Kumpulan Puisi Buah Karya K.Ahmad Mudzakir Karangjambu Purbalingga
POLITIK BAGAI BERMAIN RUBIK
By : Blekethir m Ach Mudzakir
Politik , oh politik
Bagai bermain rubik
Memang unik
Dan juga asyik
Penuh dengan tak tik
Diutak diatik
Dikemas dengan gimik
Dipoles dengan pernak pernik
Biar terlihat apik
Diwarnai dengan intrik
Banyak orang tertarik
Hasratnya tergelitik
Sering memanfaatkan fanatik
Kombinasi jahat dan cerdik
Antara cerdas dan licik
Melahirkan banyak orang munafik
Menyaring segelintir orang baik
Banyak orang jungkir balik
Yang di bawah maunya naik
Yang di atas tak mau menukik
Para pecundang mengira pelik
Sang petualang menikmati dengan asyik
Eeh . .
Ternyata aku hanya wong cilik
![]() |
Kumpulan Puisi Masakini |
Karangjambu , 4 Juni 2023
POLITIK ITU INDAH
Oleh : Blekethir , Ach Mudzakir
Politik itu indah
Atur strategi dan siyasah
Dalam setiap ritme dan langkah
Agar tujuan bisa terarah
Menata dada tetap tabah
Membisiki hati jangan gelisah
Selalu mencari nilai tambah
Agar setiap gerak jadi ibadah
Menengok pula jejak sejarah
Mengingat masa yang berakhir indah
Menatap hari esuk yang lebih cerah
Banyak orang berpendapat salah
Memandang politik seakan sampah
Bahkan ada yang menganggap bedebah
Ucapkan talak tiga dan sumpah serapah
Politik bukan pekerjaan rendah
Serius dengan otak terasah
Menyulap yang rumit jadi mudah
Andil demi tumpah darah
Jangan lagi sampai terjajah
Pola pikir mesti di olah
Mind set juga harus dirobah
Buang rakus dan hati serakah
Kelabuhi rakyat berkasta rendah
Karna jabatan adalah amanah
Akan diaudit di Yaumil Qiyamah
Setiap denyut adalah harokah
Setiap nafas adalah pasrah
Sebelum nyawa pergi enyah
Dan jasad rebah
Terbujur di dalam tanah
Karangjambu , 5 Juni 2023
KATA MUTIARA
Oleh : Bkekethir , Ach Mudzakir
Haruskah aku diam membisu
Mengikat lidah menjerat kelu
Menjepit bibir mengunci bisu
Sementara ada di depanku
Seorang buta berjalan melaju
Tanpa tongkat tanpa pemandu
Haruskah aku diam seribu bahasa
Menahan hasrat sesak mendera
Menekan gejolak membeban dada
Sementara mulut mampu bersuara
Suara yang bisa merangkai kata
Kata yang dapat menyimpan makna
Haruskah aku tak bergeming
Mendengar ratap pilu melengking
Menghujam masuk ke dalam kuping
Ataukah aku tak perlu ambil pusing
Mendengar teriakan riuh dan bising
Tanpa harus peduli menyaring
Diam memang emas
Tak pernah berkarat
Meski tetap berkarat
Harga emas bergantung karat
Dan juga seberapa berat
Emas sekarat masih berharga
Orang sekarat apalah daya
Emas memang berharga
Tapi tak akan lebih berharga
Dibanding kata mutiara
Tak perlu diam
Berbicaralah dengan kata mutiara
Karangjambu , 6 Juni 2023
PENGEMBARAAN
Oleh : Blekethir , Ach Mudzakir
Sunyi menjebak di tengah belantara lengang
Resah mendera jiwa yang tandus kerontang
Debu berhambur dihempas angin terbang
Menutupi arah menghambat jarak pandang
Gelisah mengikat rasa bimbang
Bisikan Nafsu mendorong jatuh ke jurang
Amarah membakar dada yang kering memanggang
Membelenggu asa menjerat rasa gersang
Langkah gontai tubuh rapuh tak seimbang
Lunglai rebah di atas seonggok sesal telentang
Meraba sudut dan celah celah , menerawang
Kaki tertatih tangan gemetar menopang
Rantau yang ditempuh begitu panjang
Samudera begitu luas membentang
Sampan yang harus dikayuh sudah usang
Badai dan ombak selalu siap menghadang
Jelajahi pulau dan negeri para petualang
Tempat bertaruh para jawara dan pecundang
Memasuki pasar dan lapak para pedagang
Penjual fatamorgana dengan khotbah yang lantang
Harus bangkit meski sesekali tumbang
Mengejar diri yang menyelinap menghilang
Bagai jarum jatuh di tengah savana ilalang
Sulit ditemu tak mudah dipegang
Mesti dikoyak semua yang menghalang
Tabir harus dirobek hijab dibuang
Menyepi dalam hening menyapa jiwa yang tenang
Kepada tuhannya Nafsul Muthmainnah pasti berpulang
Karangjambu , 9 Juni 2023
HUJAN DI MUSIM KEMARAU
Oleh : Blekethir , Ach Mudzakir
Ketika hedonisme sudah dijadikan kiblat
Manusia sering mengambil jalan sesat
Kesibukan dunuawi jadi pakaian yang melekat
Melupakan dirinya bahwa ia punya martabat
Selalu mengincar keuntungan sesaat
Pada dirinya suka berkhianat
Abaikan konstitusi negara yang sudah mengangkat
Harga dirinya untuk berdaulat
Sifat tamak terus membayang
Bagai debu dihempas angin terbang
Berhambur menghampar di hati yang gersang
Tutupi jiwa yang kemarau kerontang
Rasa rakus membakar memanggang
Menyeret pada sesal yang berulang
Berkali kali terjungkal ke dalam lobang
Tiada yang dicari selain uang
Mendung lima tahunan bergelayut
Di bawahnya orang mulai berebut
Turunlah hujan uang tunai
Harga diri dijual digadai
Ditukar amplop berlogo partai
Idealisme terbuang tersingkir
Keyakinan dan nurani tersisih terpinggir
Turun hujan tanpa petir
Uang tunai jatuh dan mengalir
Dari cukong dan para bohir
Menggenang menerjang bagai banjir
Banjir melanda kemarau , semua hancur
Sisakan puing dan lumpur
Di negeri para pelacur
Yang membuang plastik
Tersangkut bersama sampah politik
Karangjambu , 12 Juni 2023