Haul Syaikh Nahrowi Al Banyumasi di Gelar di Purbalingga Siapakah Beliau?
PURBALINGGA(kangprayit.com)Haul Syaikh Nahrowis AldAl Banyumasi akan segera digelar di Kabupaten Purbalingga pada, (Sabtu 25-06-22) mendatang, banyak yang bertanya tentang sejarah dan siapakah beliau? Sampai menjadi haul Akbar yang baru pernah di laksanakan di Kabupaten Purbalingga bahkan direncanakan akan Hadir Maulana Habib Luthfi bin Yahya dari Pekalongan.
Ilustrasi |
Di kutip dari laman suaramerdeka.com Syaikh Nahrowi Al Banyumasi merupakan Salah satu ulama yang menjadi guru para ulama di Mekkah adalah Sayyid Syaikh Nahrowi Mutharom AlBanyumasi Al Jawi Tsumal Makki.
Beliau adalah ulama kelahiran Purbalingga. Syaikh Nahrowi lahir di pusat Kabupaten Purbalingga pada tahun 1860.
Beliau putra dari KH Hardja Muhammad dan Salamah. Kyai Harja adalah imam Masjid Kauman Purbalingga, sekarang Masjid Agung Darussalam.
Syaikh Nahrowi memiliki kakak bernama KH Abu ‘Ammar. Keduanya mendapatkan ilmu Islam dari ayahnya.
Di usia 10 tahun, Nahrowi kecil dan kakaknya berangkat ke Mekah untuk menimba ilmu. Keduanya berguru pada ulama-ulama mumpuni di Haramain (Mekah dan Madinah).
Seperti Syekh Muhammad al-Maqri a-Mishri al-Makki, Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasballah, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syaikh Ahmad An-Nahawi al-Mishri al-Makki, Sayyid Muhammad Shalih al-Zawawi al-Makki, Syaikh MuhammadShalih Al-Mufti Al-Hanafi, dll.
Setelah mengenyam ilmu yang dirasa cukup, kakaknya, KH Abu 'Amar pulang ke Purbalingga dan menjadi imam Masjid Agung Purbalingga. Sedangkan Syeikh Nahrowi tetap tinggal di Mekah dan menjadi guru di situ.
Menurut KH Muzahid Danun, cucu Syeikh Nahrowi yang tinggal di Den Haag Belanda, sebenarnya kakeknya itu ingin pulang ke Purbalingga.
Namun saat naik ke kapal Belanda, kapten kapal selalu beralasan bahwa mesin kapal tidak bisa dinyalakan kalau dinaiki Syeikh Nahrowi. Hal itu terjadi hingga tiga kali dan Syeikh Nahrowi akhirnya dikenal memiliki kesaktian.
"Namun bukan itu alasannya. Itu politik Belanda. Belanda khawatir, kalau Syeikh Nahrowi pulang ke Indonesia, akan membangkitkan semangat perjuangan rakyat Purbalingga dan sekitarnya melawan Belanda," katanya saat dihubungi oleh penulis.
Di Masjidil Haram, Syaikh Nahrowi Muhtarom diangkat oleh Pemerintah Saudi menjadi guru di Masjidil Haram. Bahkan, dengan tingkat keilmuannya, Syeikh Nahrowi diangkat menjadi hakim agung di Arab Saudi.
Luasnya ilmu yang dimilikinya, namun tawaduk dan tidak mau menonjolkan ilmunya, banyak ulama dari belahan dunia menjadi muridnya. Beliau juga menjadi Mursyid Thariqah Syadziliyah yang mendapatkan ijazah kemursyidannya dari Syaikh Muhammad Shalih, seorang mufti Madzhab Hanafi di Makkah.
Dari Nusantara, beberapa ulama besar pernah berguru padanya. Antara lain Syaikh Nawawi Al Bantani, Syaikh Ahmad Khathib Al-Minangkabawi, Syaikh Mahfudz Al Tremasi, Syaikh Soleh Darat, Syaikh Cholil AlBangkalani, Syaikh Junaid Al Batawi.
KH. Muhammad Dalhar Watucongol Muntilan, Kiai Siroj Payaman Magelang, KH Ahmad Ngadirejo Klaten, Kiai Abdullah bin Abdul Muthalib Kaliwungu Kendal, Sayyid Abdurrahman bin Ibrahim Al-Jilani Al-Hasani (Syaikh Abdul Kaahfi III) Sumolangu Kebumen, dan Syaikh Abdul Malik, Kedungparuk Kembaran Purwokerto.
Tiada hari dihabiskan oleh Syaikh Nahrowi untuk mengajarkan ilmunya. KH Muzahid Danun, cucunya menceritakan, kakeknya mengajar di Kampung Falaq, sekitar 700 meter dari Masjidil Haram sejak pagi hingga menjelang Mahgrib. Saat hendak salat, beliau lalu berjalan kaki dari tempat mengajar hingga Masjidil Haram.
"Sepanjang jalan, setiap orang selalu mencium tangan beliau hingga masuk Masjidil Haram," tambahnya. Selain mengajar, Syaikh Nahrowi juga menjadi pentahsih kitab para ulama.
Menurut Habib Luthfi bin Yahya, yang juga murid Syaikh Abdul Malik Kedungparuk Purwokerto, tidak ada satu pun pengarang kitab di Haramain (Mekkah dan Madinah), terutama dari Indonesia yang berani mencetak kitabnya sebelum ada pengesahan dari Syaikh Nahrowi Muharom.
Syaikh Nahrawi Muhtarom Al Banyumasi Al Jawi Tsumal Makki wafat pada tahun 1926. Beliau dimakamkan di Ma'la bersebelahan dengan makam salah satu muridnya, Syaikh Nawawi Al Bantani.
Semoga semakin memotivasi kita untuk tambah cita pada ulama agar kelak dapat dikumpulkan di akhirat bersama mereka.