمُجْتَمِعِيْنَ كَمَا فِي حَدِيْثِ اقْرَأُوْا يس عَلَى مَوْتَاكُمْ وَهُوَ حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ وَلاَ فَرْقَ بَيْنَ تِلاَوَةِ يس مِنَ الْجَمَاعَةِ الْحَاضِرِيْنَ عِنْدَ الْمَيِّتِ أَوْ عَلَى قَبْرِهِ وَبَيْنَ تِلاَوَةِ جَمِيْعِ الْقُرْآنِ أَوْ بَعْضِهِ لِمَيِّتٍ فِي مَسْجِدِهِ أَوْ بَيْتِهِ.
Tradisi yang berlaku di sebagian negara dengan berkumpul di masjid untuk membaca Al-Qur'an dan dihadiahkan kepada orang-orang yang telah meninggal, begitu pula perkumpulan di rumah-rumah, maupun perkumpulan lainnya yang tidak ada dalam syariah, tidak diragukan lagi apabila perkumpulan tersebut tidak mengandung maksiat dan kemungkaran, hukumnya adalah boleh.
Sebab pada dasarnya perkumpulannya sendiri tidak diharamkan, apalagi dilakukan untuk ibadah seperti membaca Al-Qur'an dan sebagainya.
Dan tidaklah dilarang menjadikan bacaan Al-Qur'an itu untuk orang yang meninggal, karen membaca Al-Qur'an secara berjamaah ada dasarnya seperti dalam hadits :
"Bacalah Yasin pada orang-orang yang meninggal." dan ini adalah hadits sahih dan tidak ada bedanya antara membaca Yasin berjamaah di depan mayit atau di kuburannya, membaca seluruh Al-Qur'an atau sebagiannya, untuk mayit di masjid atau di rumahnya.
[Ar-Rasail As-Salafiyah : 46].
IMAM IBNU KATSIR Rahimahullah mengatakan :
وَتَرَدَّدَ شَيْخُنَا اْلاِمَامُ اْلعَلاَّمَةُ بُرْهَانُ الدِّيْنِ الْفَزَّارِي إِلَى قَبْرِهِ فِي اْلاَيَّامِ الثَّلاَثَةِ وَكَذَلِكَ جَمَاعَةٌ مِنْ عُلَمَاءِ الشَّافِعِيَّةِ، وَكَانَ بُرْهَانُ الدِّيْنِ الْفَزَّارِي يَأْتِي رَاكِبًا عَلَى حِمَارِهِ وَعَلَيْهِ اْلجَلاَلَةُ وَالْوَقَارُ رَحِمَهُ اللهُ. وَعُمِلَتْ لَهُ خَتْمَاتٌ كَثِيْرَةٌ وَرُئِيَتْ لَهُ مَنَامَاتٌ صَالِحَةٌ عَجِيْبَةٌ، وَرُثِيَ بِأَشْعَارٍ كَثِيْرَةٍ وَقَصَائِدَ مُطَوَّلَةٍ جِدًّا
Dan guru kami Syaikh Imam Burhanuddin Al-Fazzar berkunjung ke makam Ibnu Taimiyah di hari ketiga, begitu pula sekelompok ulama Syafiiyah.
Burhanuddin datang menunggangi keledai dengan keagungan dan dibuatkanlah khataman Al-Qur'an yang banyak untuk Ibnu Taimiyah dan mimpi-mimpi baik yang menakjubkan beserta juga dilantunkan syair-syair dan kasidah-kasidah yang sangat panjang.
[Al-Bidayah Wa An-Nihayah : 14/3160].
Demikian penjelasannya semoga bermanfaat, semakin mantap mengamalkan tahlilan dan menjadi pengetahuan bagi yang belum faham dan menjadi dalil untuk tidak menyalahkan bagi yang mempermasalahkan bahkan menyalahkan amalan tahlil.
Wasaalamualaikum 🙏