Contoh Proposal Skripsi akidah Akhlaq

Daftar Isi

 

I.              JUDUL   : PENGARUH  HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA KELAS VIII MTS COKROAMINOTO TANJUNG TIRTA KECAMATAN PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

 

II.           LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan non formal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.[1]

Pendidikan sebagai sebuah bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju ke arah cita-cita tertentu.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa suatu Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan Islam, baik sebagai system maupun institusinya, merupakan warisan budaya bangsa, yang berurat berakar pada masyarakat bangsa Indonesia. Dengan demikian jelas bahwa pendidikan Islam akan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional.[2]

Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri, bahkan semua itu merupakan hak semua warga Negara, Berkenaan dengan ini, di dalam UUD'45 Pasal 31 ayat (1) secara tegas disebutkan bahwa; "Tiap-tiap wargaNegara berhak mendapat pengajaran". Tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi wargaNegara yang demokratis serta bertanggung jawab.[3]

Tujuan pendidikan nasional suatu bangsa menggambarkan manusia yang baik menurut pandangan hidup yang dianut oleh bangsa itu, dan tujuan pendidikan sesuatu bangsa mungkin tidak akan sama dengan bangsa lainnya, karena pandangan hidup mereka biasanya tidak akan sama. Tetapi pada dasarnya pendidikan setiap bangsa tentu sama, yaitu semua menginginkan terwujudnya manusia yang baik yaitu manusia yang sehat, kuat serta mempunyai ketrampilan, pikirannya cerdas serta pandai, dan hatinya berkembang dengan sempurna.

Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa, dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak

untuk memimpin perkembanagan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.[4]

Dalam firman Allah SWT mengatakan:

ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ

 

Artinya:             Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS.An-Nahl/16:78)[5]

Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu dikirimlah anak ke sekolah. Dengan demikian, sebenarnya pendidikan di sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan keluarga. Dengan masuknya anak k esekolah, maka terbentuklah hubungan antara rumah dan sekolah karena antara kedua lingkungan itu terdapat objek dan tujuan yang sama, yakni mendidik anak-anak.[6]

Dapat dimengerti betapa pentingnya kerjasama antra hubungan lingkungan itu. Kerjasama itu hanya tercapai, apabila kedua belah pihak saling mengenal. Contohnya guru dengan orang tua murid. Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan sesamanya. Agama selalu mengajarkan yang terbaik dan tidak pernah menyesatkan penganutnya. Untuk itu sebagai benteng pertahanan diri anak didik dalam menghadapi berbagai tantangan di atas, kiranya untuk menanamkan pendidikan agama yang kuat dalam diri anak, sehingga dengan pendidikan aqidah dan akhlak ini, pola hidup anak akan terkontrol oleh rambu-rambu yang telah digariskan agama dan dapat menyelematkan anak agar tidak terjerumus dalam jurang keterbelakangan mental. Pendidikan aqidah akhlak yang merupakan bagian dari Pendidikan agama merupakan suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh umat manusia dalam rangka meningkatkan penghayatan dan pengalaman agama dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara.

Demikian halnya dengan pembelajaran Aqidah Akhlak, merupakan suatu kegiatan yang bertujuan membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia bertaqwa[7].  Pembelajaran Aqidah Akhlak dalam rangka membentuk manusia beriman, berakhlak mulia sudah seharusnya menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa, sehingga diharapkan siswa mampu mengaktualisasikan nilai-nilai akhlak dalam kehidupan sehari-hari.

Agar anak mempunyai akhlak yang mulia, anak didik diharapkan dapat memperhatikan pelajaran berbasis agama sebagai kontrol dalam kehidupan anak didik. Dalam sejarah perkembangan Islam, pada periode permulaan dakwah Nabi Muhammad saw. tidak langsung menuntut sahabat-sahabatnya mengamalkan syariat Islam secara sempurna sebagai yang dijabarkan dalam lima rukun Islam, akan tetapai selama 10 tahun di Makkah beliau mengajarkan Islam lebih dahulu menitik beratkan pada pembinaan landasan fundamental yang berupa keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT. Karena dari landasan inilah manusia akan berakhlak yang baik. Hal ini merupakan impelementasi dari aqidah. Pada skripsi ini, penulis akan mengungkap “ Pengaruh Hasil Belajar Aqidah Akhlak Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Kelas VIII MTS Cokroaminoto Tanjung Tirta  Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2010/2011”.

 

III.        PENEGASAN ISTILAH

Untuk memperjelas uraian tentang judul, maka penulis memberi penegasan istilah sebagai berikut:

1.      Pengaruh

Daya yang ada atau timbul dari sesuatu.[8]

 

2.      Belajar

Menurut Slameto, dalam bukunya Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya bahwa belajar ialah "Suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[9]

3.      Aqidah Akhlak

Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang rukun Iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma’ al-husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan  pembiasaan

 dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab Islami melalui contoh

 

perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.[10]

 

4.      Pembentukan

5.      Akhlak

Menurut Al-Ghazali, bahwa akhlak adalah :

الخلق عبارة عن هيئة فى النفس راسخة عنهاتصدرالافعال بسهولة ويسرمن غيرحاجةالى فكروروية       

Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”[11]

IV.        PERUMUSAN MASALAH

Adapun permasalahan yang diajukan ada tiga hal, antara lain:

1.      Bagaimanakah pembelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas VIII MTs Cokroaminoto Tanjung Tirta Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2010/2011?

2.      Bagaimanakah akhlak siswa kelas VIII MTs Cokroaminoto Tanjung Tirta Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2010/2011?

3.      Sejauh mana pengaruh hasil belajar Aqidah Akhlak dengan akhlak siswa kelas VIII MTs Cokroaminoto Tanjung Tirta Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2010/

 

V.           TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1.      Untuk mengetahui pembelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas VIII MTs Cokroaminoto Tanjung Tirta Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2010/2011

2.      Untuk mengetahui akhlak siswa kelas VIII MTs Cokroaminoto Tanjung Tirta Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2010/2011

3.      Untuk mengungkap Sejauh mana pengaruh hasil belajar Aqidah Akhlak dengan akhlak siswa kelas VIII MTs Cokroaminoto Tanjung Tirta Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2010/2011.

VI.        KAJIAN PUSTAKA

A.    Aqidah Akhlak

Akidah Islamiyah selalu berhubungan dengan persoalan utama tentang keimanan sebagaimana tercantum dalam Rukun Iman, yaitu Iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan takdir baik atau buruk.4 Termasuk didalamnya adalah materi tatacara ibadah, baik ibadah mahdlah seperti shalat, zakat, puasa dan haji; maupun ibadah ghair mahdlah seperti berbuat baik kepada sesama.5

Aqidah adalah masalah fundamental dalam Islam, karena menjadi titik-tolak permulaan muslim. Pendidikan pertama dan utama untuk dilakukan adalah pembentukan keyakinan kepada Allah, sebagaimana fiman Allah dalam surah Luqman ayat 13 :

øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ

Artinya: ”dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".6

Pendidikan keimanan mendorong anak untuk meniti kebaikan dan menjaganya dari keburukan, durhaka dan bertakwa kepada Allah SWT. Anak mengetahui bahwa tidak ada sesuatu pun yang samar bagi-Nya, baik di bumi maupun di langit. Anak akan senantiasa akan bersegera mengikutkan perbuatan jelek dengan kebaikan serta memperlakukan orang lain dengan akhlak yang baik, terutama pada kedua orang tua mereka. Anak akan merendah dengan penuh kasih sayang kepada kedua orang tua demi mencari ridha Allah.7 Sejalan dengan usaha membentuk dasar keyakinan/keimanan maka diperlukan usaha membentuk akhlak yang mulia. Akhlak mulia adalah merupakan modal bagi setiap orang dalam menghadapi pergaulan antara sesamanya.8

Akhlak termasuk di antara makna yang terpenting dalam hidup ini. Akhlak pertama kali berkaitan dengan hubungan muamalah manusia dengan orang lain, baik secara individu maupun kolektif. Namun lebih dari itu, akhlak juga mengatur hubungan manusia dan tuhannya serta dengan segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan ini.9

Materi pendidikan ini merupakan latihan membangkitkan nafsu-nafsu ketuhanan (rubbubiyah) dan meredam/menghilangkan nafsu-nafsu syaithaniyah. Anak dikenalkan dan dilatih mengenai akhlak yang mulia (akhlakul karimah) seperti jujur, rendah hati, sabar dan tanggung jawab. Akhlak yang tercela (akhlakul madzmumah) seperti dusta, takabur, khianat dan riya. Setelah materi akhlak disampaikan kepada anak,diharapkan memiliki perilaku akhlak mulia dan menjauhi/meninggalkan perilaku akhlak tercela.10

Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma' al-husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab Islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta Qada dan Qadar.

B.     Akhlak Siswa

Secara garis besar akhlak dibagi menjadi dua bagian, yaitu : akhlak baik/terpuji (al-Akhlaq al-Karimah/al-Mahmudah) dan akhlak yang tidak baik/tercela (al-Akhlaq al-Madzumamah). Sedang menurut obyek atau sasarannya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu : akhlak terhadap Allah, Akhlak terhadap sesame manusia dan Akhlak terhadap lingkungan.

a.       Akhlak yang baik (al-Akhlaq al-Karimah/al-Mahmudah)

Akhlak yang baik adalah segala tingkah laku yang terpuji (mahmudah) dan atau dinamakan pula fadhilah (kelebihan). Al-Imam al-Ghazali menggunakan munjiyat yang berarti segala sesuatu yang memberikan keselamatan, kemengan atau kejayaan.[12]

Dalam pengertian lain, akhlak terpuji ialah akhlak yang senantiasa berada dalam control ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi keselamatan umat, seperti sabar, jujur, ikhlas, bersyukur, rendah hati, berprasangka baik (husnuzan), optimis, suka kerja keras, suka menolong orang lain dan lain-lain.[13]

Al-Imam al-Ghazali menerangkan adanya empat pokok keutamaan akhlak yang baik, yaitu :

1)      Mencari hikmah. Hikmah adalah keutamaan yang lebih baik. Bentuk hikmah yang harus dimiliki seseorang, yaitu jika berusaha untuk mencapai kebenaran dan ingin terlepas dan semua kesalahan dari semua hal.

2)      Bersikap berani. Berani berarti sikap yang dapat mengendalikan kekuatan amarahnya dengan akal untuk maji. Biasanya orang yang memiliki akhlak yang baik bersikap pemberani, suka menolong, cerdas, dan dapat mengendalikan jiwanya, suka menerima saran dan kritik orang lain, penyantun, memiliki perasaan cinta dan kasih.

3)      Bersuci diri. Suci berarti mencapai fitrah, yaitu sifat yang dapat mengendalikan syahwatnya dengan akal dan agama. Dengan sifat fitrah dapat menimbulkan sifat-sifat pemurah, pemalu, sabar, toleransi, sederhana, suka menolong, cerdik dan tidak rakus. Fitrah menurut tabiatnya cenderung kepada kebaikan dan mendorong untuk berbuat baik.

4)      Berlaku adil. Yaitu dapat membagi dan memberi haknya sesuai dengan fitrahnya. Adil juga berarti tindakan keputusan yang dilakukan dengan cara tidak berat sebelah atau merugikan satu pihak, tetapi saling menguntungkan.[14]

Dari beberapa pendapat di atas dapat dirinci beberapa bentuk akhlak yang baik, diantaranya yaitu : bersyukur, sabar, ikhlas, jujur, rendah hati, berprasangka baik, amanah, adil, kasih saying, hemat, berani, optimis, malu, memelihara kesucian diri dan menepati janji.

Akhlak yang tidak baik/tercela (al-Akhlaq al-Madzumamah)

Akhlak tercela ialah perangai yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku dan sikap yang tidak baik. Tiang utama dari akhlak tercela ini adalah nafsu jahat.[15]

Akhlak tercela dalam definisi lain, yaitu akhlak yang tidak dalam control ilahiyah, atau berasal dari hawa nafsu dalam lingkaran syaitaniyah serta dapat membawa suasana negative serta destruktif bagi kepentingan umat manusia, seperti : sombong, suuzhan, tamak, pesimis, dusta, kufur, khianat, malas dan lain-lain.[16]

Secara umum sifat-sifat tercela seperti di atas dalam pendapat di atas terdiri dari : kufur, syirik, nifak, sombong (takabur), membanggakan diri (‘ujub), riya’, sum’ah, dengki, suudzan, pesimis, malas, putus asa, dusta, memfitnah, khianat, bakhil dan sebagainya.

VII.     HIPOTESIS

Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.[17] Hipotesis ada dua macam yaitu hipotesis opersional yang diharapkan oleh peneliti dan hipotesis nol. Hipotesis operasional juga disebut hipotesis alternatif dari hipotesis nol.[18] Dalam proses pengujian hipotesis, yang akan diuji adalah hipotesis nol (H0). Kalau hipotesis nol itu diterima, maka hipotesis alternatif harus ditolak. Sebaliknya, jika hipotesis nol ditolak, maka hipotesis alternatif harus diterima.

Hipotesis yang penulis ajukan:

1.      Hipotesis nol (H0) ” Tidak ada pengaruh antara hasil belajar Aqidah Akhlak   dengan   akhlak   siswa   kelas  VIII MTs Cokroaminoto Tanjung Tirta Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2010/2011

2.      Hipotesis alternatif (H1) ” Ada pengaruh yang signifikan antara hasil belajar Aqidah Akhlak dengan akhlak siswa kelas VIII MTs Cokroaminoto Tanjung Tirta Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2010/2011

 

VIII.  METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah “pengaruh yang signifikan antara hasil belajar Aqidah Akhlak dengan akhlak siswa kelas VIII MTs Cokroaminoto Tanjung Tirta Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2010/2011”. Adapun metode yang akan penulis gunakan adalah:

1.      Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.[19]

Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII MTs Cokroaminoto Tanjung Tirta Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 24 anak. Hal ini berdasarkan pendapat apabila populasi kurang dari 100 sebaiknya diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.[20]

2.        Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian.[21] Dalam penelitian ini memuat dua variabel, yaitu:

a.       Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variabel

b.      Variabel Terikat (Y)

Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa VIII MTs Cokroaminoto Tanjung Tirta Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara

Penilaian Pendidikan Agama Islam di sekolah dilakukan terhadap semua aspek, adapun aspek penilaian meliputi: pengetahuan agama, ketrampilan agama, penghayatan agama dan pembiasaan dan pengamalan agama.[22] Dalam hal  ini yaitu menggunakan nilai raport semester I.

3.      Metode Pengumpulan Data.

Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan beberapa metode yaitu :

a.    Metode Literer

Pada metode ini penulis menggunakan buku-buku yang ada kaitannya dengan judul penelitian.

b.    Metode Lapangan

Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data yang bersifat nyata di medan yang menjadi objek penelitian. Untuk mendapatkan data tersebut penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1)      Kuesioner (Angket)

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang hal pribadi atau hal-hal yang respondent ketahui[23]. Dalam skripsi ini digunakan sistem kuesioner langsung yaitu daftar pertanyaannya dikirimkan langsung kepada orang yang ingindimintai pendapat, keyakinannya, atau diminta menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri. Dalam skripsi ini kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data variabel Akhlak siswa VIII MTs Cokroaminoto Tanjung Tirta Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara.

 

 

2)      Metode Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki[24].

Metode ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data dengan cara memperhatikan gejala-gejala atau peristiwa yang diamati yang berhubungan dengan penelitian, seperti letak geografis, sarana prasarana serta bagaimana proses kegiatan belajar mengajar di MTs Cokroaminoto Tanjung Tirta Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara.

3)      Metode Dokumentasi

Untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dalam penelitian, di samping metode kuesioner dan observasi, penulis juga menggunakan metode dokumentasi. Hal ini penulis lakukan karena informasi yang penulis lakukan bukan hanya berasal dari orang saja, melainkan dari data yang berbentuk dokumen, yaitu benda-benda tertulis seperti buku, peraturan-peraturan, notulen rapat dan catatan harian[25]. Adapun data yang diperoleh melalui metode ini antara lain tentang sejarah berdiri dan perkembangan  MTs Cokroaminoto Tanjung Tirta Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara, struktur kurikulum, nilai prestasi belajar Aqidah Akhlak, jadwal pelajaran dan jumlah guru.

 

 

4.      Analisis Data

Metode analisis data dilakukan dengan metode statistik didasarkan bahwa data yang diperoleh berupa angka. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan koefisien korelasi, karena digunakan menemukan ada tidaknya hubungan dan pengaruh dan apabila ada, berapa erat hubungan serta berarti atau tidak hubungan tersebut.[26]

Untuk itu digunakan rumus korelasi product moment:

 =

   : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X     : Variabel Intensitas belajar di TPQ Al Fattah

Y     : Variabel prestasi belajar Pendidikan Agama Islam

N     : Jumlah responden

Σ     : jumlah (sigma)[27]

 

 

 

 

IX.             SISTEMATIKA PENELITIAN

Skripsi ini disusun dalam lima bab yang saling berkaitan antara bab satu dengan bab lainnya, dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bagian yang disusun secara sistematika sebagai berikut:

Bab pertama merupakan Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang masalah,pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua Mengemukakan Kerangka Teori Dan Kerangka Berfikir Dan Pengajuan Hipotesa, Kerangka Teori yang berisi Pendidikan Agama Islam yang mencakup Pengertian Pendidikan Agama Islam, yang terdiri dari Dasar-Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam, Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam. Juga Hakikat Akhlak, yang berisi Pengertian dan Tujuan Akhlak, Sumber dan Macam-macam Akhlak. Dan yang terakhir adalah Hakikat Anak Didik, yang terdiri dari Pengertian Anak didik dan Dasar-dasar Kebutuhan Anak Didik Dalam Pendidikan,Kerangka Berfikir serta Hipotesa Penelitian.

Bab ketiga berisi tentang Gambaran Umum  MTs Cokroaminoto Tanjung Tirta Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara dan Metodologi Penelitian yang mencakup Gambaran Umum MTs Cokroaminoto Tanjung Tirta Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara, Manfaat Penelitian, Waktu dan Lokasi, Populasi dan Sampel, Tekhnik Pengumpulan Data, Tekhnik Analisa Data.

Bab keempat merupakan Gambaran Pengolahan Data, Analisa Data dan Interpretasi Data serta ulasan.

Bab kelima merupakan bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan dan saran penulis.



[1] Redja Mudiyaharjo, Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasarPenddidikan pada Umumnya dan Pendididkan di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), Cet ke-2, h. 11

[2] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005) Cet ke-4, h. 174

[3] Ibid, h. 310

 

[4] Prof. Dr. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta; Kalam Mulia, Cet ke-4 2004), h. 1

[5] al-Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989), h. 413

[6] DR. Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta; Bumi Aksara, 1992), Cet ke-2 h. 76

 

[7]Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Ciputat Press, Jakarta, 2002, hal 4

[8] Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2000, hlm. 849

[9] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2

[10]Molly (pim.red), Peraturan Menteri Agama RI No. 2 Tahun 2008 tentang SKL dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, CV Mitra Sarana Media, Jakarta, 2008, hlm. 42

 

[11]  Al-Ghozali, Ihya’ ‘Ulumuddin Juz 3, Toha Putra, Semarang, TT, hal 52

4Moh. Slamet Untung, MA, Menelusuri Metode Pendidikan ala Rasulullah, Pustaka Rizki Putra, Semarang,  2007, hlm. 118

 

5Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hlm. 16.

 

6Abdul Hafid Dasuki, Al-Qur’an dan Terjemahnya,Asy Syifa’, Semarang, 1992, hlm. 654

7Sa’ad Karim, Sebelum Anak Kita Durhaka Nasehat untuk Para Orangtua, Duta Khazanah, Jakarta,  2007, hlm. 104

 

8Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksra, Jakarta, 1992, hlm. 156

9Ibid

 

10Heri Jauhari Muchtar, Op.Cit., hlm. 16

[12]   Ibid, hal 38

[13]   Aminudin dkk, Op.cit. hal 153

[14]   Yatimin Abdullah, Op.cit, hal 40-41

[15]   Ibid, hal 55

[16]   Aminuddin dkk, Op.cit, hal 153

[17] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 64.

[18] W. Gulo, Metodologi Penelitian, PT Grasindo, Jakarta, 2007, hlm. 71

[19]Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm. 108

[20]Ibid., hlm. 112.

[21]Ibid., hlm. 94.

[22]Drs. H. Abdul Aziz, MA, Pedoman Penilaian Pendidikan Agama Islam, Dirjen Pembinaan Agama Islam Pada Sekolah Umum, Jakarta, 2000, hlm. 36

[23]Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm. 128.

[24]Ibid., hlm. 204.

[25]Ibid., hlm. 149.

[26]Ibid., hlm. 239.

[27]Ibid., hlm. 146.