makalah kepemimpinan berorientasi kualitas
MAKALAH TUGAS KELOMPOK KEPEMIMPINAN BEORIENTASI KUALITAS
PROGRAM STUDY MAGISTER
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA ( IAINU )
KEBUMEN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirah
tuhan yang maha esa karena atas berkat rahmat dan kesehatan yang telah
diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas masalah kelompok
mata kuliah manajemen pendidikan yang berjudul “Kepemimpinan Beorientasi
Kualitas ”.
Semoga makalah ini,dapat bermanfaat
bagi si pembaca. Saya mengucapkan terimah kasih kepada pihak yang terkait yang
telah membantu saya dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa masih
banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya minta
masukan dan perbaikan pembuatan makalah ini pada masa yang akan datang.
Purbalingga, 2
Febuari 2022
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1). Pengertian Konsep Dasar Kualitas.................................................................................. 6
2). Pengertian Total
Quality Management............................................................................. 7
3). Prinsip prinsip Pendukung Total Quality
Management................................................. 17
4). Perencanaan Pengendalian Dan Perbaikan Kualitas....................................................... 19
KESIMPULAN...................................................................................................................... 21
SARAN................................................................................................................................... 21
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari
seorang pemimpin (leader) dalam mengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh
unsur unsur di dalam kelompok atau organisasinya untuk mencapai suatu tujuan
organisasi yang diinginkan sehingga menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal.
Dengan meningkatnya kinerja pegawai berarti tercapainya hasil kerja seseorang
atau pegawai dalam mewujudkan tujuan organisasi.
Kemampuan dan keterampilan dari seorang pimpinan adalah
faktor penting dalam memotivasi pegawainya agar lebih bekerja dengan baik.
Dalam hal ini pengaruh seorang pimimpinan sangat menentukan arah tujuan dari
organisasi, karena untuk merealisasikan tujuan organisasi perlu menerapkan
peran dalam memimpin kerja yang konsisten terhadap situasi kerja yang dihadapi.
Selain itu seorang pemimpin didalam melaksanakan tugasnya harus berupaya
menciptakan dan memelihara hubungan yang baik dengan bawahannya agar mereka
dapat bekerja secara produktif. Dengan demikian, secara tidak langsung motivasi
dari pegawai semakin meningkat
Kartini
Kartono (Thoha, 2010:81), menyatakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah memandu,
menuntun, membimbing, membangun, memberi motivasi kerja, mengemudikan
organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang baik, memberikan pengawasan yang
efisien dan membawa pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan
ketentuan waktu dan rencana yang telah ditetapkan Kurang adanya peranan
pimpinan dalam mengarahkan karyawan sehingga hasil kerja pegawai terkesan
kurang baik dan tidak terstruktur, demikan pula dalam memberikan pelatihan
terhadap beberapa pekerjaan yang butuh ketelitian juga masih kurang mendapat
perhatian dari pimpinan yang
berkewajiban penuh melatih pegawainya, selain itu pula pemimpin sebaiknya
mendukung pekerjaan pegawai sehingga pegawai merasa bersemangat dalam
melaksanakan pekerjaan tersebut,menciptakan komunikasi yang harmonis serta
memberikan pembinaan pegawai, sehingga tidak akan menyebabkan tingkat kinerja
pegawai rendah. Pendelegasian wewenang dan tugas juga belum optimal sehingga
pegawai merasa tidak dipercaya mampu melaksanakan tugas dan wewenang tersebut. Demikian halnya dengan kurangnya motivasi
pegawai seperti tidak disiplin masuk kerja, malas- malasan dalam bekerja akan
menyebabkan kinerja pegawai rendah. Hal ini disebabkan oleh faktor ekstern dan
intern , faktor ekstern meliputi lingkungan kerja yang kurang menyenangkan bagi
pegawai, dan perlu adanya supervisi yang baik. Kompensasi yang kurang memadai
sehingga mengurangi motivasi kerja pegawai untuk
mengahasilkan kinerja yang baik. Pemberian reward atau
penghargaan yang hampir tidak pernah ada sering membuat pegawai tidak puas
dengan hasil kerja. Sedangkan jika dilihat dari faktor intern yakni belum ada
kematangan dari pribadi pegawai itu sendiri dan harus perlu adanya pelatihan
untuk lebih meningkatkan kualitas kinerja pegawai, tingkat pendidikan sudah
sesuai stantard pendidikan tetapi ada beberapa yang masih menempati posisi yang
tidak linear dengan bidang ilmu dalam struktur kepegawaian. Kebutuhan pegawai
yang sering tidak terpenuhi membuat keinginan dan harapan pribadi untuk lebih
berkreasi dalam mengembangkan kompetensi belum tercapai dan menimbulkan
kebosanan dan ketidak puasan menerima hasil kerja bagi pegawai itu sendiri.
Adapun yang menjadi salah satu penyebab hal diatas yakni
ada kecenderungan pimipinan yang sulit bersahabat dan berkonsultasi dengan
bawahan, rendahnya tingkat komunikasi menyebakan ikatan emosional yang rendah
pula, sehingga berpengaruh pada tingkah laku kerja yang lebih cendurung santai
dan biasa-biasa saja. Dan pada akhhirnya hanya menghasilkan kualitas kerja yang
biasa-biasa, karena kurangnya semngat atau motivasi kerja pegawai dalam
mencapai hasil maksimal kualitas pekerjaan. Rendahnya motivasi kerja pegawai
terlihat dari perbandingan antara tingkat realisasi dan penetapapan capaian
atau target kinerja yang akan diterapkan. Melihat pentingnya pengaruh seorang
pemimpin didalam mengoperasikan instansi pemerintahan dengan individu yang
berbedabeda, maka seorang pemimpin harus benar – benar mampu menggerakkan dan
memotivasi bawahannya dengan baik sehingga setiap pegawainya selalu termotivasi
dalam bekerja dan mencapai sasaran program yang telah ditetapkan.
Berdasarkan fenomena permasalahan di atas maka calon Peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Kepemimipinan Beorientasi Kualitas ”
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah arti dari Konsep
Dasar Kualitas ?
2.
Apa yang dimaksud dengan TQM
( Total Quality Management )
3.
Apa saja yang menjadi
Prinsip Pendukung Total Quality Management
4.
Bagaimana konsep memperbaiki
Kualitas ?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui arti Konsep
Dasar Kualitas
2.
Untuk mengetahui pengertian
Total Quality Management
3.
Untuk mengetahui Prinsip
Total Quality Management
4.
Untuk mengetahui konsep
Total Quality Management
BAB II PEMBAHASAN
A.
Konsep Kualitas
1.
Pengertian
Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi
dari yang konvensional sampai yang strategik. Definisi dari yang konvensional
dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk
seperti: performansi (performancei), keandalan (reability), mudah dalam
penggunaan (ease of use), estetika (esthetics), dan sebagainya.1
Mutu adalah kemampuan suatu produk, baik itu barang maupun jasa/layanan untuk
memenuhi keinginan pelanggannya. Sehingga setiap barang atau jasa selalu diacu
untuk memenuhi mutu yang diminta pelanggan melalui pasar.2
Dalam ISO 8402 (Quality Vocabulary),
kualitas didefinisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk yang
menunjang kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau
ditetapkan. Kualitas sering kali diartikan sebagai kepuasan pelanggan (customer
satisfaction) atau konormansi terhadap kebutuhan atau persyaratan (conformance
to the requiremenrs).3
Disamping pengertian kualitas seperti yang telah disebutkan
diatas, kualitas juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menentukan
kepuasan pelanggan dan upaya perubahan kearah perbaikan terus-menerus sehingga
dikenal istilah: QMATCH (Quality
= Meets Terms and Changes).
Berdasarkan definisi yang di jelaskan
diatas, baik dari yang konvensional maupun yang telah strategik, kita boleh
menyatakan bahwa pada dasarnya kualitas mengacu pada pengertian pokok berikut:
a.
Kualitas
terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung maupun
keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan dengan demikian
memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu.
1 Vincent Gaspersz, Total
Quality Management (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), 4
2 Manahan P.
Tampubolon, Manajemen Operasional (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), 82.
3 Vincent Gaspersz,
Total Quality Management (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), 5. 8
b. Kualitas
terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan
B. PENGERTIAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Jasuri4
Total Quality Management (TQM) menjadi
signifikan diterapkan sebagai solusi alternatif bagi peningkatan dan penjaminan mutu lembaga pendidikan. Total Quality Management, yang juga dinamai Manajemen
Mutu Terpadu, merupakan paradigma tentang perbaikan secara terus
menerus yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan dan harapan para pelanggannya pada masa kini dan masa
yang akan datang.5
Dalam konteks keprihatinan dan upaya
membangkitkan kondisi dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya dan pendidikan
Islam pada khususnya, terdapat fenomena nasional yang menarik dikaji dengan
bersinarnya sebuah lembaga pendidikan Islam di Indonesia.
Kelebihan sistem manajemen mutu ini
terletak pada sistem perencanaan yang matang, realistis dan terukur, dan pada
tahap pelaksanaan sudah memiliki pola kerja yang mengacu kepada
prosedur-prosedur terbaik yang dipilih oleh organisasi, sedangkan evaluasi dana
pemantauan terhadap perbaikan berkelanjutan dilakukan pada setiap tahap dan
setiap lini proses organisasi untuk menjamin mutu demi kepuasan pelanggan.
Tulisan ini mencoba menawarkan konsep TQM untuk diterapkan pada lembaga
pendidikan Islam, baik lembaga formal maupun non formal.
TQM atau Total Quality Management
(manajemen kualitas menyeluruh) merupakan strategi yang ditujukan untuk
menanamkan kesadaran kualitas pada semua proses dalam organisasi. Suatu
pendekatan menejemen di lembaga yang
4 Jasuri adalah Dosen Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo Semarang.
5 Edward Sallis, Total Quality
Management in Education, terj. Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi (Jogjakarta:
IRCiSoD, 2006), hlm. 73.
terfokus pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua
anggotanya dan bertujuan untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan
pelanggan serta memberi keuntungan untuk semua anggota dalam organisasi serta
masyarakat.
Di Indonesia penggunaan TQM di lembaga pendidikan Islam
memang masih jarang yang menerapkan konsep tersebut. TQM cukup populer di
sektor swasta, diawali penerapannya pada perusahaan-perusahaan terkemuka dan
perusahaan milik negara, sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan daya
kompetitif yang mengedepankan kualitas.
Dikarenakan TQM dianggap sebuah
pendekatan yang cukup tepat, maka lembaga pendidikan Islam mencoba mengadopsi dan mulai beradaptasi dengan
konsep ini, sebagai langkah strategis guna meningkatkan pelayanan maksimal pada pelanggannya. Menurut hemat
penulis, TQM perlu diterapkan pada setiap satuan pendidikan Islam guna mendorong
kualitas pelayanan mutu prima kepada stakeholders. Sebab, dunia persaingan
global yang sangat ketat saat ini, orang lebih mengutamakan dengan
pekerjaan yang menghasilkan produk
dan/atau jasa.
Suatu hasil dibuat karena ada yang
membutuhkan, dan kebutuhan tersebut berkembang seiring dengan tuntutan mutu
penggunanya. Dunia pendidikan juga tidak dapat terlepas dari sistem manajemen
ini. Pada ranah pendidikan terdapat beberapa kelemahan mendasar dalam
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia,
antara lain yaitu bidang manajemen yang mencakup dimensi proses dan substansi.
Pada tataran proses, seperti perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
belum dilakukan dengan prosedur kerja yang ketat dan benar. Pada tataran
substantif, seperti personalia, keuangan, sarana dan prasarana, instrument
pembelajaran, layanan bantu, layanan perpustakaan, dan sebagainya, tidak hanya substansinya belum komprehensif,
melainkan kriteria keberhasilan untuk masing- masingnya belum ditetapkan secara
taat asas. 6
Agar mutu tetap terjaga dan agar proses
peningkatan mutu tetap terkontrol, maka harus ada standar yang diatur dan
disepakati untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu
tersebut (adanya titik acuan standar). Maka bagaimanakah agar lembaga
pendidikan Islam secara kualitas dapat terjaga
6 Sudarwan, Danim. 2003.
Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 6
dan
bagaimanakah cara mengaplikasikan TQM pada lembaga pendidikan Islam.
Terdapat tiga konsepsi mutu yang paling
populer yang telah dikembangkan oleh tiga pakar mutu tingkat internasional,
yaitu W. Edwards Deming, Philip B. Crosby, dan Joseph M. Juran.7
Deming mendefinisikan mutu adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Crosby mendefinisikan mutu adalah sebagai kesesuaian terhadap
persyaratan. Sedangkan Juran mendefinisikan mutu adalah kesesuaian terhadap
spesifikasi. Meskipun ketiga pakar tersebut berbeda dalam mempersepsikan mutu,
tetapi ketiganya kemudian menjadi dasar pemikiran dalam sistem manajemen mutu
yang merupakan isu sentral dalam aktivitas bisnis saat ini. Oleh karena itu,
banyak perusahaan secara progresif mencari sistem manajemen tidak terkecuali
manajemen pendidikan untuk menyiasati mutu dalam era globalisasi.
Edward Sallis mengatakan, total quality
management is a philosophy of continuous improvement, which can provide any
educational institution with a set of practical tools for meeting and exceeding
present and future customers needs, wants, and expectations.8 TQM
adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat
memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam
memenuhi kebutuhan, keinginan, harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk
masa yang akan datang.
Definisi lain, TQM is the integration of
all functions and processes within an organization in order to achieve
continuous improvement of the quality of goods and services. The goal is
customer satisfaction.9 TQM adalah integrasi segenap fungsi dan
proses dalam suatu organisasi demi meraih perbaikan mutu barang dan jasa secara
terus menerus. Tujuannya ialah kepuasan pelanggan.
Lebih lanjut, the essence of Total
Quality Management is a common sense dedication to understanding what
the customer wants and then using people and science to set up
systems to deliver products and services that delight the customer.10
Esensi Total Quality Management adalah dedikasi penuh
7 Zulian Yamit, Manajemen Kualitas: Produk dan
Jasa (Yogyakarta: Ekonisia, 2001), hlm.
8 Edward Sallis, Op
Cit., hlm. 34.
9 Diambil
dari http://www.au.edu.pk/qec/minutes/admin-TQM.ppt, diakses pada 29 Maret 2013.
10
Diambil dari http://www3.nd.edu/~kmatta/BAMG30700/Lectures/Lect-4-TQM-Basic-
Tenets.ppt, diakses pada
pertimbangan untuk memahami apa yang diinginkan pelanggan
dan kemudian memanfaatkan orang maupun ilmu untuk membentuk sistem penyampaian
produk dan pelayanan yang menyenangkan pelanggan.
Penjabaran lain terkait definisi Total
Quality Management dapat memperhatikan pernyataan yang dikutip dari Witcher
(1990) berikut. Total Quality Management terdiri dari tiga istilah:
a.
Total: meaning that every person is involved including customer and
suppliers. Istilah pertama ini berarti bahwa
setiap orang dilibatkan, termasuk pelanggan dan penyedia (layanan).
b.
Quality: implying that customer
requirements are met in accordance
to specification. Kualitas/mutu mengimplikasikan bahwa kebutuhan
pelanggan dipenuhi menurut spesifikasinya.
c.
Management: indicating
that senior executives are committed. Istilah ketiga ini mengindikasikan bahwa pelaksana senior memiliki suatu komitmen.11
M. Yusof dan Elaine Aspinwall, menerangkan bahwa TQM is the way of life of an organisation committed
to customer satisfaction through continuous improvement. This way of life
varies from organisation to
organisation and from one country to
another but has certain principles which can
be implemented to secure market share,
increase profits and reduce
costs.12 Total Quallity
Management didefinisikan sebagai cara hidup organisasi yang diupayakan untuk kepuasan pelanggan melalui perbaikan terus
menerus. Cara tersebut berbeda antara
organisasi satu dengan yang lain, antara negara satu dengan negara lain, tetapi
memiliki prinsip-prinsip tertentu yang dapat diterapkan untuk menjamin penguasaan
pasar, meningkatkan laba, dan mengurangi biaya
(produksi).
Dari pemaparan di atas,
dapat disarikan kemudian bahwa Total Quality
29 Maret 2013.
11 Sola Aina & Oyeyemi
Kayode, Application of Total Quality
Management in the Classroom, British
Journal of Arts and Social Sciences, Vol.11 No.I
(2012), dari http://www.bjournal.co.uk/paper/BJASS_11_1/BJASS_11_01_02.pdf, diakses
pada 30 Maret 2013.
12 TQM implementation issues: review and case study,
International Journal of Operations & Production Management, Vol. 20 No. 6, 2000, pp. 634-655, dari http://www.fkm.utm.my/~shari/download/paper5.pdf, diakses
pada
29 Maret 2013.
Management merupakan upaya memadukan segenap fungsi dan
proses dalam suatu organisasi untuk mencapai perbaikan mutu barang, jasa,
ataupun layanan secara terus menerus yang dilakukan demi kepuasan pelanggan
berdasarkan prinsip-prinsip tertentu.
C. Implementasi TQM dalam Pendidikan Islam
Penerapan Total Quality Management dalam
pendidikan diharapkan dapat memperkecil jurang kesenjangan mutu di segala lini
dan mampu mencapai tujuan meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan,
terus-menerus, dan terpadu.13
Upaya peningkatan mutu pendidikan yang
dimaksud berdasarkan pada setiap komponen pendidikan yang dapat diwujudkan
dengan prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Fokus
pada pelanggan (costumer focus)
Kunci keberhasilan budaya mutu terpadu
yakni adanya suatu hubungan efektif, baik secara internal maupun eksternal,
antara pelanggan dengan supplier. Semua jaringan dan komunikasi vertikal maupun
horizontal perlu dioptimalkan untuk membentuk iklim kondusif terciptanya
budaya komunikasi dengan
memanfaatkan semua media secara multi arah dan secara harmonis yang setiap saat
diperlukan untuk mengimplementasikan manajemen terpadu dalam bidang pendidikan.
Jadi kepuasan pelanggan merupakan faktor penting dalam manajemen terpadu.14
b. Peningkatan
proses (process improvement)
Peningkatan kualitas pada proses merujuk
pada peningkatan terus menerus (kontinyu) yang dibangun atas dasar pekerjaan
yang akan menghasilkan serangkaian tahapan interelasi dan aktivitas yang pada
akhirnya akan menghasilkan output (keluaran).
c.
Total Quality Management
Keterlibatan total (total involvement).15
Pelibatan semua komponen pendidikan dimulai dari aktifnya pemimpin
13 Marno dan Triyo
Supriyanto, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008),
hlm. 112.
14 Ibid.,
hlm.
114.
15 Ibid., hlm. 117
(kepala sekolah) hingga para guru dan tenaga kependidikan.
Mereka harus dilibatkan untuk mencapai keuntungan kompetitif di lingkungan
pengguna yang luas.
Prinsip-prinsip di atas senantiasa erat
hubungannya dengan fungsi dan tujuan. Pada dasarnya, Total Qualit Management
berfungsi efektif dalam berbagai organisasi, yakni sebagai sistem manajemen
peningkatan kualitas produk atau outcome sehingga dapat diterima oleh pelanggan
dan dapat diarahkan untuk menghindari timbulnya kesalahan fatal. Sementara
tujuan Total Quality Management adalah demi memberikan kepuasan terhadap
pelanggan terkait kebutuhannya seefisien mungkin.16
Secara lebih detail, implementasi Total
Quality Management dalam dunia pendidikan dapat dilakukan dengan memperhatikan
hal-hal berikut:
a. Penanaman
falsafah kualitas
Dalam hal ini manajemen dan karyawan
harus mengerti sepenuhnya dan yakin mengapa organisasi akan mencapai total
quality, yaitu untuk menjamin kelangsungan hidup organisasi dalam iklim
kompetitif. Setiap anggota dalam organisasi perlu mempunyai pengertian yang
sama terhadap istilah-istilah TQ, seperti kualitas, kerusakan (defect),
pelayanan yang baik, pelayanan yang merugikan, customer dan lain-lainya.17
Setiap organisasi harus dapat memberikan apresiasi, mengantisipasi dan apabila
perlu menerima sejumlah pengorbanan pada tahap-tahap awal pengimplementasian
Total Quality Management.
b. Kepemimpinan pendidikan
Kepemimpinan merupakan salah satu
penentu keberhasilan organisasi dalam mewujudkan tujuannya. Kualitas
kepemimpinan yang dimiliki oleh suatu organisasi akan sangat mempengaruhi
keberhasilan organisasi tersebut
dalam kiprahnya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, dan memiliki visi kedepan untuk kemajuan lembaga.
Berdasarkan falsafah mutu
yang diterima pada langkah pertama,
16 Umi Hanik, Implementasi
Total Quality Management dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan
17 Soewarso Hardjosoedarmo,
Total Quality Management (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), hlm 39
manajemen puncak terutama CEO (Chief Executive Officer)
harus mengambil inisiatif dalam menunjukkan kepemimpinan yang teguh dalam
gerakan mutu. Manajemen puncak harus memberikan contoh dalam hal pola sikap,
pola fikir dan pola tindak yang mencerminkan falsafah mutu yang telah
ditanamkan. Dengan kata lain, manajemen puncak harus bersikap, berfikir dan
bertindak tentang mutu dalam semua keputusan dan aktivitasnya. Ini berarti
bahwa manajemen puncak harus bersedia menerima siapapun dalam organisasi yang
akan memberikan kontribusi dalam perbaikan mutu produk dan jasa organisasinya.
c. Peningkatan
secara terus-menerus
Total Quality Management adalah sebuah pendekatan praktis, namun strategis dalam menjalankan roda organisasi yang memfokuskan diri pada kebutuhan pelanggan dan
kliennya. Tujuannya adalah untuk
mencari hasil yang lebih baik. Total
Quality Management bukan
merupakan sekumpulan slogan, namun merupakan suatu pendekatan sistematis dan hati- hati untuk mencapai tingkatan kualitas yang tepat dengan
cara yang konsisten dalam
memenuhi kebutuhan dan
keinginan pelanggan. Total Quality
Management dapat dipahami sebagai filosofi perbaikan
tanpa henti hingga tujuan organisasi dapat dicapai dan dengan
melibatkan segenap komponen dalam
organisasi tersebut.
Sebagai sebuah pendekatan, Total Quality
Management mencari sebuah perubahan
permanen dalam tujuan sebuah organisasi, dari tujuan kelayakan jangka
pendek menuju tujuan perbaikan mutu jangka
panjang. Institusi yang melakukan inovasi secara
konstan, melakukan perbaikan danperubahan secara
terarah, dan mempraktekkan Total Quality
Management, akan mengalami siklus
perbaikan secara terus-menerus.
Semangat tersebut akan
menciptakan sebuah upaya sadar untuk menganalisa
apa yang sedang dikerjakan
dan merencanakan perbaikannya. Untuk menciptakan kultur perbaikan
terus-menerus, seorang manajer harus
mempercayai stafnya dan
mendelegasikan keputusan pada
tingkatan-tingkatan yang tepat. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan staf sebuah tanggung jawab untuk menyampaikan mutu dalam
lingkungan mereka. Staf membutuhkan kebebasan kerja
dalam kerangka kerja yang sudah
jelas dan
tujuan
organisasi yang sudah diketahui.
d. Organisasi
ke atas, samping-bawah
Kunci
keberhasilan budaya Total Quality Management adanya suatu hubungan efektif, baik
secara internal maupun secara eksternal, antarapelanggan dengan suplier. Semua jaringan dan komunikasi baik
secara vertikal maupun horizontal perlu dioptimalkan. Hal ini sangat diperlukan
untuk membentuk iklim kondusif bagi
terciptanya budaya kualitas yang diharapkan. Oleh karena
itu, pimpinan perlu menciptakan budaya komunikasi dengan memanfaatkan
semua media secara multi arah secara
harmonis setiap saat diperlukan
untuk menerapkan Total Quality Management
dalam bidang pendidikan. Jika hal
ini dapat dilakukan dan disambut
dengan baik berarti organisasi
ini sudah siap memasuki abad
komunikasi dan informasi.18
e. Perubahan kultur
Total Quality Management memerlukan perubahan kultur.
Ini terkenal sulit untuk diwujudkan dan membutuhkan waktu yang cukup
lama. Total Quality Management membutuhkan perubahan sikap dan metode. Staf dalam
institusi harus memahami dan pelaksanakan pesan moral Total
Quality Management agar bisa membawa dampak. Bagaimanapun
juga, perubahan kultur tidak hanya
bicara tentang merubah
perilaku staf, tapi juga memerlukan
perubahan dalam metode
mengarahkan sebuah institusi.19
Perubahan metode tersebut ditandai dengan sebuah
pemahaman bahwa orang menghasilkan mutu.
Ada dua hal penting yang diperlukan staf untuk
menghasilkan mutu. Pertama, staf membutuhkan
sebuah lingkungan yang cocok untuk bekerja. Mereka membutuhkan alat-alat keterampilan dan mereka harus bekerja dengan sistem dan
prosedur yang sederhana dan membantu pekerjaan mereka. Lingkungan yang mengelilingi staf
memiliki pengaruh yang sangat
besar terhadap kemampuan mereka dalam
mengerjakan pekerjaannya secara tepat dan efektif. Di antara ciri-ciri lingkungan yang membantu tersebut adalah sistem dan prosedur dalam suatu organisasi memotivasi dan meningkatkan
kerja mereka. Prosedur yang baik dan
motivatif memang tidak serta-merta akan menghasilkan
18 Marno & Triyo
Supriyatno, Op. Cit., hlm. 118.
19 Edward Sallis, Op.Cit., hlm.
78.
mutu, namun prosedur yang tidak baik dan salah-asuh justru akan membuat mutu menjadi sulit dicapai.
Kedua, untuk melakukan pekerjaan dengan baik, staf memerlukan lingkungan yang mendukung dan
menghargai kesuksesan dan prestasi
yang mereka raih. Mereka memerlukan pemimpiri yang dapat menghargai
prestasi mereka dan membimbing mereka untuk meraih sukses yang lebih
besar. Motivasi untuk melakukan
pekeijaan yang baik
adalah basil dari sebuah gaya kepemimpinan
dan dari atmosfir.
f.
Peningkatan kualitas guru
dan karyawan
Dengan telah diciptakannya lingkungan
kerja yang kondusif sebagai hasil perubahan budaya, seluruh anggota organisasi,
termasuk para manajer, harus siap mengikuti program pendidikan dan pelatihan
mengenai Total Quality. Program diklat ini merupakan langkah-langkah persiapan
bagi pemberdayaan kepada seluruh guru dan karyawan. Dalam pemberdayaan ini
seluruh guru dan karyawan diberi keprcayaan, tugas, wewenang dan tanggung jawab
untuk mengorganisasikan diri kedalam self-managing teams guna memperbaiki
proses dalam mencapai mutu prodek dan jasa.20
g. Profesionalisme
dan fokus pada pelanggan
Ada dimensi lain tentang tenaga kerja profesional dalam
pendidikan yang secara tradisional melihat
diri mereka sendiri sebagai pelindung dari
mutu dan standar institusi.
Penekanan Total Quality Management
pada kedaulatan pelanggan dapat menyebabkan
konflik dengan konsep-konsep profesional tradisional. Ini merupakan masalah yang rumit,
dan menjadi sesuatu yang perlu dipertimbangkan
oleh institusi pendidikan yang menggunakan prosedur mutu terpadu.21
Pelatihan
guru dalam konsep-konsep mutu merupakan elemen penting dalam upaya merubah kultur. Staf harus paham
bagaimana mereka dan muridnya dapat
memperoleh manfaat dari fokus terhadap pelanggan. Mutu
terpadu bukan sekedar membuat
pelanggan senang dan tersenyum. Mutu terpadu
20 Soewarso
Hardjosoedarmo, Op.Cit., hlm. 41.
21
Edward Sallis, Op.Cit., hlm. 85.
adalah mendengarkan dan berdialog tentang kekhawatiran dan aspirasi pelanggan. Aspek terbaik dari
peran profesional adalah
perhatian serta standar akademi
dan kejuruan yang tinggi. Memadukan
aspek terbaik dari profesionalisme dengan mutu terpadu merupakan
hal yang esensial untuk mencapai sukses.
h. Pengelolaan kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu komponen
pendidikan yang memegang peranan
penting dalam menentukan ke arah mana sasaran dan tujuan peserta didik akan
dibawa serta kemampuan minimal dan keahlian apa yang harus dimiliki oleh
peserta didik setelah selesai mengikuti program pendidikan. Atas dasar itu, maka Perubahan yang
menuntut adanya penyesuaian-penyesuaian tertentu dalam bidang pendidikan
merupakan suatu hal yang harus dilakukan, sebagai upaya memperbaiki dan mengembangkan kualitas pendidikan, menuju
terciptanya kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan mampu
bersaing, baik tingkat nasional maupun internasional. Dalam konteks pendidikan
madrasah, agar lulusannya memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, maka
kurikulum dikembangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi. Hal ini dilakukan
agar pendidikan secara kelembagaan dapat merespon secara proaktif berbagai
perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta tuntutan desentralisasi.22
i. Menjaga
hubungan dengan pelanggan
Misi utama Total Qualit Management dalam lembaga adalah untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Lembaga yang unggul akan selalu menjaga kedekatan dengan pelanggan
serta
memiliki ketertarikan (obsesi) terhadap
kualitas. Oleh karena itu, pimpinan lembaga pendidikan perlu mengembangkan
paradigma baru bahwa yang semula
kecenderungannya acuh dengan pelanggan, di masa mendatang harus memprioritaskan
dan memuaskan pelanggan. Hal ini didasarkan
pada ciri utama penentu kualitas versi
Total Quality Management bahwa pelangganlah yang akhirnya
menentukankualitas.
Agar transformasi Total Quality Management dalam dunia pendidikan
22
Sukmadinata, Pengembangan
Kurikulum: Teori dan Praktek. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 43.
bisa tercapai, maka antara
lembaga pendidikan dan pihak pengajar
harus bekerjasama, dengan kata lain semua yang berkaitan dengan lembaga pendidikan harus
bekerjasama dan benar-benar berupaya untuk mengadakan perbaikan mutu
pendidikan. Apabila penerapan Total Quality Management tidak dibarengi dengan
usaha yang memaksimalkan diri seluruh
pihak pengelola pendidikan (kepala
sekolah, guru, karyawan, siswa, dan masyarakat), maka upaya transformasi Total Quality Management tidak terwujud
dengan baik. Dengan mengacu pada organisasi industri, maka instrumen Total Quality Management dalam pendidikan
meliputi produk, customer, model-model mutu, mutu pembelajaran, standar mutu
dan kepemimpinan pendidikan.23
C. PRINSIP PENDUKUNG TOTAL QUALITY
MANAGEMENT
Keempat belas prinsip yang dimaksud tersebut meliputi:
a)
Create constancy of purpose for
improvement of product and service (ciptakan keteguhan tujuan demi
kemajuan produk dan layanan). Dengan kata lain, miliki tekad yang kuat dan
terus menerus untuk memperbaiki mutu produk dan jasa.
b)
Adopt the new philosophy (adopsi filosofi baru). Artinya,
gunakan filosofi yang tidak bisa menerima keterlambatan, kesalahan, cacat
materi, dan cacat pekerjaan.
c)
Cease
dependence on inspection to achieve
quality (hentikan ketergantungan terhadap pemeriksaan untuk mencapai mutu).
Maksudnya, ganti dengan adanya proses yang baik sejak awal hingga akhir guna
mendapatkan hasil bermutu.
d) End the practice of awarding business on the basis of price
alone (akhiri praktik bisnis berhadiah). Sederhananya, jangan terkecoh oleh
besarnya biaya saja. Yang mahal dan yang mudah belum pasti baik, dan sebaliknya.
e)
Improve constantly and forever
every activity in the organization, to improve
quality and productivity
(lakukan perbaikan secara terus-menerus baik kualitas maupun produktivitas).
23
Pendekatan Total Quality Management (TQM) dalam Pendidikan dari http://mahalaniraya.wordpress.com/2008/03/01, diakses pada
27 Maret 2013
f)
Institute
training on the job (adakan pelatihan) bagi semua orang, baik pimpinan maupun
staf, agar masing-masing dapat meningkatkan kualitas kerjanya.
g) Institute leadership (bangun kepemimpinan) sehingga dapat
membantu memperbaiki kinerja.
h) Drive
out fear (hilangkan ketakutan).
i)
Break down barriers among staff areas (hadapi
rintangan), termasuk hambatan komunikasi antar
individu.
j)
Eliminate
slogans, exhortations, and targets
that demand zero defects and new levels of productivity (hilangkan slogan,
peringatan, dan target yang menuntut kerusakan nol dan level produktivitas baru).
k) Eliminate numerical quotas for
the staff and goals for management (hilangkan kuota numerik
staf dan tujuan demi kepentingan manajemen).
l)
Remove barriers that rob people of pride in their work and remove the
barriers that rob people in leadership of their right
to pride in their work (hilangkan rintangan yang
mengganggu kebanggaan kerja dan hak-hak individu).
m) Institute a vigorous program
of education and retraining for everyone (adakan program penyemangat demi pengembangan diri).
n)
Put everyone in the organization to work to
accomplish the transformation (ajak setiap orang untuk menyempurnakan perubahan).24
24 Ibid., hlm. 2-5
D. PERENCANAAN PENGENDALIAN DAN
PERBAIKAN KUALITAS
a.
Metode
W. Edwards Deming
W. E. Deming dinilai sebagai bapak
gerakan Total Quality Management. Metodenya dikenal dengan Deming Cycle (Siklus
Deming). Siklus ini model perbaikan berkesinambungan, terdiri atas empat
komponen yang saling berkaitan, yakni plan-do-check-act (PDCA). Keempat elemen
tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Siklus Deming
1.
Mengembangkan rencana
perbaikan (plan)
Rencana ini disusun berdasarkan prinsip
5W 1H (what, why, who, when, where, dan how) yang dibuat secara jelas dan
terperinci, serta menetapkan sasaran maupun target yang musti dicapai.
2.
Melaksanakan rencana (do)
Rencana yang telah tersusun dilaksanakan
secara bertahap, mulai dari skala kecil, dan pembagian tugas secara merata
sesuai kapasitas dan kemampuan dari setiap personil. Selama proses pelaksanaan
harus ada pengendalian, sebagai upaya agar seluruh rencana dilaksanakan dengan
sebaik mungkin dan sasarannya dapat dicapai.
3.
Memeriksa hasil yang dicapai (check)
Elemen ini mengacu kepada penetapan
apakah pelaksanaan Total Quality Management berada pada jalur yang ditetapkan,
sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan perbaikan yang direncanakan. Alat
atau perlengkapan yang dapat digunakan dalam memeriksa yaitu diagram,
histogram,
dan diagram kontrol.
4.
Melakukan tindakan
penyesuaian bila diperlukan (action)
Penyesuaian dilakukan bila dianggap
perlu, didasarkan pada hasil analisis. Penyesuaian berkenaan dengan
standardisasi prosedur baru guna menghindari timbulnya kembali masalah yang
sama atau menetapkan sasaran baru bagi perbaikan berikutnya.
b. Metode Joseph M.
Juran
Juran mengemukakan ada empat konsep dalam metode Total
Quality Management yaitu meliputi:
1.
Terkait konsep ini, Juran mengungkapkan
bahwa terdapat hubungan antara kualitas dengan daya saing. Tiga langkah yang
dimaksudkan adalah: (a) mencapai perbaikan terstruktur atas dasar kesinambungan
yang dikombinasikan dengan dedikasi dan keadaan mendesak; (b) mengadakan
program pelatihan secara luas; dan (c) membentuk komitmen dan kepemimpinan
pada tingkat manajemen yang lebih tinggi.
2.
Pada konsep kedua ini, dikemukakan
sepuluh langkah untuk memperbaiki kualitas, yakni: (a) membentuk kesadaran
terhadap kebutuhan perbaikan dan peluang untuk melakukan perbaikan; (b)
menetapkan tujuan perbaikan; (c) mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan; (d) menyediakan pelatihan; (e) melaksanakan proyek-proyek untuk
memecahkan masalah; (f) melaporkan perkembangan; (g) memberikan penghargaan;
(h) mengomunikasikan hal-hal yang dicapai; (i) menyimpan dan mempertahankan
hasil yang dicapai; dan (j) memelihara momentum dengan melakukan perbaikan
dalam sistem reguler organisasi atau perusahaan.
3.
The pareto
principle
Juran, dalam konsep ini, menerapkan prinsip yang
dikemukakan oleh Pareto, yakni organisasi harus memusatkan energi pada
penyisihan sumber
masalah
yang sedikit namun vital (vital few sources) yang menyebabkan sebagian besar
masalah.
4.
The Juran
trilogy
Menurut
konsep keempat ini, terdapat tiga fungsi utama manajerial, yaitu: (a)
perencanaan kualitas; (b) pengendalian kualitas; dan (c) perbaikan kualitas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada dasarnya TQM adalah evaluasi untuk
menemukan berbagai informasi tentang perencanaan dan pengendalian mutu suatu
lembaga. Juga tentang produk yang dihasilkan, sehingga dapat dilakukan
peningkatan mutu ataupun terobosan baru dalam usaha perbaikan mutu. Diranah
inilah TQM sebagai pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan kualitas
lembaga pendidikan Islam yang berorientasi pada kualitas proses dan hasil.
Sehingga berbagai alat dan instrumennya dapat diterapkan dalam membangun mutu
manajemen pendidikan Islam.
Aplikasi TQM dalam penyelenggaraan
lembaga pendidikan Islam diseluruh jenjang dituntut untuk memenuhi kebutuhan
atau keinginan pelanggannya, melibatkan secara total semua komponen. Dengan
mengadakan pengukuran dan evaluasi diri atas kemajuan lembaga pendidikan yang
dikelolanya, peningkatan atau perbaikan mutu pendidikan melalui instrumen-
komponen/sub- sub sistem lembaga. Selalu mengadakan perbaikan mutu pendidikan
secara berkesinambungan untuk menjawab setiap tuntutan perkembangan situasi
jaman sesuai cita-cita, keinginan dan kebutuhan pengguna.
B.
SARAN
Dalam mengembangkan pemimpin yang
kualitas dibutuh pemimpin yang bijak,professional, jujur mampu mengatur dan
mengendalikan bawahan untuk bekerja dengan efektif demi lembaga yang
dikelolanya .
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama Republik Indonesia. (1989). Al- ahnya Juz 1-30. Semarang: CV. Toha Putra.
Depdiknas. (2004). Isu-isu Pendidikan: Lima Isu
Pendidikan Triwulan Kedua.
Jakarta: Balitbang Diknas.
Danim, Sudarwan. (2003). Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hanik, Umi. (2011). Implementasi Total Quality Management
dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan. Semarang: RaSAIL Media Group.
Huberman, A. Michael & Milles, Mattew B. (1984). Data
Management and Analysis Methods. Amerika: New York Press.
Marno & Supriyanto, Triyo. (2008). Manajemen dan
Kepemimpinan Pendidikan Islam. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sallis, Edward. (2006). Total Quality Management in
Education, terj. Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi. Jogjakarta: IRCiSoD.
Sukmadinata. (2004). Pengembangan Kurikulum: Teori dan
Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun. (2006). UURI No. 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS. Bandung: Citra Umbara.
Yamit, Zulian. (2001). Manajemen Kualitas (Produk dan Jasa).
Yogyakarta: Ekonisia.
Internet
Aina, Sola & Kayode, Oyeyemi. Application of Total
Quality Management in the Classroom, British Journal of Arts and Social
Sciences, Vol.11 No.I, dari http://www.bjournal.co.uk/paper/BJASS_11_1/BJASS_11_01_02.pdf,
diakses pada 30 Maret 2013.
http://www.au.edu.pk/qec/minutes/admin-TQM.ppt,
diakses pada 29 Maret 2013.
http://www.ban-sm.or.id,
diakses pada 27 Maret 2013. http://www3.nd.edu/~kmatta/BAMG30700/Lectures/Lect-4-TQM-Basic-
Tenets.ppt, diakses pada 29
Maret 2013.
Lunenburg, Fred C. (2010). Total Quality Management Applied to
Schools, Schooling,
Volume 1, Number 1, dari
http://www.nationalforum.com/Electronic-Journal-Volumes/Lunenburg,- Fred-C.-Total-
Quality-Management-Applied-to-Schools-Schooling-V1-N1- 2010.pdf,
diakses pada 27 Maret 2013.
Nurbayani K., Siti. Program Percepatan
Kelas (Akselerasi) bagi Siswa yang
Memiliki Kemampuan Unggul: Sebuah
Inovasi dalam pelaksanaan pendidikan di
persekolahan, http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/197007111994032_SITI_NU
RBAYANI_K/Karya/Inovasi_dalam_pelaksanaan_pendidikan.pdf, diakses pada
27 Maret 2013.
Putro, Khamim Zarkasih
dan Mahlan, M. (2008). Pendekatan
Total Quality Management
(TQM) dalam Pendidikan dari
http://mahalaniraya.wordpress.com/2008/03/01,
diakses pada 27 Maret 2013.
Udin S. Manajemen Mutu Terpadu/Total Quality Management dalam Rangka Sukses UAN
di Madrasah [Hand-out seminar], Banten: 2004, diambil dari
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/19
5306121981031-
, diakses pada 1 September 2013.
Yus
, Elaine. (2000). TQM implementation issues:
review and case study, International Journal of Operations & Production
Management, Vol. 20 No. 6, 2000, pp. 634-655, diambil dari http://www.fkm.utm.my/~shari/download/paper5.pdf,
diakses pada 29 Maret 2013.
23
24