Makalah PERAN KEPEMIMPINAN DALAM KONFLIK ORGANISASI
TUGAS
KELOMPOK
Mata
Kuliah Manajemen Kepemimpinan Islam “PERAN KEPEMIMPINAN DALAM KONFLIK
ORGANISASI”
Dosen Pengampu :
Prof.
Dr.H. Fatah Syukur NC.M.Ag
Disusun Oleh :
1.
ISNAENI UTRIK SUSANTI (NIM : 2110912)
2.
SITI KHOZANAH (NIM : 2110913)
PASCA SARJANA
INSTITUT
AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA KEBUMEN 2022
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Peranan Kepemimpinan.......................................................................... 7
C. Masalah Pribadi pemimpin..................................................................... 13
D. Macam-macam Konflik dalam
Organisasi.......................................... 17
E. Srategi Kepemimpinan dalam pemecahan Konflik
Organisasi.... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi kearah pencapaian tujuan.
Dalam pengertian lain kepemimpinan adalah kemampuan dan ketrampilan seseorang
yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi orang
lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa
sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam
pencapaian tujuan organisasi.
Dalam kehidupan sebuah organisasi,
selalu ada dinamika kehidupan yang ada didalamnya. Bentuk dinamika ini dapat
berupa konflik. Ketika terjadi interaksi sosial didalam organisasi maka konflik
menjadi potensial muncul dalam alam kehidupan berorganisasi, setiap saat
terjadi konflik baik berupa konflik individu dengan individu sebagai anggota
organisasi atau konflik antara anggota organisasi dengan pimpinan organisasi.
Kondisi seperti ini tidak menguntungkan
bagi kepempimpinan karena akan menimbulkan berbagai kesulitan dalam mengerakan
anggota organisasi agar dapat bekerja sama dalam usaha mencapai tujuana
organisasi. Dalam kondisi seperti ini, partisipasi anggota tidak saja menurun,
tetapi juga menghindarkan dan menantang. Konflik dalam organisasi mendorong individu
mencari teman yang menunjukan solidaritas pada diri dan permasalahan sehingga
terjadi pengelompokan anggota yang bertentangan antara satu dengan yang lain,
baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Dengan demikian konflik
dalam organisasi merupakan masalah yang serius.
Konflik merupakan kondisi terjadinya
ketidakcocokan antara nilai dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai, baik yang
ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain (Kilman
& Thomas, dlam
Wijono, 1993). Tidak dapat dipungkiri, bahwa setiap
individu memiliki kebutuhan dan tujuan yang berebeda dalam hidupnya. Melihat
persolana dengan persepktif yang beragam juga akan sulit dielakan. Oleh
karenanya, wajar apabila terjadi konflik atau benturan kebutuhan dan
kepentingan antara individu yang satu dengan yang lainnya. Kenyataan menunjukan
bahwa
semakin sering berinteraksi, semakin
besar kemungkinan terjadinya konflik interpersonal ini ( Murtiyatinah dkk,
2008).
Robbins (1996) dalam “Organisasi Behavior”
menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses interkasi yang terjadi akibat
adanya ketidak sesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh
atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negative.
Sedangkan menurut Luthans (1981), konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh
adanya kekuatan yang salaing bertentangan. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada
keinginan manusia.
Konflik merupakan fenomena dinamika yang
tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan organisasi, bahkan konflik selalu hadir
dalam setiap hubungan kerja antara individu dan kelompok. Tujuan organisasi
pada dasarnya adalah memberikan tugas yang terpisah dan berbeda kepada
masing-rnasing orang dan menjamin tugas -tugas tersebut terkoordinir menurut
suatu cara yang dapat mencapai tujuan organisasi. Organisasi itu sendiri
bukanlah suatu tujuan tetapi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Menurut Swastha, sebuah organisasi
itu terdiri atas orang-orang yang melakukan tugas-tugas yang berbeda yang
dikoordinir untuk mencapai tujuan organisasi
tersebut.
Dengan kata lain organisasi merupakan
sekelompok orang yang bekerja bersama-sama ke arah suatu tujuan. Kerja sama
untuk mencapai tujuan merupakan kebutuan individu dalam era globalisasi seperti
sekarang ini dan di masa yang akan datang tak seorang pun individu yang dapat
melepaskan
diri dari organisasi. Melalui organisasi interaksi
individu, kelompok dapat menjadi efektif apa yang yang menjadi tujuan
pribadinya akan dapat dicapai.Di dalam organisasi terdiri dari individu dan
kelompok yang selalu berinteraksi baik dalam kerja sama maupun perbedaan.
Perbedaan ini merupakan situasi ketidaksepahaman antara dua individu atau lebih
terhadap suatu masalah yang mereka hadapi Perbedaan pada individu merupakan
potensi manusia yang dapat menjadi potensi positif maupun negatif. Upaya
menumbuhkan/mengembangkan potensi positif dan meminimalkan potensi negatif
adalah upaya penanganan konflik.
Penanganan konflik terkait dengan
kapasitas seorang pemimpin dalam menstimulasi konflik, mengendalikan konflik,
dan mencari solusi pada tingkat yang optimum. Kemampuan seorang pemimpin yang
diperlukan dalam rangka penanganan konflik ini terwujud dalam bentuk keluasan
pandangan dan wawasan seorang pemimpin dalam memandang setiap persoalan, baik
yang memiliki perbedaan, maupun yang sama dengan kerangka pemikirannya.
Ketrampilan penanganan konflik terwujud dalam bentuk pencarian solusi terhadap
konflik-konflik yang terjadi sehingga tidak berdampak buruk terhadap individu
maupun organisasi. Konflik dapat menimbulkan dampak baik yang sifatnya
konstruktif maupun yang destruktif. Karena dampak yang ditimbulkannya tidak
selamanya jelek, maka perlu dikelola dan penanganan yang baik.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka kajian ini dapat dirumuskan beberapa
permasalahan dan solusi penyelesaian konflik pada organisasi.
B. Rumusan Masalah
1)
Bagaimana peran Kepemimpinan
dalam Organisasi ?
2)
Bagaimana konflik dalam
organisasi terjadi ?
3)
Apakah
masalah pribadi pemimpinan dapat menimbulkan konflik dalam organisasi ?
4)
Apa sajakah macam-macam
konflik dalam organisasi ?
5)
Bagaimana strategi
kepemimpinan dalam pemecahan Konflik Organisasi ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari
penyususnan makalah ini adalah :
1)
Untuk mengetahui bagaimana
peran Kepemimpinan dalam Organisasi ?
2)
Untuk mengetahui bagaimana
konflik dalam organisasi terjadi ?
3)
Untuk mengetahui apakah masalah pribadi pemimpinan dapat menimbulkan konflik dalam organisasi ?
4) Untuk
mengetahui macam-macam konflik dalam organisasi ?
5)
Untuk
mengetahui bagaimana strategi kepemimpinan dalam pemecahan Konflik Organisasi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peranan Kepemimpinan
Pemimpin dalam sebuah organisasi
memiliki peranan penting dalam mengarahkan dan mempengaruhi para bawahannya.
Tanpa adanya orang yang mengatur dan mengarahkan suatu organisasi niscaya
organisasi tersebut tidak dapat mencapai tujuannya sesuai dengan visi dan
misinya. Oleh sebab itu, diperlukan figur seorang pemimmpin untuk dapat
mengelola dan mengatur organisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya.
B. Konflik Organisasi
Konflik dalam organisasi adalah bagian
dari kehidupan berorganisasi yang tidak dapat dihindari. Konflik berakar dari
karakteristik struktural maupun kepribadian yang tidak cocok.
Sumber daya organisasi tidak melimpah, pegawai mempunyai
kepentingan serta pandangan yang beraneka ragam, serta ciri yang mebuat konflik
merupakan realitas yang tidak pernah berhenti.
1.
Pengertian
Organisasi
Organisasi erat kaitannya dengan manajemen. Organisasi
dibentuk untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan secara bersama. Agar
tujuan dapat dicapai secara efektif, efisien dan ekonomis, maka diperlukan
adanya manajemen yang baik dan benar.(1) Manajemen menurut G.R.Terry
(1986 : 4) adalah “ sebuah proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
: perencanaa, pengorganisasian, menggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan 1sumber
daya manusia dan sumber-sumber lain”. Senada dengan pengertian di atas Dubrin
(1990 :5) mengartikan manajemen sebagai suatu proses menggunakan sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi meleluai fungsi : planning,
decision making, organizing, leading and controlling.
2. Pengertian konflik
Konflik adalah sesuatu peristiwa atau kejadian yang tidak
dapat dihindari oleh siapa pun. Konflik melekat erat dalam jalinan kehidupan.
Baik individu, kelompok maupun organisasi yang selalu berjuang untuk memenangkan
konflik. Konflik terjadi sejak keberadaan manusia di dunia ini, seiring dengan
semakin majunya pola pikir manusia maka semakin hari keberadaan konflik semakin
berkembang dan kompleks. Oleh karena itu, maka seorang manajer atau pemimpin
dituntut untuk memperhatikan serta mengelola konflik dengan cermat dan sungguh-
sungguh. Organisasi memerlukan langkah-langkah konkret maupun sistematis untuk
mengelola dan mengurangi rasa ketakutan dan trauma terhadap konflik maupun
stress bagi para anggotanya.
Konflik berasl dari kata Confligere, Conflictum (saling
berbenturan) yaitu semua bentuk benturan, tabrakan, ketidaksesuaian,
ketidakserasian, pertentangan, perkelahian,oposisi dan interaksi-interkasi
antagonis yang bertentangan.
Ada beberapa pengertian konflik
, antara lain sebagai berikut :
a.
Menurut
Kartini Kartono (2013-245) mengandung bebrapa pengertian. Konflik terbagi
menjadi tiga kelompok yaitu :
1 Kusworo, Manajemen konflik dan perubahan organisas, hal
3
§ Konflik yang negative, konflik ini dikaitkan dengan sifat
yang animalistic sperti kebuasan, kekasaran, kekerasan, pengrusakan,
penghancuran dan seterusnya.
§ Konflik yang positif, konflik ini dikaitkan dengan hal-hal
yang konstruktif seperti petualangan, pembaharuan, inovasi, kreasi pertumbuhan,
pengembangan produk dan sebagainya.
§ Konflik yang netral, konflik dalam hal ini disebabkan oleh
adanya perbedaan perilaku, perbedaan latar belakang, perbedaan pendidikan,
kebiasasan, adat istiadat maupun tujuan.
b.
Clinton
F.fink (1968), konflik adalah relasi-relasi psikologis yang antagonis yang
berkaitan dengan tujuan-tujuan yang tidak bisa disesuaikan, interse-interes
eksklusif dan tidak bisa dipertemukan sikap-sikap emosional yang bermusushan
dan struktur nilai yang berbeda.
c.
Stephen
P.robbins (1990), “we define conflict as aprocesin whichband effort is
purposely made by a to offset of the efforts of B by sane form blocking that
will resultan frustrating bin attaininghis goals or furthering his interest.
d.
Konflik
adalah “proses pertentangan yang diekspresikan diantara pihak atau lebih yang
saling tergantung mengenai objek konflik, menggunakan pola perilaku dan
interaksi konflik yang menghasilkan keluaran konflik ( Wirawan 2010 :5 )
3.
Konflik dan
Keefektifan Organisasi.
Bagi kebanyakan orang istilah konflik
organisasi mempunyai konotasi negaif. Organisasi yang efektif biasanya dianggap
sebagai kelompok individu terkordinasi yang bekerja untuk mencapai tujuan
bersama. Dalam pandangan ini, konflik hanya merintangi koordinasi dan kerja
sama tim di butuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Namun ada pandangan yang lain tentang konflik. Pandangan
yang satu ini berargumentasi bahwa konflik meningkatkan keefektifan organisasi
dengan merangsang perubahan dan memperbaiki proses pengambilan keputusan.
a.
Pandangan
tradisional mengasumsikan bahwa semua konflik adalah jelek. oleh karenanya
mempunyai dampak yang negatif pada keefektifan organisasi. Pandangan
tradisoinal menyamakan konflik dengan istilah kekerasan, kehancuran dan
irasionalitas. Konsisten dengan perspektif tersebut, salah satu tanggung jawab
manajemen adalah mencoba memastikan bahwa konflik tidak timbul dan, jika hal
itu terjadi, agar bertindak dengan cepat untuk
memecahkannya.
b.
Pandangan
interactionist suatu organisasi yang bebas sama sekali dari konflik mungkin
juga merupakan organisasi yang statis, apatis dan tidak tanggap tehadap
kebutuhan akan perubahan. Konflik adalah fungsional jika dapat memprakarsai
pencarian cara-cara baru dan lebih baik dalam melakukan sesuatu dan mengurangi
rasa puas diri dalam organisasi.
4. Sumber Konflik Orgnisasi.
Faktor Penyebab Konflik Suatu konflik
tidak selalu merugikan, didalam organisasi konflik diperlukan dan diciptakan
bahkan diakui eksistensinya. Sehubungan dengan ini perlu pula dikatakan bahwa
konflik bukan merupakan tanda kelemahan organisasi atau bukti kegagalan
pimpinannya. “konflik seperti halnya rasa sakit, merupakan pertanda bahwa suatu
organisasi sedang berada dalam atau sedang berdiri di ambang kesulitan. Suatu
organisasi atau sistem sosial yang berusaha menekan adanya konflik, melarang
pengungkapan perbedaan pendapat, kehilangan umpan balik untuk memperbaiki diri
dan menciptakan stabilitas”. (Adam, 2009:170) Walaupun demikian pemimpin perlu
memahami beberapa sebab yang dapat
memahami suatu konflik, terutama untuk mendapatkan manfaat
dalam menanganinya serta mampu menciptakan perilaku organisasi yang berguna
bagi peningkatan efektivitas organisasi.
Organisasi sebagai kumpulan individu tidak terlepas dari
persoalan konflik dalam mencapai tujuan, karena itu agar konflik dapat
berdampak positif bagi kelangsungan organisasi harus dikelola secara baik
dengan mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebabnya.
Ada beberapa sumber konflik dalam sebuah organisasi :
1.
Faktor
Komunikasi (communication factors) : disebabkan oleh kesalahan komunikasi atau
komunikasi yang kurang baik antar bawahan,antar pimpinan ataupun antar bawahan
dan pimpinan.
2.
Faktor
Struktur tugas maupun struktur organisasi (job structure or organization
structure) : disebabkan oleh kurang baiknya susunan struktur organisasi yang dibuat
3.
Faktor yang
bersifat personal (personal factors) : disebabkan oleh faktor individu yang
memang sudah saling memilki konflik satu sama
lainnya
4.
Faktor
lingkungan (environmental factors) : faktor lingkungan yang kurang mendukung
organisasi tersebut.
Konflik didalam organisasi juga dapat disebabkan oleh
factor-faktor sebagai berikut :
1. Factor
manusia
Ditimbulkan oleh atasan terutama karena gaya kepemimpinannya,
misalnya personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku,
egoistis, temperamental, sikap fanatic dan sikap otoriter.
2.
Faktor organisasi
a.
Persaingan dalam menggunakan
sumber daya
Apabila sumber daya baik berupa uang, material atau sarana
lainnya terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam
penggunaanya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik
antar unit/departemen dalam suatu organisasi.
b.
Perbedaan tujuan antar
unit-unit organisasi
Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi
dalam fungsi, tugas, dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik
antar unit tersebut.
c.
Interdependensi tugas
Koflik ini terjadi karena adanya saling
ketergantunganantara satu kelompok dengan kelompok yang lainya atau kelompok
yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok yang
lain.
d.
Perbedaan nilai dan persepsi
Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negative,
karena merasa mendapat perlakuan yang tidak “adil”. Misalnya yang muda mendapat
tugas yang lebih berat, rutin dan rumit, sedang kan yang senior mendapat tugas
yang ringan dan sederhana.
e.
Kekaburan yurisdiksional.
Konflik ini terjadi karena batas-batas aturan yang tidak
jelas seperti adanya tangungjawab yang tumpeng tindih.
f.
Masalah status
Konflik ini terjadi karena suatu unit/departemen mencoba
memperbaiki dan meningkatkan , sedang unit yang lain menganggap sebagai suatu
ancaman posisinya.
g.
Hambatan kominikasi
Hambatan komunikasi , baik dalam perencanaan, pengawasan.
Koordinasi bahkan kepemimpinan dapat menimbulkan konflik antar unit.
Selain factor diatas sumber konflik biasanya terdapat pada
masing- masing individu dan kelompok yang ada dalam organisasi, namun sumber
utama konflik dalam organisasi meluiputi :
1) Kebutuhan untuk memperoleh sumber daya organisasi yang
terbatas serta semakin hari semakin langka
2)
Adanya
perbedaan tujuan dari masing-masing individu maupun unit kerja organisasi
3) Pertumpangtindihan dari pekerjaan-pekerjaan yang ada dalam
organisasi
4) Perbedaan
tata nilai dan pandangan dari unit-unit kerja yang ada
5)
Gaya hidup individu yang berlainan
6)
Adanya kekaburan dan
kekembaran pelaksanaan tugas
7)
Komunikasi dalam organisasi
yang kurang kondusif
8)
Rencana kerja yang tidak
terprogram dengan baik
9)
Sistem pemberian imbalan
yang tidak seimbang
10) Budaya kerja tidak mandiri, kurang kohesif dan anggota kurang
mematuhinya
11) Informasi dalam organisasi tidak mampu merembes ke seluruh
unit organisasi
12) Komunikasi
dalam organisasi terbatas, kaku, tidak kohesif
13)
Kepemimpinan tidak efektif
14) Tuntutan konsumen untuk memperoleh pelayanan prima (2)
C. Masalah Pribadi
pemimpin
Berikut adalah 7 masalah kepemimpimnan dalam organisasi
yaitu:
1.
Kegagalan Berkomunikasi
2 Kusworo, Manajemen Konflik dan perubahan organisasi,
hal 32
Kerumitan bisnis
pada masa sekarang mendesak pemimpin bisnis untuk dapat berkomunikasi pada tiap
level dalam perusahaan. Misalnya, Anda harus menyusun sebuah visi dan membujuk
agar tim Anda setuju dengan visi Anda tersebut. Anda harus menghubungkan tiap individu
dalam perusahaan Anda dan menginspirasi mereka. Anda sebagai pemimpin juga
pemilik bisnis dituntut untuk membangun kepercayaan dengan meyakinkan anggota
Anda melalui komunikasi verbal dan tindakan nonverbal agar dapat memperkuat
antar anggota timnya.
Komunikasi efektif
sangat sulit karena dibutuhkan komitmen. Anda harus membangun komunikasi yang
efektif sebagai prioritas dan perlu adanya kedisplinan, konsistensi, kejelasan
pesan dan kemauan untuk menjaga sistem komunikasi itu setiap harinya.
Dengan membangun
sistem bisnis komunikasi yang terstruktur mampu menghubungkan tiap level dalam
perusahaan, Anda juga dapat mengembangkan efektifitas sebagai seorang pemimpin
dan mengarahkan perkembangan karyawan baik di level atas maupun bawah.
2. Kurang Akuntabilitas
Dalam perusahaan,
apabila ada pekerjaan besar yang gagal dikerjakan dan beberapa ide tidak
berjalan dengan lancar maka Anda kurang memiliki akuntabilitas. Anda memerlukan
sebuah papan pencatatan kinerja yang bisa memonitor hasil kerja yang Anda
inginkan. Kebanyakan pemimpin mengetahui hal ini, namun menjadikan hal ini
sebagai sebagai sebuah sistem membutuhkan disiplin diri dan fokus. Agar sistem
dapat terbentuk, Anda membutuhkan dukungan dari karyawan Anda dan tidak mudah
terpengaruh hingga hal ini menjadi bagian dari operasional Anda.
3. Segan Untuk Melakukan Pemecatan
Bahkan pemimpin
terbaik masih memiliki ketakutan untuk
memecat karyawan atau anggota timnya jika di dalam tim ada ikatan keluarga.
Coba Anda pikirkan kapan terakhir kali Anda memecat anggota yang memiliki
hubungan keluarga dengan anda? Ini adalah kelemahan dari seorang pemimpin yang
masih menggunakan pandangan subjektif.
Kita jarang
menemukan orang yang mungkin bekerja baik di perusahaan lama namun tidak bisa
bekerja dengan baik di perusahaan Anda karena di setiap perusahaan memiliki
karakter individu berbeda yang perlu penyesuaian satu sama lain. Sejalan dengan
berkembangnya perusahaan maka anggota tim dan pemimpin memiliki keputusan yang
sulit untuk terus mengupgrade kemampuan. Sebagai pemimpin carilah orang yang
mau bekerja untuk keberhasilan perusahaan dan bukan orang yang memberatkan
anggota timnya.
4. Kurangnya Pemerataan
Sangat sulit bila
seluruh anggota tim Anda tidak memiliki kesamaan cara pandang. Anda sebagai
pemimpin tentu merasa tidak setuju namun Anda harus memastikan bahwa seluruh
anggota Anda berada di belakang Anda dan mengikuti semua arahan Anda untuk
mengerjakan segala hal untuk mendukung Anda mencapai tujuan.
Lalu hal sederhana
tentang pemerataan adalah penting adanya sistem kompensasi yang memastikan
seluruh karyawan mendapatkan penghargaan atau komisi atau bonus setelah mereka
bekerja giat mewujudkan apa yang menjadi tujuan Anda sebagai seorang pemimpin.
Ketika adanya
kesetaraan antara hasil kinerja dan reward maka seluruh proses pekerjaan dan
karyawan sudah sejajar dan akan berjalan dengan baik.
5.
Kurangnya Visi Yang Jelas
Apakah visi
perusahaan Anda? Ketika ditanyakan pada karyawan Anda apa penjelasan mereka
tentang visi perusahaan. Apakah mereka dapat menguraikan apa arti visi
perusahaan terhadap mereka dan bagaimana pekerjaan mereka mendukung visi dan
membawa arti untuk pekerjaan mereka? Nah, beberapa pertanyaan ini mungkin bisa
menjadi acuan bagi Anda apabila belum menentukan visi perusahaan Anda. Sebuah
visi perusahaan bukan semata uraian kata atau kalimat yang hanya mengandung
istilah perusahaan tanpa memiliki makna apa-apa untuk perusahaan tersebut.
Seorang pemimpin
sejati menciptakan visi untuk masa depan perusahaan yang mampu memberikan
semangat untuk karyawan dan membuat mereka bekerja keras dan berbuat baik meski
tidak ada yang melihat. Jaman sekarang terutama untuk para milenial, mereka
berpendapat bahwa pekerjaan mereka tidak sekedar gaji yang mereka terima namun
berkontribusi untuk hal yang lebih baik.
6. Eksekusi Yang Tidak Berjalan
Ada 3 alasan
pemimpin gagal melakukan eksekusi perencanaan kerja. Hal pertama adalah
pemimpin tidak mengikut rencananya dengan disiplin. Sering kali, pemimpin
merubah rencananya sendiri di pertengahan eksekusi mengakibatkan hasil yang
terjadi tidak sesuai harapan. Kedua adalah pemimpin gagal menilai prioritas
kepentingan. Banyak pemimpin yang salah membuat penilaian untuk pekerjaan dan
hal apa yang sebaiknya dijadikan prioritas terlebih dahulu. Ketiga yakni
pemimpin tidak menempatkan karyawan sesuai dengan kemampuan bidang kerjanya.
Nah ini yang sering terjadi di perusahaan. Ketidakmampuan pemimpin menganalisa
potensi karyawan ini yang menjadikan pekerjaan terhambat atau lama
diselesaikan. Jika Anda kurang ahli maka Anda bisa bekerjasama dengan pihak
ketiga yakni
bisnis coach seperti yang ada di GLC
untuk membantu Anda menggali potensi dari karyawan Anda.
Dari ketiga alasan
tersebut secara garis besar menuntut pemimpin untuk disiplin dengan rencananya,
mampu menentukan prioritas dan menganalisa potensi karyawannya. Jika 3 hal ini
dilaksanakan maka perusahaan Anda akan cepat berkembang bisnisnya.
7.
Tidak Bisa Menyusun Budaya Perusahaan Yang Kuat
Budaya Perusahaan
sebagai fondasi dari sebuah perusahaan. Seperti yang pernah dijelaskan dalam
artikel sebelumnya tentang pengaruh kepemimpinan dan budaya perusahaan.
Pemimpin yang membuat budaya perusahaan. Jadi sebagai seorang pemimpin harus
mampu menyusun budaya perusahaan yang kuat. Budaya perusahaan Anda menjadi
sebuah keuntungan kompetitif yang dapat menarik perhatian dan mendatangkan
hasil yang baik.
Kepemimpinan
adalah sebuah bakat yang dapat di pelajari. Dengan menghindari ketujuh
permasalahan ini, Anda akan mampu memimpin tim Anda dan perusahaan Anda menuju
kesuksesan.
D. Macam-macam Konflik dalam Organisasi
1. Di tinjau dari fungsinya ada dua jenis konflik yaitu:
a. Konflik konstruktif adalah konflik yang memiliki nilai
positif bagi pengembangan
organisasi.
b. Konflik
dekstrutif adalah konflik yang berdampak negatif bagi pengembangan
organisasi.
2. Ditinjau dari segi instansionalnya, konflik dibagi
menjadi tiga jenis:
i.
Konflik
kebutuhan individu dengan peran yang dimainkan dalam organisasi. Tidak jarang
kebutuhan dan keinginan karyawan bertentagan atau tidak sejalan dengan
kebutuhan dengan kepentingan organisa-si. Hal ini bisa memunculkan konflik.
ii.
Konflik
peranan dengan peranan. Setiap karyawan organisasi memiliki peran yang berbeda
beda ada saat kalanya perbedaan peran tiap individu tersebut memunculkan
konflik karena setiap individu berusaha untuk memainkan peran tersebut dengan sebaik-baiknya.
iii.
Konflik
individu dengan individu lainya. Konflik sering kali munul jika seorang
individu berinteraksi dengan individu lain, di sebabkan oleh latar belakang,
pola piker, pola- indak, kepribadian, minat, persepsi, dan sejumlah
karateristik yang berbeda antara satu dengan yang lain.
3. Di tinjau dari segi materi/masalah yang menjadi
sumber konflik, konflik dapat
dibedakan menjadi :
a.
Konflik
tujuan. Adanya perbedaan tujuan antaraindividu , kelompok atau organisasi bisa
memunculkan konflik.
b.
Konflik
peranan. Setiap manusia memiliki peran lebih dari satu. Peran yang
dimainkan, yang jumlahnya banyaknya tersebut, seringkali
memunculkan konflik.
c.
Konflik
nilai. Nilai yang dianut seseorang seringkali tidak sejalan dengan sistem
nilai yang dianut organisasi atau kelompok, hal ini berpotensi untuk
memunculkan konflik.
d.
Konflik
kebijakan. Konflik ini muncul karena seorang individu atau kelompok
tidak sependapat dengan kebijakan yang di tetapkan
organisasi.
Konflik dalam
organisasi dapat dibedakan menjadi:
1.
Ditinjau dari sifatnya
Konflik ini ini
terbagi menjadi dua, yaitu :
a.
Konflik secara terbuka
b.
Konflik secara tertutup
2.
Konflik
ditinjau dari jangka waktunya, Konflik ini dibedakan menjadi dua yaitu:
a. konflik sesaat
b. konflik berkelanjutan
3.
Konflik ditinjau dari segi
penegndaliannya, dibedakan menjadi :
a.
Konflik yangterkendali
b.
Konflik yang tidak terkendali
4.
Konflik ditinjau dari segi
aktifitas masyarakat, dibedakan menjadi :
a.
Konflik politik
b.
Konflik ekonomi
c.
Konflik sosial
d.
Konflik budaya
e.
Konflik pertahanan dan keamnaan
f. Konflik agama
g.
Konflik antar suku
h.
Konflik antar pelajar
i. Konflik
antar lingkungan
j. Konflik supporter
5.
Konflik menurut pelakuknya,
dibedakan menjadi :
1.
Konflik di dalam individu
Konflik ini timbul apabila individu merasa bimbang terhadap
pekerjaan mana yang harus dilakukan, bila berbagai permintaan pekerjaan saling
bertentangan atau individu diharapkan untuk melkaukan lebih mdari kemampuannya.
2. Konflik
antar individu dalam organisasi yang sama
Konflik ini timbul akibat akibat tekanan yang
berhubungandengan kedudukan atau perbedaan-perbedaan kepribadian.
3. Konflik
antara individu dengan kelompok
Konflik ini berhubungan dengan cara individu mennaggapi tekanan untuk keseragaman yang
dipaksakan oleh kelompok kerja mereka. Contoh seseorang dihukum karena
melanggar norma- norma kelompok.
4. Konflik
antar kelompok dalam organisasi yang sama
Konflik ini terjadi karena adanya pertentangan kepentingan
antar kelompok.
5. Konflik
antar organisasi
Dilingkungan kita banyak organisasi yang terdiri dari
organisasi pemerintah, organisasi bisnis dan lain-lain. Konflik antar
organisasi terjadi karena persaingan antar organisasi, biasanya terjadi dlam
dunia bisnis.
E. Srategi Kepemimpinan dalam pemecahan Konflik Organisasi
Pemimpin dalam menjalankan perannya dalam mengendalikan dan
mengelola konflik yang terjadi di dalam organisasinya dapat mempergunakan
Pendekatan berikut ini:
a.
Sanggup menyampaikan pokok
masalah penyebab timbulnya konflik.
Konflik
tidak dapat diselesaikan jika permasalahan pokoknya
terisolasi. Konflik sangat tergantung pada konteks dan setiap pihak yang
terkait seharusnya memahami konteks tersebut. Permasalahan menjadi jelas tidak
berdasarkan asumsi, melainkan jika disampaikan dalam pernyataan asli.
b.
Mau
mengakui adanya konflik. Pendekatan dengan konfrontasi dalam menyelesaikan
konflik biasanya justru mengarahkan orang untuk
membentuk kubu. Untuk itu, bicarakan pokok permasalahan,
bukan siapa yang menjadi penyebabnya.
c.
Bersedia
melatih diri untuk mendengarkan dan mempelajari perbedaan. Pada umumnya kemauan
mendengarkan sesuatu dibarengi dengan keinginan untuk member tanggapan.
Seharusnya kedua belah pihak berusaha untuk benar-benar saling mendengarkan.
d.
Sanggup
mengajukan usul atau nasihat. Ajukan usul baru yang didasari oleh tujuan kedua
belah pihak dan dapat mengakomodasi keduanya. Tawarkan juga kesediaan untuk
selalu dapat membantu perwujudan rencana-rencana tersebut.
e.
Minimalisasi
ketidakcocokan. Cari jalan tengah di antara kedua belah pihak yang sering
berbeda pandangan dan pendapat. Fokuslah pada persamaan dengan mempertimbangkan
perbedaan yang sifatnya tidak mendasar (Rivai,
2009).
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
a.
Konflik
antar individu dan antar anggota kelompok dalam organisasi tidak dapat
dihindarkan. Konflik yang terjadi ini bisa jadi baik ataupun buruk tergantung
dampaknya pada pencapaian tujuan organisasi.
b.
Konflik
optimal berguna, mewakili konfrontasi antara kelompok yang meningkatkan dan
menguntungkan kinerja organisasi. Sedangkan konflik yang tidak berguna akibat
konfrontasi atau interaksi antara kelompok, menghambat pencapaian tujuan organisasi
c.
Pendekatan
atau gaya pengendalian konflik memiliki karakteristik sendiri- sendiri,
sehingga pemimpin diharapkan dapat menggunakan pendekatan atau gaya yang tepat
dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi serta isu-isu yang ada di balik
konflik tersebut.
d.
Mengendalikan
konflik dalam organisasi merupakan salah satu peran pemimpin dalam
menjalankan kepemimpinannya. Efektifitas kepemimpinan
seseorang dapat dinilai dari bagaimana ia mampu mengendalikan dan mengelola
konflik. Kegagalan seorang pemimpin dalam mengendalikan konflik akan
menimbulkan sesuatu yang antiproduktif dan destruktif, yang dapat membahayakan
kelangsungan hidup organisasi sebaliknya jika seorang pemimpin dapat
mengendalikan konflik secara baik maka kinerja anggota dan organisasinya
menjadi baik, hal ini tentu saja sangat berdampak positif bagi
pengembangan organisasi dalam mencapai tujuannya.
DAFTAR PUSTAKA
Kusworo,
Dr., M.SI. 2019. Manajemen Konflik dan
Perubahan dalam Organisasi. Sumedang: Alqaprint Jatinagor.
Rivai,
Veithzal dan Mulyadi, Deddy, 2009, Kepemimpinan
dan Prilaku Organisasi,
P.T.
Raja Grapindo Persada, Jakarta Wibowo, 2011,
Manajemen Perubahan, P.T. Raja Grapindo Persada, Jakarta
Muhlas, Makmuri,
2008, Perilaku Organisasi, Gadja Mada University Press, Yogyakarta.
Rivai,
Veithzal dan Mulyadi, Deddy, 2009, Kepemimpinan
dan Prilaku Organisasi,
P.T Raja Grapindo
Persada, Jakarta.
Sofiah, 2008, Perilaku Organisasional, C. V andi Offset, Yogyakarta.
Sanusi,
Ahmad dan Sutikno, Sobry, 2009, Kepemimpinan
Sekarang dan Masa Depan, Prospect Bandung,
Bandung.
Wibowo, 2011, Manajemen Perubahan, P.T Raja Grapindo Persada, Jakarta.