K.H.IMADUDIN USMAN MENJAWAB SYEKH MAHDI ARROJA’I

Daftar Isi

Kangprayit.com-Berikut tanggapan atau jawaban atas pertanyaan Syaikh Nahdi Aroja'i yang menyanggah dan mempertanyakan kepada K.H.Imadudin Usman.

Berikut tulisan K.H.Imadudin Usman yang di lansir dari website Nahdlatul Ulum milik ponpes Nahdlatul Ulum asuhan K.H.Imadudin Usman Al Bantani.

K.H.Imadudin Usman Al Bantani

Para pendukung nasab Ba Alawi, nampaknya, meminta bantuan Syekh Mahdi Arroja’I untuk memperkuat dalil ketersambungan nasab mereka. Dengan selembar surat yang ditandatanganinya, Syekh Mahdi Arroja’I menyatakan bahwa nasab Ba Alawi telah masyhur sebagai keturunan Ahmad al-Muhajir. Surat itu ditandatangani pada 15 Romadon 1444 H. beberapa hari yang lalu.

Penetapan yang tanpa dalil sama saja bukan penetapan, hanya pendapat yang layak diabaikan. Yang kita butuhkan adalah dalil, bukan pendapat pribadi. Karena jika ada sebuah dalil yang kuat maka semua orang akan berkesimpulan yang sama. Jika tidak ada dalil, maka pendapat itu pendapat yang bisa dipengaruhi hal-hal lain, dan setiap orang bisa berbeda tergantung hal yang mempengaruhinya itu.

Sebenarnya, meminta Syekh Mahdi Arroja’I untuk membuat surat khusus bahwa nasab Ba Alawi diakui tidak diperlukan, karena memang beliau dalam kitabnya sudah mengakui nasab Ba Alawi walau tanpa dasar yang jelas. jadi seharusnya, pembela nasab Ba Alawi tinggal tunjukan kitab itu, bahwa Syekh Mahdi Arroja’I, ulama dari Iran, menyebut nama Ubaidillah sebagai anak Ahmad, tidak mesti harus meminta beliau membuat surat pernyataan khusus.

Lihat dalam kitabnya, al-Mu’qibun min Ali Abi Talib Alaihissalam, juz 2 hal 419, ia menyebut anak Ahmad bin Isa berjumlah empat, Muhammad, Ali, Husain dan Ubaidillah. Pertanyaannya, darimana beliau menukil bahwa Ahmad bin Isa mempunyai anak bernama Ubaidillah? Jika dari kitab, lalu kitabnya kitab apa? Jika dari selain kitab, lalu alasannya apa? Beliau tidak menjelaskan secara rinci. Beliau hanya menyebutkan bahwa anak Ahmad bin Isa berjumlah empat: Muhammad, Ali, Husain dan Ubaidillah, tanpa menyebutkan referensinya.

Ada ungkapan menyatakan:

نحن أصحاب الدليل حيثما يمل نمل

“Kami adalah “ashabuddalil” (orang yang berpatokan kepada dalil), kemana saja dalil menuju disitu kami menuju”

Sementara, apa yang disebut syekh Mahdi Arroja’I tidak punya dalil, maka pendapat itu pendapat yang tertolak, karena belum bisa menyambung keterputusan nasab Ba Alawi tersebut selama 550 tahun. Namun, penyebutan Syekh Mahdi arroja’I bahwa Ubaidillah sebagai anak ahmad mempunyai hikmah, Yaitu, hilangnya keraguan akan keabsahan kitab “Asyajarah al-Mubarokah”, kenapa? Karena, kitab tersebut ditahqiq oleh Syekh Mahdi Arroja’I.

sebelumnya, pentahqiqan kitab itu dipermasalahkan. Dianggap penisbatan Imam al-Fakhruroji sebagai pengarang kitab tersebut hanya ulah oknum pentahqiq yang berideologi syi’ah yang membenci keluarga Ba Alawi yang sunni. Hal demikian tidak terbukti, karena, walau kitab yang ditahqiqnya, yaitu al-syajarah al-Mubarokah tidak menyebut Abdullah atau Ubaidillah sebagai anak Ahmad, syekh Mahdi arroja’I, dalam kitabnya sendiri menyebut Ubaidillah sebagai anak Ahmad.

Hal tersebut menunjukan, kejujuran ilmiyah pentahqiq kitab al-syajarah al-Mubarokah dan kekuatannya untuk dijadikan pegangan para pemerhati nasab keturunan Nabi Muhammad s.a.w. adapun penyebutan Syekh Mahdi Arrojai terhadap Ubaidillah sebagai anak Ahmad, menurut penulis, mungkin, karena beliau menukil dari kitab nasab Tuhaftuttolib atau kitab al-Burqoh. Yang keduanya tidak mempunyai ketersambungan dengan kitab-kitab sebelumnya.

(ditulis oleh: Imaduddin Utsman al-Bantani)

Semoga bermanfaat untuk yang merindukan jawaban K.H.Imadudin Usman dan haus tentang ilmu pengetahuan semoga bermanfaat.