Contoh Materi Bimbingan Calon Pengantin : Kedudukan Anak Didalam Alquran

Daftar Isi

 Dalam sebuah keluarga kehadiran seorang buah hati hati adalah suatu harapan bagi setiap pasangan, karena seorang anak adalah anugerah Yang Maha Kuasa dan menjadi pelengkap kebahagiaan.

Bagi kamu yang baru saja akan membangun sebuah keluarga atau calon pengantin dalam ikatan yang suci yaitu pernikahan hendaknya kita ketahui bahwa anak  memiliki kedudukan yang berbeda dalam keluarga.

Gambar penyuluh menyerahkan buku materi bagi calon pengantin setelah diberi bimbingan
 pada, Selasa (29-06-21) foto : kangprayit.com


Oleh sebab itu kami sampaikan materi tentang kedudukan anak didalam Al-Qur'an.

Anak juga amanah dan perhiasan bagi mereka, sekaligus kebanggaan di kemudian hari.

Namun di samping itu, anak juga bisa menjadi fitnah atau ujian, bahkan menjadi musuh bagi para orang tuanya.

Kapankah seorang anak bisa menjadi musuh, ujian, perhiasan, dan menjadi penyejuk hati?

Al-Qur’an telah mejelaskan keempat tipikal anak kepada kita semua.

Pertama,

Anak sebagai penenang hati, penyejuk jiwa,

dan pemimpin orang-orang yang bertakwa.

Tipikal ini menjadi yang terbaik dan tertinggi dari seorang anak.

Hal itu sebagaimana terungkap dalam doa Al-Qur’an berikut ini.

رَبَّنا هَب لَنا مِنْ أَزْواجِنا وَذُرِّيَّاتِنا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنا لِلْمُتَّقِينَ إِماماً

“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS al-Furqan [25]: 74).

Para ulama tafsir menyebutkan, maksud qurrata a’yun dalam ayat di atas adalah anak-anak yang saleh, taat kepada Allah, berbakti kepada orang tua, bermanfaat bagi sesama. 

Tak heran jika anak yang memiliki perangai ini menjadi pemimpin orang-orang yang bertakwa, menjadi kebanggaan dan pembela bagi para orang tua di dunia dan akhirat.

Namun, tipikal anak ini tidak lahir begitu saja. Dibutuhkan perjuangan keras dari orang tua untuk mengasuh, membina, dan mendidiknya, bahkan sudah pasti membiayainya.

Dan yang tak kalah penting adalah doa, baik dari orang tua maupun dari orang-orang yang saleh.

Kedua,

Anak sebagai perhiasan dunia.

Hal itu sebagaimana yang diungkap ayat berikut:  

 الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ  

 “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan,” (QS. Al-Kahfi [18]: 46).  

Dalam ayat ini, anak diposisikan sebagai perhiasan dan kekayaan dunia bagi orang tuanya. 

Layaknya perhiasan dan kekayaan, anak diperlakukan, dijaga, bahkan disayang sebaik-baiknya oleh para orang tua.

Kaitan dengan tipikal ini, anak disejajarkan dengan perhiasan dan kekayaan dunia yang lainnya, sebagaimana yang diisyaratkan dalam ayat yang lain.

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: 

wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.

Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga), (QS. Ali ‘Imran [3]: 14).

Namun, kecintaan yang berlebihan membuat para orang tua terlena dan seringkali mengabaikan hal-hal yang membahayakan sang anak itu sendiri.

 Mereka lupa, jika perlakuan yang diberikannya justru akan merusak masa depan anak kesayangannya.

Karena itu, dalam ayat lain, Allah mengingatkan agar kekayaan dan keturunan tidak sampai melalaikan para hamba-Nya.

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.

Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi, (QS. Al-Munafiqun [63]: 9).

Ketiga,

Anak sebagai fitnah atau ujian, sebagaimana yang diungkap dalam ayat:  

 إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ  

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS. At-Taghabun [64]: 15). 

Mungkin ini pula yang dimaksud anak sebagai amanah atau titipan yang diharus dijaga dengan sebaik-baiknya.

Dipenuhi hak-haknya, disayang, dirawat, dididik agar memiliki masa depan yang cerah dan membahagiakan orang tuanya. Ingatlah Allah memiliki balasan yang besar bagi mereka yang menjaga amanat ini.

Maka janganlah sia-siakan jiwa dan raga anak, jangan bunuh mereka karena takut miskin.

Demikian yang diamanatkan dalam Al-Qur’an, Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.

Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar, (QS. Al-Isra’ [17]: 31).

Keempat,

Anak menjadi musuh. Hal itu diungkap dalam ayat berikut. 

  يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْواجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ  

 "Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. At-Taghabun [64]: 14).

Sebagian mufasir menjelaskan, maksud sebagai musuh di sini adalah menjadi pihak yang menghalang-halangi jalan Allah, merintangi jalan ketaatan kepada-Nya.

Maka hati-hatilah agar tidak dijerumuskan oleh mereka yang ingin berhijrah mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, namun dihalang-halangi oleh anak-istri mereka.

Demikian untuk menjadi bekal kita membangun keluarga dan bekal dalam mendidik anak bagi keluarga kedepan.

Semoga bermanfaat amiin dan dimudahkan kita memiliki generasi yang Sholih.