K.H.IMADUDIN USMAN MENJAWAB BANTAHAN NASAB BAHAR SMITH

Daftar Isi

 Berikut tanggapan K.H.Imadudin usman kepada Bahar bin smith terkait putusnya nasab ba'lawi, sangat menarik beserta dalinya yuk kita simak.

Berikut kutipan dari website nahdatul ulum.com

KH.Imadudin Usman


Bahar Smith melakukan Live di Channel yuotube pribadinya, Sayyid Bahar bin Sumaith Official. Dalam Live itu ia menerangkan tentang nasab Habib Ba Alawi Yaman. Live itu diberi judul kemudian “LIVE!! BANTAHAN HABIB BAHAR !! ATAS PERNYATAAN IMADUDDIN USTMAN DAN BAGI YG MENGAKU CUCU WALISONGO!!

Dalam video itu dapat kita saksikan, Bahar berusaha menampilkan bukti tentang keabsahan nasab para habib di Indonesia. Diantara kitab yang dijadikan rujukan adalah kitab nasab Tahdzubul Ansab karya Al-Ubaidili (w. 437) dan As-Syajarah Al Mubarokah karya Imam Fahrudin Ar-Razi (w. 606)

Penyampaian Bahar ketika mencari dalil mulai dari bahwa Nabi Muhammad s.a.w. mempunyai anak Siti Fatimah sampai Ahmad bin Isa tidak ada masalah. Walau dengan bacaan yang salah secara ilmu nahwu dan shorof ketika membaca hadis dan kitab, namun keterangannya masih dianggap tidak melenceng.

Kitab yang dijadikan rujukan untuk mencari dalil tentang Muhammad an Naqib, Isa Ar-Rumi dan Ahmad bin Isa, adalah kitab Tahdzibul Ansab dan As-Syajarah al Mubarokah, dua kitab primer ilmu nasab tertua. Sampai disitu tidak ada masalah.

Namun ketika mencari dalil apakah Ahmad bin Isa punya anak bernama Ubaidillah, Bahar tidak menggunakan dua kitab itu, tapi ia ngancleng ke kitab abad 12 hijriah yang ditulis oleh kalangan habib sendiri, yaitu kitab Syarhul Ainiyah karya Habib Ahmad bin Zein Al Habsyi (w. 1144 h)

Hal itu sama dengan yang terjadi dengan Habib Riziq Sihab (HRS) ketika menjelaskan nasab para habaib, HRS juga awalnya pakai data kitab kitab mu’tabar, tapi ketika menerangkan apakah Ahmad punya anak bernama ubaidillah ia juga ngancleng ke kitab Khulashatul Atsar karya Al Muhibbi (w. 1111 h) yang di tulis abad 12 hijriah.

kenapa demikian? karena memang kitab kitab pegangan ahli nasab dari masa ke masa, mulai abad ke 5 sampai abad 9 hijriah tidak ada yang menyebutkan nama ubaidillah sebagai anak Ahmad, Padahal anaknya yaitu Alawi bin Ubaidillah wafat pada tahun 400 hijriah.

Harusnya nama Alawi bin ubaidillah sudah tercatat dikitab abad 5 sebagai cucu Ahmad bin Isa. sebagai keturunan Nabi Muhammad s.a.w. nyatanya tidak ada.

Hal lain yang Bahar sampaikan adalah tentang walisongo. Menurut Bahar walisongo itu habaib, tapi turunannya tidak ada alias terputus. Tidak ada keturunan walisongo. Ini yang lucu. Bahar seperti lupa kalau Kesultanan Cirebon masih ada sampai sekarang dan sultannya secara estapet adalah keturunan garis laki dari Sunan Gunung Jati.

Mengenai nasab walisongo sebgai dzuriyat Nabi Muhammad s.a.w. memang masyhur, tetapi jalur silsilahnya ada beberapa riwayat berdasarkan manuskrip kuno dan ranji yang tersimpan. Diantaranya disebut bahwa Sunan Gunung Jati itu keturunan Musa Al-Kadzim. Ada juga disebut sebagai keturunan Ubaidillah sama dengan para habib. Ada juga naskah kuno yang menyebut Al-Hasani. ini memerlukan penelitian serius, yang jelas keturunannya ada dan terbukti secara defakto dan dejure, karena misalnya para sultan cirebon itu diangkat sultan tentu ada surat legalisasi pengangkatannya. Dan tentu sarat utama adalah keturunan Sunan Gunung Jati. Jadi ketika Bahar katakan walisongo itu tidak ada keturunannya terbantahkan secara ilmiyah.

Di bawah ini penulis akan terangkan sebuah pembahasan mendetail tentang Ahmad bin Isa, apakah betul ia mempunyai anak bernama Ubaidillah dan mempunyai cucu bernama Alawi?

Para Habib Ba Alawi

Keluarga Ba Alawi atau Para habib di Indonesia datang pada sekitar tahun 1880 M dari Yaman sampai tahun 1943 sebelum kedatangan Jepang.[ Historiografi Etnis Arab di Indonesia, Miftahul Tawbah, Journal Multicultural of Islamic Education, volume 6, h. 132.]

Di Indonesia, mereka kebanyakan tidak melakukan asimilasi dengan penduduk lokal, dari itu maka mereka dapat dikenali dengan mudah dari marga-marga yang diletakan di belakang nama mereka, seperti Assegaf, Allatas, Al-Idrus, bin Sihab, bin Smith dan lainnya.

Mereka mengaku sebagai keturunan Nabi Besar Muhammad s.a.w. Menurut mereka, mereka adalah dari keturunan keluarga Ba Alawi. Ba Alawi sendiri adalah rumpun keluarga di Yaman yang di mulai dari datuk mereka yang bernama Alawi bin Ubaidillah.

Nasab Alawi menurut mereka kepada Nabi Muhammad s.a.w adalah sebagai berikut: Alawi (w. 400 H) bin Ubaidillah (w. 383 H) bin Ahmad (w. 345 H) bin Isa an-Naqib (w. 300 H) bin Muhammad An-Naqib (w. 250 H) bin Ali al-Uraidi (w. 210 H) bin Ja’far al-Shadiq (w. 148 H) bin Muhammad al Baqir (w. 114 H) bin Ali Zaenal Abidin (w. 97 H) bin Sayidina Husain (w. 64 H) bin Siti Fatimah az-Zahra (w. 11 H) binti Nabi Muhammad s.a.w (w. 11 H). Tahun wafat yang penulis sebutkan tersebut penulis ambil dari sebuah artikel yang berjudul “Inilah Silsilah Habib Rizieq Shihab. Keturunan Ke-38 Nabi Muhammad? .[https://artikel.rumah123.com/inilah-silsilah-habib-rizieq-shihab-keturunan-ke-38-nabi-muhammad-124800]

Sayangnya nasab seperti di atas tersebut tidak sah dan batal karena tidak terkonfirmasi dengan sanad yang muttasil (tersambung) dalam kitab-kitab nasab primer yang mu’tabar dari generasi ke generasi. Kesimpulan seperti itu bisa dijelaskan karena kitab-kitab nasab yang ditulis berdekatan dengan masa hidupnya Alawi bin Ubaidillah sampai abad ke 10 Hijriah tidak mencatat namanya.

Ibnu al-Mubarak berkata:

الإسناد عندي من الدين لولا الإسناد لقال من شاء ما شاء (رواه مسلم)

“Sanad bagiku termasuk dari agama, jika tanpa sanad maka setiap orang bisa berkata apapun” (H.R. Muslim)

Alawi bin Ubaidillah Tidak di Sebut Sebagai Keturunan Rasulullah

Alawi bin ubaidillah yang disebut sebagai leluhur para Habib ini tidak terbukti sebagai keturunan Nabi Muhammad s.a.w. mengapa demikian?

Karena Ubaidillah sebagai ayah dari Alawi yang dalam kitab-kitab para habib dicantolkan sebagai anak Ahmad bin Isa, ia tertolak sebagai anak Ahmad bin Isa berdasarkan kitab-kitab nasab yang ditulis pada abad kelima.

Sedangkan Ahmad bin Isa sendiri telah masyhur tercatat dalam kitab-kitab nasab sebagai keturunan Nabi yang sah.

Ketika Ubaidillah tertolak sebagai anak Ahmad bin Isa, maka Alawi dan keturunannya sampai sekarang dan sampai hari kiamat tertolak sebagai keturunan Nabi Muhammad s.a.w.

Kenapa harus kitab abad kelima yang menjadi rujukan? Karena Alawi bin Ubaidillah wafat pada tahun 400 Hijriah, ayahnya, Ubaidillah, wafat pada tahun 383 Hijriah, dan Ahmad bin Isa wafat pada tahun 345 H . Maka dalam kitab-kitab nasab abad kelima itulah dilihat apakah betul Ahmad bin Isa mempunyai anak bernama Ubaidillah dan mempunyai cucu bernama Alawi. Ternyata setelah diadakan penelusuran, penelitian dan pengkajian disimpulkan bahwa penisbatan ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa tertolak oleh kitab-kitab nasab yang ditulis berdekatan dengan masa hidupnya Ubaidillah. Sedangkan kitab-kitab nasab yang ditulis pada suatu masa, tidak bisa dianggap sahih jika tidak memiliki referensi dari kitab-kitab sebelumnya.

artikel yang berjudul “Inilah Silsilah Habib Rizieq Shihab. Keturunan Ke-38 Nabi Muhammad? .[https://artikel.rumah123.com/inilah-silsilah-habib-rizieq-shihab-keturunan-ke-38-nabi-muhammad-124800]

Sayangnya nasab seperti di atas tersebut tidak sah dan batal karena tidak terkonfirmasi dengan sanad yang muttasil (tersambung) dalam kitab-kitab nasab primer yang mu’tabar dari generasi ke generasi. Kesimpulan seperti itu bisa dijelaskan karena kitab-kitab nasab yang ditulis berdekatan dengan masa hidupnya Alawi bin Ubaidillah sampai abad ke 10 Hijriah tidak mencatat namanya.

Ibnu al-Mubarak berkata:

الإسناد عندي من الدين لولا الإسناد لقال من شاء ما شاء (رواه مسلم)

“Sanad bagiku termasuk dari agama, jika tanpa sanad maka setiap orang bisa berkata apapun” (H.R. Muslim)

Alawi bin Ubaidillah Tidak di Sebut Sebagai Keturunan Rasulullah

Alawi bin ubaidillah yang disebut sebagai leluhur para Habib ini tidak terbukti sebagai keturunan Nabi Muhammad s.a.w. mengapa demikian?

Karena Ubaidillah sebagai ayah dari Alawi yang dalam kitab-kitab para habib dicantolkan sebagai anak Ahmad bin Isa, ia tertolak sebagai anak Ahmad bin Isa berdasarkan kitab-kitab nasab yang ditulis pada abad kelima.


Sedangkan Ahmad bin Isa sendiri telah masyhur tercatat dalam kitab-kitab nasab sebagai keturunan Nabi yang sah.


Ketika Ubaidillah tertolak sebagai anak Ahmad bin Isa, maka Alawi dan keturunannya sampai sekarang dan sampai hari kiamat tertolak sebagai keturunan Nabi Muhammad s.a.w.


Kenapa harus kitab abad kelima yang menjadi rujukan? Karena Alawi bin Ubaidillah wafat pada tahun 400 Hijriah, ayahnya, Ubaidillah, wafat pada tahun 383 Hijriah, dan Ahmad bin Isa wafat pada tahun 345 H . Maka dalam kitab-kitab nasab abad kelima itulah dilihat apakah betul Ahmad bin Isa mempunyai anak bernama Ubaidillah dan mempunyai cucu bernama Alawi. Ternyata setelah diadakan penelusuran, penelitian dan pengkajian disimpulkan bahwa penisbatan ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa tertolak oleh kitab-kitab nasab yang ditulis berdekatan dengan masa hidupnya Ubaidillah. Sedangkan kitab-kitab nasab yang ditulis pada suatu masa, tidak bisa dianggap sahih jika tidak memiliki referensi dari kitab-kitab sebelumnya.

Di bawah ini keterangan beberapa kitab nasab mu’tabar yang menjadi rujukan para nassabah (ahli nasab) dunia dalam mengurut nasab keturunan Nabi Muhammad s.a.w.

Pertama, Kitab Tahdzibul Ansab wa Nihayatul Alqab yang dikarang Al-Ubaidili (w. 437) abad 5 ketika menerangkan tentang keturunan Ali al- Uraidi tidak menyebutkan nama Alawi dan ayahnya, Ubaidillah. Ia hanya menyebutkan satu anak dari Ahmad al-Abah bin Isa yaitu Muhammad. Kutipan dari kitab tersebut seperti berikut ini:


واحمد بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي يلقب النفاط من ولده ابو جعفر (الاعمى) محمد بن علي بن محمد بن أحمد ، عمي في آخر عمره وانحدر الى البصرة واقام بها ومات بها وله اولاد وأخوه بالجبل له اولاد. (تهذيب الانساب ونهاية الالقاب، مركز تحقيقات كومبيوتر علوم اسلامي ص. 176-177(


Dan Ahmad bin Isa an-Naqib bin Muhammad bin Ali al-Uraidi diberikan gelar an-Naffat, sebagian dari keturunannya adalah Abu Ja’far (al-A’ma: yang buta) Muhammad bin Ali bn Muhammad bin Ahmad, ia buta di akhir hayatnya, ia pergi ke Basrah menetap dan wafat di sana. Dan ia mempunyai anak. Saudaranya di al-jabal (gunung) juga mempunyai anak. (Tahdzibul Ansab wa Nihayatul Alqob, Markaz Komputer Ulum Islami, h. 176-177)


Al-Ubaidili, pengarang kitab Tahdzibul Ansab ini, hidup satu masa dengan alawi dan satu masa pula dengan ayahnya yaitu Ubaidillah. Menurut kitab Lisan al-Mizan karya Ibnu Hajar al-Asqolani, Al-Ubaidili wafat pada tahun 436 atau 437 Hijriah, berarti hanya 36 atau 37 tahun setelah wafatnya Alawi pada tahun 400 Hijriah, ditambah dalam kitab tersebut dikatakan umur al-Ubaidil mencapai 100 tahun, berarti Al-Ubaidili lahir pada 336/337 Hijriah, dan Ubidillah yang merupakan ayah Alawi wafat pada tahun 383, maka ketika ubaidllah ini wafat Al-Ubaidili sudah berumur 47 tahun, dan ketika wafatnya Alawi, Al-Ubaidli sudah mencapai umur 60 lebih, tentunya pengetahuan dan kebijaksanaanya sudah mencapai derajat tsiqoh.


Ditambah disebutkan dalam kitab yang sama Al-Ubaidli ini selama hidupnya sering mengunjungi banyak Negara seperti Damaskus, Mesir, Tabariyah, Bagdad dan Mousul, seharusnya Al-Ubaidili, ketika menerangkan keturunan Ahmad bin Isa ia mencatat nama Alawi sebagai cucu Ahmad bin Isa dan Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa, tetapi kenyataanya Al-Ubaidili tidak menyebutkannya, kenapa? Karena memang dua nama ini tidak ditemukan sebagai anak dan cucu Ahmad bin Isa.

Apalagi seperti yang disebutkan Habib Abu Bakar bin Ali Al-Masyhur dalam kitabnya al-Imam Ahmad Al-Muhajir, bahwa Ahmad bin Isa ini adalah seorang Imam, tentunya jika seorang imam, maka akan dikenal khalayak ramai, bukan hanya pribadinya tapi juga anak-anaknya dan cucu-cucunya, tetapi kenyataannya, ulama yang semasa hidup dengan Alawi, yaitu al-Ubaidili, tidak menyebut Alawi sebagai cucu Ahmad bin Isa.

Kedua, Kitab al-Majdi fi Ansabittholibin karya Sayyid Syarif Najmuddin Ali bin Muhammad al-Umri an-Nassabah (w. 490), ketika menerangkan tentang keturunan Isa bin Muhammad an-Naqib ia menyebutkan bahwa keturunan dari Ahmad al-Abah bin Isa ada di Bagdad yaitu dari al-Hasan Abu Muhammad ad-Dallal Aladdauri bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Isa. Sama seperti al-Ubaidili, al-Umri tidak menyebut nama Ubaidillah dan Alawi sebagai anak dan cucu dari ahmad bin Isa. Kutipan lengkapnya seperti di bawah ini:

وأحمد ابو القاسم الابح المعروف بالنفاط لانه كان يتجر النفط له بقية ببغداد من الحسن ابي محمد الدلال على الدور ببغداد رأيته مات بأخره ببغداد بن محمد بن علي بن محمد بن أحمد بن عيسى بن محمد بن العريضي. (المجدي في أنساب الطالبين، العمري، مكتبة آية الله عظمي المرعشي، 1422 ص. 337)

“Dan Ahmad Abul Qasim al-Abah yang dikenal dengan “al-Naffat” karena ia berdagang minyak nafat (sejenis minyak tanah), ia mempunyai keturunan di bagdad dari al-Hasan Abu Muhammad ad-Dalal Aladdauri di Bagdad, aku melihatnya wafat diakhir umurnya di Bagdad, ia anak dari Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Isa bin Muhammad (an-Naqib) bin (Ali) al-Uraidi.” (Al-majdi Fi Ansabittholibin, al-Umri, maktabah Ayatullah udzma al-mar’asyi, Tahun 1442 h. 337)

Kedua kitab abad lima ini sepakat tidak ada nama Ubaidillah sebagai anak Ahmad dan Alawi sebagai cucu Ahmad.

Ketiga, Kitab Muntaqilatut Tholibiyah karya Abu Ismail Ibrahim bin Nasir ibnu Thobatoba (w. 400 an), yaitu sebuah kitab yang menerangkan tentang daerah-daerah lokasi perpindahan para keturunan Abi tholib menyebutkan bahwa keturunan Abi tholib yang ada di Roy adalah Muhammad bin Ahmad an-Naffat. Seperti diketahui bahwa keturunan Nabi juga sekaligus adalah keturunan Ali bin Abi Talib. Kutipan kitab Muntaqilatut Tholibiyah tersebut sebagai berikut:

(بالري) محمد بن احمد النفاط ابن عيسى بن محمد الاكبر ابن علي العريضي عقبه محمد وعلي والحسين

“Di Kota Roy, (ada keturunan Abu Tholib bernama) Muhammad bin Ahmad an-Naffat bin Isa bin Muhammad al-Akbar bin Ali al-Uraidi. Keturunannya (Muhammad bin Ahmad) ada tiga: Muhammad, Ali dan Husain.” (Muntaqilatuttolibiyah, Abu Ismail Ibrahim bin Nasir Ibnu Thobatoba, Matba’ah al-Haidariyah, Najaf, tahun 1388 H/1968 M h. 160)

Dari kutipan itu Ahmad bin Isa disebutkan mempunyai anak bernama Muhammad, sama seperti kitab Tahdzibul Ansab dan kitab al-Majdi.

Abad kelima, konsisten berdasarkan tiga kitab di atas bahwa tidak ada anak Ahmad bin Isa bernama Ubaidillah, dan tidak ada cucu Ahmad bin Isa bernama Alawi padahal penulisnya semasa dengan Ubaidillah dan Alawi.


Lalu siapa Alawi bin Ubaidillah ini yang nanti keturunannya mengaku cucu Nabi Muhammad s.a.w.?


Sebelum itu mari kita lihat terlebih dahulu kitab yang lain, mungkin ada nama ubaidillah disebut anak Ahmad bin Isa.

Kitab as-Syajarah al-Mubarokah karya Imam Al-Fakhrurazi (w. 604 H) menyatakan dengan tegas bahwa Ahmad bin Isa tidak mempunyai anak bernama Ubaidillah. Kutipan dari kitab itu sebagai berikut:


أما أحمد الابح فعقبه من ثلاثة بنين: محمد ابو جعفر بالري، وعلي بالرملة، وحسين عقبه بنيسابور (الشجرة المباركة: 111(


“Adapun Ahmad al-Abh maka anaknya yang berketurunan ada tiga: Muhammad Abu ja’far yang berada di kota Roy, Ali yang berada di Ramallah, dan Husain yang keturunanya ada di Naisaburi.” (Al-Syajarah Al-Mubarokah: 127)


Dari kutipan di atas Imam Al-Fakhrurazi tegas menyebutkan bahwa Ahmad al-Abh bin Isa hanya mempunyai anak tiga yaitu Muhammad, Ali dan Husain. Ahmad al-Abh tidak mempunyai anak bernama Ubaidillah. Dari ketiga anaknya itu, semuanya, menurut Imam al-fakhrurazi, tidak ada yang tinggal di Yaman.


Imam al-Fakhrurazi, penulis kitab al-Syajarah al-Mubarokah tinggal di Kota Roy, Iran, di mana di sana banyak keturunan Ahmad Al-Abh dari jalur Muhammad Abu Ja’far, tentunya informasi tentang berapa anak yang dimiliki oleh Ahmad al-Abh ia dapatkan secara valid dari keturunan Ahmad yang tinggal di Kota Roy.

Dalam kitabnya itu Imam Al-Fakhrurazi dengan tegas menyebutkan nama anak Ahmad al-Abah bin Isa hanya tiga. Dan tidak ada nama anak Ahmad bin Isa yang bernama Ubaidillah, apalagi cucunya yang bernama Alawi. Sampai pengarang kitab ini wafat tahun 604 Hijriah, sudah 259 tahun dihitung mulai dari wafatnya Ahmad bin Isa, tidak ada riwayat, tidak ada kisah, tidak ada kabar bahwa Ahmad bin isa pernah punya anak yang bernama Ubaidillah dan cucu yang bernama Alawi. Siapa mereka berdua yang kemudian diberitakan oleh anak keturunannya sebagai cucu Nabi Muhammad s.a.w.?


Sebelum menjawab siapa Ubaidillah dan Alawi, mari kita lihat kitab nasab abad ketujuh Hijriah!

Kitab al-Fakhri fi Ansabitalibin karya Azizuddin Abu Tolib Ismail bin Husain al-Marwazi (w. 614) menyebutkan yang sama seperti kitab-kitab sebelumnya yaitu bahwa tidak ada anak Ahmad bin Isa bernama Ubaidillah, dan tidak ada cucunya yang bernama Alawi. Kutipan lengkapnya sebagai berikut:


منهم أبو جعفر الاعمى محمد بن علي بن محمد بن احمد الابح له اولاد بالبصرة واخوه في الجبل بقم له اولاد ( الفخري في انساب الطالبين، السيد عزيز الدين ابو طالب اسماعيل بن حسين المروزي، تحقيق السيد مهدي الرجائي، ص. 30(


“Sebagian dari mereka (keturunan Isa an-Naqib) adalah Abu Ja’far (al-a’ma: yang buta) Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad al-Abah, ia punya anak di Bashrah, dan saudaranya di al jabal di Kota Qum, ia punya anak.” (Al-Fakhri fi ansaabitholibin, Sayid Azizuddin Abu Tholib Ismail bin Husain al-Mawarzi, Tahqiq sayid Mahdi ar-Roja’I, h. 30)

Sampai abad ketujuh ini tidak ada nama anak Ahmad yang bernama Ubaidillah dan pula tidak ada cucu Ahmad bernama Alawi dan tidak pula disebutkan Ahmad bin Isa punya keturunan di Hadramaut Yaman.


Kitab Abad Kedelapan Hijriah


Kitab al-Ashili fi Ansabittholibin karya Shofiyuddin Muhammad ibnu at-Thoqtoqi al-Hasani (w. 709 H) sama seperti kitab sebelumnya tidak sama sekali menyebut ada nama Ubaidillah sebagai anak Ahmad, tidak pula ada nama Alawi sebagai cucu Ahmad. Kutipan lengkapnya seperti berikut ini:


ومن عقب أحمد بن عيسى النقيب الحسن بن ابي سهل أحمد بن علي بن ابي جعفر محمد بن أحمد (الأصيلي في انساب الطالبين، الطقطقي، تحقيق السيد مهدي الرجائي، ص. 212)


“Dan dari keturunan Ahmad bin Isa an-Naqib adalah al-Hasan bin Abi Sahal Ahmad bin Ali bin Abi Ja’far Muhammad bin Ahmad (Al-Ashili fi Ansabittholibin, at-Thoqtoqi, Tahqiq Sayid Mahdi Ar-Roja’I, h. 212)


Sampai penulis kitab ini wafat tahun 709 Hijriah, terhitung sejak wafatnya Ahmad bin isa di tahun 345 Hijriah, sudah 364 tahun berlalu tidak ada kabar, tiada cerita, tiada kisah dan tiada riwayat bahwa Ahmad bin Isa mempunyai anak bernama Ubaidillah dan mempunyai cucu bernama Alawi, dan satu lagi, tidak ada kabar pula bahwa Ahmad bin Isa ini hijrah ke Hadramaut Yaman, sebagaimana ia dijuluki kemudian pada ratusan tahun setelahnya sebagai al-Muhajir (orang yang berpindah) riwayat itu diada-adakan kemudian tanpa sanad.


Pencangkokan pertama nasab Ahmad Bin Isa bin Muhammad an-Naqib


Lalu setelah 385 tahun ada nama baru muncul. Tapi bukan Ubaidillah, ia adalah Abdullah yang disebut sebagai anak Ahmad bin Isa. Ia disebut bukan dalam kitab nasab tapi dalam sebuah kitab yang berbicara tentang sejarah para ulama dan para raja di Yaman. Kitab itu bernama kitab Al-suluk fi Tabaqot al-Ulama wa al- muluk karya Al-Qodli Abu Abdillah Bahauddin Muhammad bin Yusuf bin Ya’qub (w. 730/731/732).


Jelas sekali nama Abdullah ini bukan Ubaidillah, karena memiliki keturunan yang berbeda dengan klaim Ba alawi sekarang. Dalam kitab ini memang muncul pula nama Ba Alawi, namun nama-nama yang disebutkan dari keluarga Ba Alawi masa kitab ini sama sekali berbeda dengan nama-nama yang disebutkan oleh kitab karangan Ba alawi masa kemudian. Dan kitab ini tidak menyebut sama sekali nama alawi bin Ubaidillah. Ini pencangkokan pertama nasab Nabi Muhammad s.a.w. dari jalur Ahmad bin Isa bin Muhammad an-Naqib, yaitu yang dilakukan oleh keluarga Ba Alawi banil Jadid. Nama Alawi dan Ubaidillah masih tidak muncul berbalut kehampaan.


Dalam kitab nasab yang ditulis awal abad kesembilan nama Abdullah pun belum ada, ini sangat logis, kitab nasab yang ditulis oleh ulama nasab tentu tidak mungkin sembarangan memasukan nama yang tidak jelas dalam rumpun keluarga nabi Muhammad s.a.w. yang demikian itu berbeda dengan kitab sejarah, penulis sejarah meriwayatkan dalam kitabnya nasab tokoh yang ditulis sesuai pengakuannya. Ia tidak terlalu menuntut kesahihannya, karena kesahihan nasab itu nanti bisa dikenali dan diuji oleh bidang yang lebih spesifik yaitu bidang nasab, sejarah hanya menulis sesuai pengakuan tokoh, karena pengakuan itu bagian dari sejarah pula. Benar atau tidaknya sangat mudah dibuktikan dalam sanad nasab yang ditulis setiap generasi dalam kitab-kitab nasab.

PPNU

MENJAWAB BANTAHAN NASAB BAHAR SMITH

admin by admin  April 8, 2023

Home  Lain-lain

Bahar Smith melakukan Live di Channel yuotube pribadinya, Sayyid Bahar bin Sumaith Official. Dalam Live itu ia menerangkan tentang nasab Habib Ba Alawi Yaman. Live itu diberi judul kemudian “LIVE!! BANTAHAN HABIB BAHAR !! ATAS PERNYATAAN IMADUDDIN USTMAN DAN BAGI YG MENGAKU CUCU WALISONGO!!


Dalam video itu dapat kita saksikan, Bahar berusaha menampilkan bukti tentang keabsahan nasab para habib di Indonesia. Diantara kitab yang dijadikan rujukan adalah kitab nasab Tahdzubul Ansab karya Al-Ubaidili (w. 437) dan As-Syajarah Al Mubarokah karya Imam Fahrudin Ar-Razi (w. 606)

Penyampaian Bahar ketika mencari dalil mulai dari bahwa Nabi Muhammad s.a.w. mempunyai anak Siti Fatimah sampai Ahmad bin Isa tidak ada masalah. Walau dengan bacaan yang salah secara ilmu nahwu dan shorof ketika membaca hadis dan kitab, namun keterangannya masih dianggap tidak melenceng.

Kitab yang dijadikan rujukan untuk mencari dalil tentang Muhammad an Naqib, Isa Ar-Rumi dan Ahmad bin Isa, adalah kitab Tahdzibul Ansab dan As-Syajarah al Mubarokah, dua kitab primer ilmu nasab tertua. Sampai disitu tidak ada masalah.

Namun ketika mencari dalil apakah Ahmad bin Isa punya anak bernama Ubaidillah, Bahar tidak menggunakan dua kitab itu, tapi ia ngancleng ke kitab abad 12 hijriah yang ditulis oleh kalangan habib sendiri, yaitu kitab Syarhul Ainiyah karya Habib Ahmad bin Zein Al Habsyi (w. 1144 h)

Hal itu sama dengan yang terjadi dengan Habib Riziq Sihab (HRS) ketika menjelaskan nasab para habaib, HRS juga awalnya pakai data kitab kitab mu’tabar, tapi ketika menerangkan apakah Ahmad punya anak bernama ubaidillah ia juga ngancleng ke kitab Khulashatul Atsar karya Al Muhibbi (w. 1111 h) yang di tulis abad 12 hijriah.

kenapa demikian? karena memang kitab kitab pegangan ahli nasab dari masa ke masa, mulai abad ke 5 sampai abad 9 hijriah tidak ada yang menyebutkan nama ubaidillah sebagai anak Ahmad, Padahal anaknya yaitu Alawi bin Ubaidillah wafat pada tahun 400 hijriah.

Harusnya nama Alawi bin ubaidillah sudah tercatat dikitab abad 5 sebagai cucu Ahmad bin Isa. sebagai keturunan Nabi Muhammad s.a.w. nyatanya tidak ada.

Hal lain yang Bahar sampaikan adalah tentang walisongo. Menurut Bahar walisongo itu habaib, tapi turunannya tidak ada alias terputus. Tidak ada keturunan walisongo. Ini yang lucu. Bahar seperti lupa kalau Kesultanan Cirebon masih ada sampai sekarang dan sultannya secara estapet adalah keturunan garis laki dari Sunan Gunung Jati.

Mengenai nasab walisongo sebgai dzuriyat Nabi Muhammad s.a.w. memang masyhur, tetapi jalur silsilahnya ada beberapa riwayat berdasarkan manuskrip kuno dan ranji yang tersimpan. Diantaranya disebut bahwa Sunan Gunung Jati itu keturunan Musa Al-Kadzim. Ada juga disebut sebagai keturunan Ubaidillah sama dengan para habib. Ada juga naskah kuno yang menyebut Al-Hasani. ini memerlukan penelitian serius, yang jelas keturunannya ada dan terbukti secara defakto dan dejure, karena misalnya para sultan cirebon itu diangkat sultan tentu ada surat legalisasi pengangkatannya. Dan tentu sarat utama adalah keturunan Sunan Gunung Jati. Jadi ketika Bahar katakan walisongo itu tidak ada keturunannya terbantahkan secara ilmiyah.

Di bawah ini penulis akan terangkan sebuah pembahasan mendetail tentang Ahmad bin Isa, apakah betul ia mempunyai anak bernama Ubaidillah dan mempunyai cucu bernama Alawi?

Para Habib Ba Alawi

Keluarga Ba Alawi atau Para habib di Indonesia datang pada sekitar tahun 1880 M dari Yaman sampai tahun 1943 sebelum kedatangan Jepang.[ Historiografi Etnis Arab di Indonesia, Miftahul Tawbah, Journal Multicultural of Islamic Education, volume 6, h. 132.]

Di Indonesia, mereka kebanyakan tidak melakukan asimilasi dengan penduduk lokal, dari itu maka mereka dapat dikenali dengan mudah dari marga-marga yang diletakan di belakang nama mereka, seperti Assegaf, Allatas, Al-Idrus, bin Sihab, bin Smith dan lainnya.

Mereka mengaku sebagai keturunan Nabi Besar Muhammad s.a.w. Menurut mereka, mereka adalah dari keturunan keluarga Ba Alawi. Ba Alawi sendiri adalah rumpun keluarga di Yaman yang di mulai dari datuk mereka yang bernama Alawi bin Ubaidillah.

Nasab Alawi menurut mereka kepada Nabi Muhammad s.a.w adalah sebagai berikut: Alawi (w. 400 H) bin Ubaidillah (w. 383 H) bin Ahmad (w. 345 H) bin Isa an-Naqib (w. 300 H) bin Muhammad An-Naqib (w. 250 H) bin Ali al-Uraidi (w. 210 H) bin Ja’far al-Shadiq (w. 148 H) bin Muhammad al Baqir (w. 114 H) bin Ali Zaenal Abidin (w. 97 H) bin Sayidina Husain (w. 64 H) bin Siti Fatimah az-Zahra (w. 11 H) binti Nabi Muhammad s.a.w (w. 11 H). Tahun wafat yang penulis sebutkan tersebut penulis ambil dari sebuah artikel yang berjudul “Inilah Silsilah Habib Rizieq Shihab. Keturunan Ke-38 Nabi Muhammad? .[https://artikel.rumah123.com/inilah-silsilah-habib-rizieq-shihab-keturunan-ke-38-nabi-muhammad-124800]

Sayangnya nasab seperti di atas tersebut tidak sah dan batal karena tidak terkonfirmasi dengan sanad yang muttasil (tersambung) dalam kitab-kitab nasab primer yang mu’tabar dari generasi ke generasi. Kesimpulan seperti itu bisa dijelaskan karena kitab-kitab nasab yang ditulis berdekatan dengan masa hidupnya Alawi bin Ubaidillah .

Lengkapnya dapat dibaca dalam website resmi pondok pesantren nahdatul ulum yang di asuh K.H.Imadudin Usman Al Bantani.