makalah kepemimpinan partisipatif

Daftar Isi

 

MAKALAH

 

KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H Fatah Syukur, M.Ag

                                                                                       

 

 


 

 

 


 

 

 

 

 


Disusun Oleh :

Kelompok 7

 

1.    Fajar Sulistyo                        NIM ; 2110902

2.    Mukhamad Ulishidqi Syafii  NIM : 2110903

3.    Farkhatuzakiyah                    NIM : 2110914

 

 


 

PROGRAM STUDI  MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA ( IAINU )

KEBUMEN 2022



KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menunjukan Jalan yang lurus jalan yang di ridloi Allah SWT, dan barang siap yang selalu meneladani kehidupanya akan terselamatkan dari siksaan api neraka.

Makalah ini mencoba ngepuas materi atau teori tentang “ Kepemimpinan Partisipatif yang di ambil dari berbagai sumber. Makalah ini dibagi menjadi berbagai bab pembahasan yaitu tiga bab. Yakni Bab I tentang Pendahuluan, Bab II Tentang Pembahasan, dan Bab III Tentang Penutup yang berisikan kesimpulan, kritik dan saran. Mungkin tugas yang kami buat ini, belum sempurna oleh karena itu, saya meminta maaf jika makalah ini masih terdapat kekurangannya. kami mohon saran dan kritiknya untuk memperbaiki pembahasan makalah ini.

.

 

     Kebumen, 26 Januari 2022

     Penulis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

 

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i KATA PENGANTAR............................................................................................. ii DAFTAR ISI................................................................................... ...................... iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah....................................................................................  1

B.  Perumusan Masalah ........................................................................................   1

D. Manfaat Makalah..............................................................................................   2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................  3

A.  Kepemimpinan Partisipatif ...............................................................................  3

B. Karakteristik Pengambilan Keputusan dalam Kepemimpinan Partisipatif........ 4

C. Manfaat Potensial dari Partisipasi....................................................................   5

D. Tujuan Partisipasi................................................. …......................................    6

E. Dampak dari Partisipasi ..................................................................................    7

F. Keterbatasan Pengambiln Keputusan Partisipatif ............................................   7

G. Latar Belakang Timbulnya Kepemimpinan Patrtisipatif ...............................    7

H. Manfaat Pemberdayaan Pegawai ....................................................................   8

I. Model Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (Pegawai) ................................   8

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 12 Kesimpulan.......................................................................................................... 13  DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................   14

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1.       Latar Belakang

Organisasi sangat erat kaitannya dengan kepemimpinan, yang mana fungsi seorang pemimipin adalah untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan. Dalam pencapaian tujuannya pemimpin dapat mengambil macam-macam kepemimpinan yang salah satunya adalah kepemimipinan partisipatif yang pengambilan keputusannya meminta bawahan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut. Dalam organisasi kepemimpinan partisipatif sangat efisien digunakan karena mengikut sertakan bawahan-bawahan dalam pengambilan keputusan atau dengan kata lain seperti kepemimipinan yang demokrasi.

 

1.2.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang kami ambil  dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1.2.1    Apa yang di maksud dengan kepemimpinan partisipatif?

1.2.2      Bagaiman karakteristik pengambilan keputusan dalam kepemimpinan partisipatif?

1.2.3        Apa manfaat dari penerapan kepemimpinan partisipatif tersebut?

1.2.4        Apa tujuan kepemimpinan partisipasi?

1.2.5        Apakah dampak dari kepemimpinan Partisipasi?

1.2.6        Apakah dampak dari kepemimpinan partisipasi?

1.2.7        Apa manfaat pemberdayaan pegawai?

1.2.8        Bagamana model pemberdayaan sumber daya manusia (pegawai)

 

1.3.       Manfaat

1.3.1     Untuk mengetahui kepemimpinan partisipatif

1.3.2        Untuk mengetahui pengambilan keputusan dalam kepemimpinan partisipatif

1.3.3        Untuk  mengetahui  manfaat dari penerapan kepemimpinan partisipatif tersebut

1.3.4        Untuk mengetahui tujuan kepemimpinan partisipasi

1.3.5        Untuk mengetahui dampak dari kepemimpinan partisipasi

1.3.6        Untuk mengetahui dampak dari kepemimpinan partisipasi

1.3.7         Untuk mengetahui Untuk mengetahui manfaat pemberdayaan pegawai

1.3.8        Untuk mengetahui ana model pemberdayaan sumber daya manusia (pegawai) partisipatif


BAB II

PEMBAHASAN

 

A.  Kepemimpinan Partisipatif

Kepemimpinan partisipatif didefinisikan sebagai persamaan kekuatan dan sharing dalam pemecahan masalah dengan bawahan dengan melakukan konsultasi dengan bawahan sebelum  membuat keputusan (Bass (1990) dalam Zhang (2005)). Kepemimpinan partisipatif  berhubungan dengan penggunaan berbagai prosedur keputusan yang memperbolehkan pengaruh orang lain mempengaruhi keputusan pemimpin. Istilah lain yang biasa digunakan untuk mengacu aspek-aspek kepemimpinan partisipatif termasuk konsultasi, pembuatan keputusan bersama, pembagian kekuasaan, desentralisasi, dan manajemen demokratis.

Menurut Hasibuan (2011:162), Kepemimpinan partisipatif adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan partisipatif merupakan salah satu posisi kunci dimana seorang pemimpin harus bisa mempengaruhi, mengarahkan, dan menunjukan kemampuannya agar semua tujuan perusahaan bisa tercapai sesuai dengan yang telah ditetapkan. Menurut Hersey dan Blanchard dalam Wirawan (2013:352) Kepemimpinan partisipatif seseorang adalah pola perilaku yang di exhibit ketika mencoba mempengaruhi aktivitas orang lain seperti yang dipersepsikan oleh orang tersebut.

Kepemimpinan partisipatif sangat penting karena gaya kepemimpinan partisipatif mencerminkan apa yang dilakukan oleh pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya untuk merealisasi visinya (Wirawan, 2013:351). Sedangkan, menurut Putong (2015:35) gaya kepemimpinan partisipatif atau perilaku kepemimpinan adalah seorang pemimpin dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pendidikan, pengalaman, kepribadian, dan situasional. Menurut Nawawi (2006:115), gaya kepemimpinan partisipatif adalah perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota organisasi bawahannya.

Kepemimpinan partisipatif menyangkut usaha-usaha oleh seorang manajer untuk mendorong dan memudahkan partisipasi orang lain dalam pengambilan keputusan yang jika tidak akan dibuat tersendiri oleh manajer tersebut. Kepemimpinan ini mencakup aspek-aspek kekuasaan seperti bersama-sama menanggung kekuasaan, pemberian kekuasaan dan proses- proses mempengaruhi yang timbal-balik. Sedangkan yang menyangkut aspek-aspek perilaku kepemimpinan seperti prosedur-prosedur spesifik yang digunakan untuk berkonsultasi dengan orang lain untuk memperoleh gagasan dan saran-saran, serta perilaku spesifik yang digunakan untuk proses pengambilan keputusan dan pendelegasian kekuasaan.

Ciri-ciri kepemimpinan partisipatif :

 Pemimpin memberikan dukungan tinggi dan sedikit/rendah pengarahan.

 Posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dipegang secara berganti antara pemimpin dan bawahan

 Komunikasi dua arah ditingkatkan.

 Pemimpin mendengarkan bawahan secara aktif.

Tanggung jawab pemecahan masalah dan pengambilan keputusan sebagian besar pada bawahan.

B.   Karakteristik Pengambilan Keputusan dalam Kepemimpinan Partisipatif

Terdapat macam-macam pengambilan keputusan, yang memberikan kepada orang lain suatu pengaruh tertentu terhadap keputusan-keputusan pemimpin tersebut. Terdapat 4 karakteristik yang terkait dengan kepemimpinan partisipatif, yaitu:

1.    Keputusan otokratik

Manajer membuat keputusan sendiri tanpa menanyakan opini atau saran dari orang lain, dan orang-orang tersebut tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap keputusan tersebut, tidak ada partisipasi.

2.    Konsultasi

Manajer menanyakan opini dan gagasan, kemudian mengambil keputusannya sendiri setelah mempertimbangkan secara serius saran-saran dan perhatian mereka. Kepemimpinan ini memiliki tiga varietas:

 Pemimpin  membuat  keputusan tanpa  konsultasi terlebih dahulu, namun kemudian bersedia memodifikasi karena adanya keberatan atau keprihatinan pengikutnya;

 Pemimpin memberi usulan sementara dan secara aktif mendorong oranguntuk menyarankan cara-cara memperbaikinya;

 Pemimpin  menggunakan sebuah masalah dan meminta  orang lain untuk berpartisipasi dalam mendiagnosis dan mengembangkan bermacammacam pemecahan umum, namun kemudian membuat keputusan sendiri

3.    Keputusan bersama

Manajer bertemu dengan orang lain untuk mendiskusikan masalah keputusan tersebut, dan mengambil keputusan bersama; manajer tidak mempunyai pengaruh lagi terhadap keputusan terakhir seperti peserta lainnya.

4.    Pendelegasian

Manajer memberi kepada seorang individu atau kelompok, kekuasaan serta tanggung- jawab untuk membuat keputusan; manajer tersebut biasanya memberi spesifikasi mengenai batas-batas dalam mana pilihan terakhir harus berada, dan persetujuan terlebih dahulu mungkin atau mungkin tidak perlu diminta sebelum keputusan tersebut dilaksanakan

C.   Manfaat Potensial dari Partisipasi

Kepemimpinan patisipatif memberikan manfaat potensial, yaitu;

  Kualitas Keputusan

Melibatkan orang lain dan membuat keputusan akan meningkatkan kualitas keputusan karena partisipan memiliki informasi dan pengetahuan yg tidak dimiliki oleh pemimpin.

 Penerimaan Keputusan

Partisipan akan memandang sebagai keputusan mereka, yang selanjutnya memotivasi untuk menerapknnya dengan berhasil.

  Kepuasan terhadap Proses Keputusan

Partisipan merasa diperlakukan secara bermartabat dan terhormat saat  dilibatkan dan akhirnya meningkatkan kepuasan.

  Pengembangan Keterampilan Partisipan

Pengalaman membantu membuat keputusan rumit dapat menghasilkan        pengembangan keterampilan dan kepercayaan yg lebih besar oleh partisipan           

D.   Tujuan Kepemimpinan Partisipan

Ø Konsultasi ke bawah :

 Meningkatkan kualitas keputusan-keputusan dengan menarik pengetahuan dan keahlian para bawahan dalam pemecahan masalah.

 Meningkatkan penerimaan bawahan terhadap keputusan-keputusan  dengan memberikan mereka rasa turut memilikinya (sens of belonging).

 Mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dalam pengambilan keputusan para bawahan dengan memberikan kepada mereka pengalaman dalam membantu menganalisa masalah-masalah keputusan dan mengevaluasi pemecahan-pemecahannya.

 Memudahkan pemecahan suatu konflik serta membangun tim.

Ø Konsultasi lateral:

 Meningkatkan kualitas keputusan dengan saling membagi pengetahuan dan  keterampilan di antara para manajer.

 Memudahkan koordinasi dan kerja-sama di antara para manajer dari perbagai      subunit organisasi dengan tugas-tugas yang saling tergantung sama lain.

Ø  Konsultasi ke atas:

 Menarik keahlian dari atasan yang mungkin lebih besar.

 Mengetahui  bagaimana atasan merasa mengenai suatu masalah tertentu dan      bagaimana ia kemungkinannya akan bereaksi terhadap pelbagai usulan.

Ø Konsultasi dengan pihak luar :

Membantu memastikan bahwa keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka dipahami dan dimengerti.

 Mengetahui kebutuhan-kebutuhan serta preferensi-preferensi mereka.

Memperkuat jaringan kerja eksternal.

      Memperbaiki koordinasi.

E.   Dampak dari partisipasi

Secara kontras, penemuan dari studi kasus yang deskriptif mengenai para manajer yang efektif mendukung secara konsisten keuntungan kepemimpinan partisipatif. Secara singkat, setelah lebih dari empat puluh tahun penelitian mengenai kepemimpinan partisipasi, kita mendapatkan konklusi bahwa kepemimpinan partisipatif kadang-kadang menghasilkan kepuasan, usaha dan kinerja lebih tinggi di waktu lain serta tidak demikian adanya.

 

F.   Keterbatasan Pengambilan Keputusan Partisipatif

Pengambilan keputusan partisipatif memiliki keterbatasan (Yukl, 1998:140), yakni :

 Bentuk partisipasi efektif pada situasi-situasi tertentu namun tidak pada situasi lainnya (Vrom & Jago, 1988). Karena partisipasi memakan waktu, kadang berteletele. Dalam keadaan darurat untuk berkonsultasi dan berdiskusi tidak efektif. Seorang pemimpin harus cepat dan tanggap dalam membuat keputusan dan mengambil kebijakan sesuai dengan situasi dan kebutuhan manajemen dan organisasi.

*     Kecenderungan terjadinya partisipasi semu (pseudoparticipation), di mana manajer mencoba untuk melibatkan bawahan dalam tugas tetapi bukan dalam proses pengambilan keputusan. Kebanyakan para manajer mencoba berkonsultasi dengan bawahannya akan tetapi masukan dan gagasan dari para bawahan tidak diakomodir dalam pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan.

G.   Latar Belakang Sejarah Timbulnya Kepemimpinan Partisipatif

Sejak nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan saling melindungi telah muncul bersama-sama dengan peradapan manusia. Kerjasama tersebut muncul pada tata kehidupan sosial masyarakat atau kelompok-kelompok manusia dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya menentang kebuasan binatang dan menghadapi alam sekitarnya. Berangkat dari kebutuhan bersama tersebut, terjadi kerjasama antar manusia dan mulai unsur-unsur kepemimpinan. Orang yang ditunjuk sebagai pemimpin dari kelompok tersebut ialah orang-orang yang paling kuat dan pemberani, sehingga ada aturan yang disepakati secara bersama-sama misalnya seorang pemimpin harus lahir dari keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani, ulet, pandai, mempunyai pengaruh dan lain-lain. Hingga sampai sekarang seorang pemimpin harus memiliki syarat-syarat yang tidak ringan, karena pemimpin sebagai ujung tombak kelompok.

H.  Manfaat Pemberdayaan Pegawai

Pemberdayaan merupakan strategi yang lebih bersifat kombinasi antara top-down dan bottom-up karena pegawai melibatkan dirinya pada proses yang lebih kreatif dan inovatif serta penuh dengan kemandirian. Manfaat Pemberdayaan pegawai menurut Wibowo (2012: 424) adalah:

1. Menimbulkan perasaan  puas  untuk  mengambil  tanggungjawab  dalam menjalankan tugasnya dengan melakukan sesuatu yang berharga dengan memperoleh kesenangan dalam melakukan komunikasi.

2. Meningkatkan  kepercayaan diri dalam menjalani sesuatu sehingga dapat meningkatkan kepuasan kerja seperti kerjasama yang lebih dekat dengan orang lain, bekerja dengan tujuan lebih jelas dan mendapatkan prestasi apabila tujuan telah tercapai.

3. Pemberdayaan dalam organisasi akan meningkatkan kinerja organisasi dan karyawan dapat mengembangkan bakatnya secara penuh. Karyawan akan menguasai pemahaman dan keterampilan baru serta memberikan kesempatan untuk melihat sesuatu dengan berbeda, mereflesikan apa yang dilihat dan mengembangkan keterampilan baru.

I.   Model Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (Pegawai)

1.  Pengertian Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

Salah satu unsur yang memegang peran penting dalam suatu organisasi adalah Manusia. Karena manusia merupakan sumber daya yang menggerakkan jalannya organisasi. Efektif tidaknya suatu organisasi tergantung pada manusia mengelola sumber daya lainnya yang ada dalam organisasi. Oleh karena itu manusia (pegawai), harus dikelola secara baik. Nawawi menjelaskan 3 pengertian dari sumber daya manusia yaitu:

a) Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi (sering disebut juga personil, tenaga kerja pegawai atau karyawan).

b) Sumber daya manusia  adalah  potensi  manusiawi  sebagai  penggerak organisasi  dalam mewujudkan

c) Sumber daya manusia adalah potensi dan merupakan aset dan berfungsi sebagai modal (non material/non finansial) di dalam organisasi,yang diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi. Sumber daya manusia adalah tenaga yang berpotensi dan tidak dapat dipisahkan dari organisasi atau unit kerja. Secara teoritis semua pegawai yang mempunyai jabatan, struktural maupun fungsional, tenaga inti suatu organisasi.

Dengan demikian sumber daya manusia merupakan faktor utama bagi keberlangsungan sebuah organisasi dan yang paling menentukan dalam mengukur keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah orang-orang yang siap pakai dan memiliki kemampuan dalam pencapaian tujuan organisasi. Agar sumber daya manusia dalam organisasi dapat lebih meningkatkan kualitas, kesetian serta tanggung jawab terhadap tugas yang diembannya, maka perlu dilakukan suatu pemberdayaan bagi para pegawai.

Dalam hal ini, pemimpin memegang peran untuk memberdayakan para pegawainya agar tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi dapat tercapai. Pemberdayaan merupakan upaya untuk menjadikan sumber daya manusia lebih bertangung jawab terhadap pekerjaan mereka yang nantinya dapat meningkatkan kinerja mereka. Memberdayakan orang dapat dilakukan dengan cara memindahkannya dari posisi yang biasanya hanya melakukan apa yang disuruh, kedalam posisi yang memberi kesempatan untuk lebihbertanggung jawab. (Blasius 2012).

Menurut Khan Pemberdayaan merupakan hubungan antara personal yang berkelanjutan untuk membangun kepercayaan antara karyawan dan manajemen, sedangkan Mulyadi dan Setyawan berpendapat bahwa pemberdayaan adalah pemberian wewenang kepada karyawan untuk merencanakan, mengendalikan dan membuat keputusan tentang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya tanpa harus mendapatkan otorisasi secara eksplisit dari manajer di atasnya. Selain itu pemberdayaan merupakan suatu usaha yang secara signifikan dapat menguatkan keyakinan wewenang untuk membuat keputusan dalam area kegiatan operasi tanpa harus memperoleh pengesahan orang lain.

Pemberdayaan didefinisikan sebagai kapasitas kelompok atau individu untuk membuat pilihan yang efektif, yaitu untuk membuat pilihan dan kemudian mentransformasikan pilihan tersebut kedalam tindakan dan hasil yang di harapkan. Memberdayakan pegawai berarti memampukan dan memberi kesempatan kepada pegawai untuk melakukan fungsi-fungsi manajemen dalam skala yang menjadi tanggung jawabnya, baik secara individu maupun kelompok. Selain itu pemberdayaan juga dapat dipandang sebagai seni dalam proses mendorong pegawai untuk berkerja secara optimal demi nkepuasan pengguna. Dalam implementasi pemberdayaan diperlukan tingkat kejujuran yang tinggi, keterbukaan, dan integritas pada manajemen puncak, sehingga pemberdayaan bukan sekedar pemberian delegasi dari pimpinan kepada pegawai dibawahnya, tetapi lebih pada sistem dalam organisasi yang dianut.

Dari beberapa definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pemberdayaan adalah pelibatan pegawai yang benar-benar berarti, sehingga pegawai benar-benar mampu melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tanggung jawab dan terlibat dalam pengambilan keputusan serta dalam pemecahan masalah. Pemberdayaan pegawai dilakukan dengan menggali potensi yang ada dalam diri setiap pegawai, sehingga pemberdayaan pegawai tidak hanya berupa pembagian kekuasaan yang telah ada dan telah dimiliki oleh organisasi saja, akan tetapi juga merupakan pengembangan kekuasaan.

Pemberdayaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pemberdayaan pegawai/staf perpustakaan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Jambi yang membutuhkan penanganan/pengelolaan tersendiri dari pihak pemerintah yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya yang mereka miliki sehingga dapat mendorong peningkatan kerja dan mampu memberikan konstribusi terhadap kemajuan perpustakaan tersebut. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (Empowerment of Human Resources) merupakan suatu aspek manajemen yang sangat penting, karena Sumber Daya Manusia menunjukkan daya yang bersumber dari manusia yang akan memberi daya terhadap sumber-sumber lainnya dalam suatu manajemen, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Apabila manusia tidak dapat menunjukkan daya dan memberikan daya terhadap sumbersumber lainnya, maka dapat dipastikan manajemen dalam organisasi tersebut akan tidak ekonomis, tidak efisien, dan tidak efektif. Dalam hal seperti inilah diperlukan pemberdayaan pegawai dengan dasar pandangan bahwa upaya yang dilakukan harus menyentuh langsung pada pokok persoalannya yaitu meningkatkan kualitas pelayanan, yang merupakan bagian tertinggal melalui pengembangan dan mendinamiskan potensinya dengan kata lain pemberdayaan.

 Upaya berupa pengarahan sumber daya untuk meningkatkan kinerja pegawai sehingga baik sumber daya manusia, maupun sumber daya perusahaan lainnya dapat lebih produktif. Dengan demikian pemberdayaan sumber daya manusia tidak hanya memulihkan dan mengembangkan nilai tambah bagi organisasi, tetapi juga nilai tambah bagi para pegawainya, seperti pendapat Batliwala, bahwa pemberdayaan pegawai adalah sebuah konsep peningkatan kepuasan kerja yang memadukan nilai-nilai sosial, sehingga pegawai akan lebih senang dalam melakukan pekerjaannya. Fracarro mengemukakan enam langkah pemberdayaan pegawai yaitu :

a) Analisis kebutuhan pemberdayaan. Manajemen tingkat atas memulai dari proses  pemberdayaan, yaitu melihat kebutuhan pekerjaan apa yang harus diberdayakan.

b) Memilih pegawai yang akan diberdayakan. Memilih siapa pegawai yang bisa diberdayakan yang memungkinkan pegawai bisa melakukan pekerjaan tersebut dan senang dalam mengerjakannya.

c) Menentukan aturan-aturan yang jelas dalam pemberdayaan. Dibuat suatu aturan yang dapat disepakati antara manajemen tingkat atasdengan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia. Pegawai dan mendefinisikan tanggungjawab yang seperti apa yang diberikan, otoritas dalam pengambilan keputusan yang bagaimana yang boleh pegawai lakukan, serta kompensasi yang bagaimana yang akan didapatkan pegawai apabila mampu melakukan pekerjaan sesuai yang diharapkan,demikian juga sangsi-sangsinya.

d) Memberikan informasi mengenai perusahaan. Manajemen harus memberikan informasi perusahaan secara transparan kepada pegawai yang diberdayakan, supaya mereka mengetahui kondisi perusahaan yang sebenarnya serta apa yang ingin dicapai oleh perusahaan mencakup transformasi visi, misi, nilai-nilai perusahaan. Manajemen juga harus mengajarkan bagaimana mengambil keputusan pada berbagai situasi yang dialami perusahaan dan meningkatkan kemampuan pegawai dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi.

e) Memberikan pelatihan pada pegawai yang diberdayakan. Pegawai harus mengetahui bagaimana untuk mencapai visi perusahaan, karenaitu diajarkan mengenai penggunaan dana dan pendapatan, bagaimana bernegosiasi dengan klien, dan diajarkan bagaimana cara pengambilankeputusan dan pemecahan masalah pada situasi yang paling sulit sekalipun.

f) Memberikan inspirasi pada pegawai untuk selalu  memiliki inisiatif memberikan semangat kepada pegawai yang diberdayakan, bangun kedisiplinan, berikan standar prestasi dan standar kesalahan yang diperbolehkan, serta diberikan tantangan, sehingga mereka memiliki kepercayaan diri dan memiliki inisiatif untuk melakukan pekerjaan. Penjelasan Fracarro di atas memperlihatkan bahwa pemberdayaan pegawai dapat dilakukan apabila pegawai benar-benar sudah memahami tangung jawab mereka atas pekerjaan tersebut dan mampu memecahkan permasalahan serta membuat keputusan sesuai dengan wewenang mereka. Dari penjelasan di atas, pemberdayaan pegawai akan berhasil didukung oleh kompetensi pegawai itu sendiri, serta kepercayaan diri pegawai untuk melakukannya.

 

 

 

BAB III

 PENUTUP

3.1 Kesimpulan                                                                                                                     

           Kepemimpinan partisipatif lebih menekankan pada tingginya dukungan dalam pembuatan keputusan dan kebijakan tetapi sedikit pengarahan. Gaya pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan dirujuk sebagai “partisipatif” karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya partisipatif ini, pemimpin dan bawahan saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.

Dibandingkangaya kepemimpinan yang lain, kepemimpimpinan partisipatif membuat hubungan antara pemimpin dan karyawannya lebih dekat karena pemimpin tersebut terjun langsung kedalam aktivitas organisasi dan tidak hanya memberi perintah saja. pemimpin yang menerapkan gaya ini cenderung berorientasi kepada bawahan dengan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibandingkan mengawasi mereka dengan ketat. Mereka mendorong para anggota untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok.

Sumber daya manusia adalah potensi dan merupakan aset dan berfungsi sebagai modal (non material/non finansial) di dalam organisasi,yang diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi. Sumber daya manusia adalah tenaga yang berpotensi dan tidak dapat dipisahkan dari organisasi atau unit kerja. Secara teoritis semua pegawai yang mempunyai jabatan, struktural maupun fungsional, tenaga inti suatu organisas


DAFTAR PUSTAKA

 

Blasius, Sudarsono. Antologi Kepustakawanan Indonesia. (Jakarta: Sagung Seto.

2012), hal. 679

Churiyah Maziatul. 2010. Kepemimpinan Partisipatif, http://madziatul. blogspot.com/2010/04/kepemimpinan-partisipatif.html, (diakses 4 Februari 2022).

 

Dwiningrum Nila. 2010. Teori Teori Kepemimpinan Partisipatif, http:// niladwipsikologi.wordpress.com/2010/12/24/teori-teori-kepemimpinan-partisipatif/, (diakses 3 Februari 2022).

 

Fracaro, Kenneth. 2007. The Real Meaning of Empowerment. Professional Development. Contrach Management. Tennessee.

 

Hasibuan. Malayu, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia: Dasar Kunci Keberhasilan, Jakarta: CV. Haji Masagung.

 

Nawawi, Hadari, 2006. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, Jogjakarta; Gadjah Mada University Press.

 

Putong, S. & I. (2015). Kepemimpinan: Kajian Teoritis dan Praktis. Buku dan Artikel.

 

UPT Perpustakaan Universitas Pasundan. 2011. Kepemimpinan Partisipatif dan Pendelegasian,http://perpusunpas.wordpress.com/2011/05/30/kepemimpinan-partisipatif -       dan- pendelegasian/, (diakses 5 Februari 2022)