Lagu “JOKO TINGKIR NGOMBE DAWET” Inilah Silsilah Lengkap Joko Tingkir
Salah satu lagu yang lagi viral “JOKO TINGKIR NGOMBE DAWET "banyak tokoh nasional budayawan yang mengomentari baik melalui media YouTube atau media lainnya tentang siapakah Joko Tingkir ? Dan keberatan jika dijadikan lirik lagu yang terasa kurang menghargainya.
Salah satu tokoh Aris Shoimin, mengomentarinya tentang lagu tersebut beserta silahkan lengkap Joko Tingkir.
Silsilah Joko Tingkir lengkap |
Rasanya tidak jarang kita temui lirik lagu “joko tingkir ngombe dawet, jo dipikir marai mumet” akhir ini, saking seringnya anak kecil pecetet baru lahirpun bisa nyanyi lagu ini. Lagu ini adalah lagu jawa yang hampir keseluruhan isinya berisi parikan, seperti joko tingkir ngombe dawet (Jaka Tingkir minum dawet), Jo dipikir marai mumet (Jangan dipikirkan, bikin mumet), Ngopek jamur nggone Mbah Wage (Memetik jamur di rumah Mbah Wage), Pantang mundur terus nyambut gawe (Pantang mundur tetap bekerja) dan seterusnya.
Awalnya saya biasa saja mendengar lagu ini, liriknya yang terkesan ngepas-ngepaske akhiran, yang mungkin tujuannya adalah agar enak didengar, nadanya juga tidak asing ditelinga saya, karena biasanya para kyai panggung menggunakan nada ini racikan parikan, para kyai mengajak hadirin pengajian dengan mengatakan “monggo sareng-sareng” lalu jamaah biasanya menyahut bersama sama dengan kalimat sholawat badar.
Lalu, penggunaan parikan dengan memilih “joko tingkir ngombe dawet” lah yang membuat saya penasaran dan mencari literatur siapa joko tingkir ini.
Dalam sebuah literatur dituliskan bahwa joko tingkir bukan orang sembarangan, Melebihi pemahaman sempit yang melekat pada masyarakat kita. Menapaki kisah Jaka Tingkir adalah mengenal perjalanan panjang Nusantara. Jauh sebelum Belanda menginjakkan kaki di tanah air, Jaka Tingkir beserta segenap cerita yang mengiringinya, memang telah lebih dulu berjaya.
Raden Patah rela berlari dari Majapahit menuju ke barat untuk mendirikan Demak, kita menandainya sebagai Demak I (1485-1519), berlanjut pada Patiunus yang memegang Demak II (1519-1521), hingga Demak III (1521-1550) yang berada dalam genggaman Sultan Trenggono.
Sejarah dimulai kembali, Jaka Tingkir yang mulai menginjak dewasa diperintahkan supaya mengabdi. Perjalanan melalui sungai Bengawan Solo menggunakan gethek (rakit) bersama tiga sahabatnya telah mengantarkan Jaka Tingkir pada Demak. Kekisruhan yang diakibatkan oleh adanya kerbau yang mengamuk dan hanya Jaka Tingkir yang dapat menundukkannya telah meluluhkan hati raja Demak III untuk menjadikan Jaka Tingkir sebagai menantu dan bergelar Adipati Hadiwijaya setelah memperistri Ratu Mas Cempaka putri Sultan Trenggono.
Sepeninggal Sultan Trenggono situasi Demak semakin memanas, banyak rencana untuk menutup jalan sang Adipati Hadiwijaya supaya tidak sampai menduduki tahta kerajaan, sebab yang dihadapi bukanlah musuh namun masih satu keturunan anak cucu Prabu Brawijaya V Majapahit (Mojokerto)-Singhasari (Malang). Maka Adipati tidak ingin melakukan perlawanan , sebab ‘Wani ngalah iku luhur wekasane, Menang tanpa ngasorake’.
Adipati Hadiwijaya yang tidak menaruh kebencian kepada orang yang memusuhinya serta menyelesaikan masalah tanpa memperkeruh persoalan membuat pihak kerajaan Demak mengangkatnya menjadi raja Demak IV dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Hingga ibukota Demak dipindahkan ke Pajang Kartasura (Sukoharjo-Surakarta) demi menjaga keamanan rakyat sehingga gelar menjadi Sultan Hadiwijaya raja Pajang I. Selama 40 tahun berlangsung, kerajaan Pajang merangkul semua kalangan dengan tidak membeda-bedakan latar belakang keyakinan, suku, dan kasta karena semua adalah pendukung terciptanya situasi kerajaan yang damai, aman, dan makmur.
Silsilah Joko Tingkir
Saya bukan ahli sejarah, dan silsilah yang saya sampaikan ini bisa benar bisa tidak, namun ada sebuah sumber literatur yang menyatakan bahwa silsilah joko tingkir sampai kanjeng nabi muhammad SAW adalah berikut ini, -mohon dibenarkan jika salah- :
1. Rasulullah Muhammad S.A.W
2. Sayidina Ali wa Sayidatina Fathimah Az-Zahra
3. Imam Husain Asy-Syahid
4. Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin
5. Imam Muhammad al-Baqir
6. Imam Ja’far Ash-Shadiq
7. ‘Ali Al-’Uraidhi
8. Muhammad An-Naqib
9. ‘Isa An-Naqib
10. Ahmad Al-Muhajir
11. ‘Ubaidillah
12. ‘Alwi al-Mubtakir
13. Muhammad Maula Ash-Shaouma’ah
14. ‘Alwi Shohib Baiti Jubair
15. ‘Ali Khali Qasam
16. Muhammad Shohib Mirbath
17. ‘Alwi ‘Ammil Faqih
18. Abdul Malik Al-Muhajir
19. ’Abdullah Azmatkhan
20. Ahmad Syah Jalaluddin
21. Maulana Husin Jumadil Kubro
22. Muhammad Kabungsuan/Andayaningrat
23. Sayyid Shihabudin / Ki Ageng Pengging
24. Sayyid Abdurrahman / Jaka Tingkir
Bahkan, berdasarkan hasil penelitian Rais Aan Jam'iyah Ahlith Thoriqoh Al-Muktabaroh An-Nahdliyyah oleh beliau Habib Lutfi bin Yahya Pekalongan, bahwa mantan presiden RI yang pernah menjadi ketua Umum PBNU atau Gusdur adalah keturunan dari joko Tingkir. Dengan rincian KH. Abdurrahman Wahid bin KH. Abdul Wahid Hasyim bin KH. Hasyim Asy'ari bin KH. Asy'ari bin Abu Sarwan bin Abdul Wahid bin Abdul Halim bin Abdurrohman (P. Sambud Bagda) –Lasem– bin Abdul Halim (P. Benawa) bin Abdurrohman (Joko Tingkir).
Artinya, joko tingkir bukan orang sembarangan, keturunannya banyak sekali yang menjadi ulama’ besar di Indonesia. Maka, sepertinya saya kurang sepakat dengan penggunaan lirik lagu “joko tingkir ngombe dawet”, sesuai tradisi santri bahwa apapun bentuknya dan bagaimanapun keadaannya adab harus menjadi hal yang utama.
Semoga lebih bijak dalam berkarya.
*والله اعلم بالصواب*